Dendam, Bukan Solusi

296 44 1
                                    

Sudah direvisi



"Jangan sekali - kali menumbuhkan dendam dihatimu, karena dendam hanya akan menyusahkanmu. Berlapang dada lah, karena dengan itu Allah akan menyayangimu "


"Alhamdulillah.., Kak, sekarang Kakak boleh pulang." ucap Bundanya antusias.

Fahri yang sedari tadi berbaring kini nampak terduduk sambil tersenyum menjawab pernyataan Bundanya.

"Alhamdulillah.., Bun. Fahri juga udah bosen disini lama - lama" keluh Fahri.

"Bun?" panggilnya.

"Mmm..." ucap Bundanya yang sedang merapikan pakaiannya.

"Bun, apa sebaiknya dia gak usah dilaporin ke polisi! Fahri udah ikhlas kok. Lagian 'kan kejadian ini terjadi karena kesalah pahaman," ujarnya.

Mirna lantas menatap anaknya dengan tatapan bangga, "Kamu yakin, Kak?" tanyanya.

"Insyaallah.., yakin Bun! Allah aja Maha pemaaf, masa hambanya enggak?" tutur Fahri.

"Yaudah, nanti biar Ayah yang urus, ya." ucap Mirna sambil mengelus pucuk rambut Putranya.

Setelah semua sudah siap dan rapi, Fahri juga sudah diperiksa oleh Dokter terlebih dahulu sebelum dipersilahkan pulang untuk sekedar memastikan bahwa Fahri benar - benar sembuh.

Semua sudah selesai Fahri yang ditemani sang Bunda berjalan beriringan menuju parkiran mobil di rumah sakit, dua hari di rumah sakit membuatnya begitu bosan. Karena tidak ada yang bisa Ia lakukan selain berbaring dengan selang infus yang setia menempel ditangannya.

Sedangkan Faiza sedang sibuk dengan ospeknya, dan Ayahnya sudah pasti sibuk bekerja jadi tinggal Bundanya saja yang menemaninya. Dan sesekali Raihan menjenguk keponakannya.

***

Disisi lain, Gadis berkerudung hitam sedang santai setelah menyelesaikan ospeknya. Dengan ditemani sebotol teh kesukaannya sambil sesekali menenguknya. Faiza nampak begitu lelah, tapi dapat bernafas lega karena hari ini adalah hari terakhir kegiatan ospek di kampusnya.

Angin nampak ikut memberikan kebahagiaan kepada Gadis itu sehingga membuat kerudung yang lumayan panjang yang dikenakan Gadis itu sedikit tersikap terbawa angin. Fadil yang berada disebelahnya pun nampak khusyuk menikmati sebotol teh digenggamannya.

"Alhamdulillah.., akhirnya selesai juga," ucapnya.

"Iya, Za. Ternyata gini ya rasanya Ospek. Lebih kejam dari pada dulu waktu kita mau masuk SMA." jawabnya.

Faiza nampak mengangguk - angguk sambil mengingat kala masa MPLS di SMA dulu.

"Eh, Za. Kak Aisyah kenapa, ya?" Fadil bertanya tiba - tiba.

"Enggak tau."

"Iza khawatir, Dil. Sama Kak Aisyah. Gimana kalau sekarang kita cari Kak Aisyah?" ujarnya.

"Ayok!"


Sejak beberapa hari yang lalu Aisyah nampak tidak seperti biasanya, yang biasa selalu ceria tapi kini hanya terlihat murung seperti ada masalah besar yang menimpanya.

Izinkan Aku Bercadar (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang