SUDAH REVISI
"Cinta itu bukan tentang memiliki, tapi tentang dimana kita bisa membuat bahagia orang yang kita cintai. Karena Cinta itu bukan KATA BENDA tapi KATA HATI."Karena waktu juga semakin siang Faiza meminta izin pamit kepada Aisyah untuk pulang.
Setelah berpamitan Faiza langsung menuju parkiran untuk mengambil motor maticnya, setelah itu Faiza segera pulang bersama Fadil.
Tapi, ditengah perjalanan......
"Za, Za, berhenti deh!" titah Fadil sambil menepuk - nepuk bahu Faiza.
Faiza hanya menurut dengan melambatkan laju motornya dan perlahan memberhentikan motornya di tepi jalan.
Setelah itu Faiza bertanya "Kenapa?" Faiza nampak heran.
"Itu liat deh!" tunjuk Fadil kearah segerombolan orang yang sedang berkelahi diseberang sana. Faiza hanya manut mengikuti arah telunjuk Sahabatnya.
"Sebentar, kok orang itu kaya Aku kenal ya?" pikir Faiza setelah melihat orang yang ditunjuk oleh Sahabatnya.
"Itu kaya Kak Raka?" pikir Faiza.
"Iya deh kayanya, tapi kok orang yang satunya lagi kaya Kak Fahri, ya?" sahut Fadil heran.
"Ya Allah Dil, itu emang Kak Fahri." seru Faiza replek menutup mulutnya.
"Yaudah kita kesana sekarang!" titah Fadil yang langsung diangguki oleh Sahabatnya.
Faiza langsung melajukan kembali motor maticnya dengan kecepatan yang cukup tinggi, sehingga membuat Fadil harus berpegangan lebih erat.
Saat sudah sampai Faiza langsung berteriak mencoba menghentikan aksi kekerasan yang dilakukan seseorang yang dipanggilnya Kak Raka itu.
"Berhenti......." teriak seseorang dengan emosi menghampiri segerombolan Pria dan sudah bisa ditebak orang yang berteriak itu adalah Faiza.
"Faiza?" kaget Pria yang tak lain bernama Raka.
"Dek," lirih Fahri sebelum akhirnya kedua matanya tertutup sempurna.
Faiza menoleh "Kak," kemudian beralih menatap tajam Pria yang menyakiti Kakaknya.
"Gue gak nyangka lo sejahat ini, Kak" cerca Faiza, Faiza berubah 180 derajat dari sifat aslinya yang ramah dan tutur katanya yang santun.
"Berengsek lo, ya!" bentak Fadil.
"Dia ini Kakak gue." sambung Faiza Ia tak kuasa lagi membendung cairan bening yang memenuhi kelopak matanya, akhirnya cairan itu berhasil keluar dengan mulusnya dari netra berwarna hazle itu.
"Kak, Kak Fahri...hiks...hikss" lirih Faiza sambil memindahkan tubuh Fahri yang sudah tergeletak di aspal ke dalam pangkuannya.
"Ja-jadi d-dia ini Kakak Kamu?" tanyanya tak percaya.
"Iya, terus maksud lo apa hah? Pukulin Kakaknya Sahabat gue?" ucap Fadil emosi.
"Gue pikir dia pacar kamu, Za." tuturnya merasa bersalah.
"Gue benci sama lo Kak, padahal gue udah anggap lo kaya Kakak gue sendiri!" sesal Faiza.
Dengan mata berkaca-kaca "Za, Kakak sama sekali gak tau." sesal Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Bercadar (END)
Teen Fiction#Karya 1 "Ayah?"Ucapku. "Mmmm...Apa Sayang?" jawab Ayahku. "Mmmm...Ayah apakah Aku boleh memakai cadar?" tanyaku, ku lihat raut wajah Ayah. "Apa? Apa hijab lebarmu itu belum cukup?" Ayahku menatap tajam kearahku. "Aku hanya ingin menyempurnakan pak...