Apa?

222 39 36
                                    



"Nak, Kamu gak pa pa?" tanya Wanita paruh baya yang bernama Maryam.

Pemuda yang dipanggil 'Nak' itu tersenyum hangat mengisyaratkan bahwa Ia baik-baik saja. "Nggak Ma, Arsen baik-baik aja kok." Ia tersenyum hangat.

"Mama kok, bisa tau Arsen ada disini?" herannya.

Maryam tersenyum kemudian melirik gadis disampingnya. Arsen mengikuti arah mata Ibunya.

"Maaf Pak. Saya sudah lancang mengambil handphone Bapak," ucapnya sambil menunduk.

Maryam merangkul Faiza sambil mengelusnya hangat, Faiza seolah merasakan sentuhan yang sudah lama tidak Ia rasakan, sentuhan hangat seorang Ibu. Mata Faiza mulai berkaca-kaca. Hatinya mulai rapuh, rindu akan sosok Bundanya yang selalu membelainya hangat, Ia memejamkan matanya sesaat kemudian wajahnya terangkat dan sesekali mengedipkan matanya, agar cairan yang sudah memupuk itu tidak tumpah.

"Tidak Nak,  Tante justru yang berterima kasih. Karena Kamu sudah menolong anak Tante." ujarnya ramah, seketika Faiza merasa tenang bahwa Maryam ---Ibu atau bahkan Arsen tidak berniat memarahinya.

Arsen hanya terdiam, menahan rasa perih di perutnya yang terasa kembali. Sesekali Ia melirik Faiza sekilas, nampak raut ketakutan dari wajah Faiza yang Ia lihat. Arsen menahan tawanya dalam hati, agar tawanya tidak meledak Arsen mencoba memalingkan wajahnya kesembarang arah.

"Arsen itu sudah Tante peringatkan jangan kemana-mana, masih saja bandel." gerutunya sedangkan sang anak nampak terdiam pasrah mendapati omelan Ibunya.

Faiza menarik nafasnya gugup "Mmm..... Tante, maaf saya lancang menanyakan ini. Sebenarnya Pak Arsen ini kenapa, ya?" tanyanya ragu.

"Maaf tante," tambahnya cepat.

Maryam tersenyum hangat, menatap Gadis yang tetap setia menunduk itu. Kemudian Ia menepuk pundak Faiza, membuat si empu langsung menatapnya, berikutnya Maryam melirik anaknya "Beberapa hari yang lalu Arsen mengalami kecelakaan saat sedang bertugas." jelasnya.

"Naasnya Ia tertusuk saat mencoba meringkus seorang narapidana yang kabur dari sel tahanan."

"Kemungkinan luka yang ada diperut Arsen belum sembuh, dan akibat benturan itu. Mungkin luka jahitan yang seharusnya sembuh malah robek lagi." Faiza mengangguk paham saat mendengar penuturan Maryam.

Drttt...drrrtttt......

Suara getaran itu berasal dari salah satu benda pintar milik seseorang yang ada disana, Faiza meraba handphonenya yang ada di dalam tas. Dan benar saja handphone yang bergetar itu miliknya.

Saat Ia melihat layar handphonenya, langsung terpampang dengan jelas nama Raihan disana, Faiza tidak langsung mengangkat panggilannya melainkan meminta izin terlebih dahulu kepada Maryam.

"Tante Saya izin angkat telepon sebentar," izinnya sedangkan Maryam nampak mengangguk.

Faiza berjalan menjauh menuju arah pintu dan membukanya, kemudian tubuhnya menghilang karena sudah berhasil keluar.

Saat sudah berada diluar Faiza langsung saja mengangkat panggilannya.

"Hallo, assalamu alaikum, kak."

Izinkan Aku Bercadar (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang