Setelah mendapatkan kabar dari Raihan pagi tadi bahwa Faiza sudah siuman, rencananya Arsen akan menjenguknya seraya berterima kasih karena Faiza sudah menyelamatkannya kemarin.
Arsen sudah tidak sabar menunggu jam kerjanya usai, rasanya Ia sangat bahagia sekali saat akan bertemu Gadis itu. Hatinya serasa berbunga - bunga, hingga tanpa sadar bibirnya menciptakan sebuah lengkungan sabit. Untung saja tidak ada yang melihatnya.
Arsen baru kali ini merasakan rasanya jatuh cinta, ah apa Ia berhak jatuh cinta kepada Gadis itu? Dalam hati Arsen terus saja beristighfar, tidak sepantasnya Ia memikirkan Gadis yang jelas - jelas bukan mahramnya.
"Istighfar Arsen Istighfar," batinnya mendumel sendiri.
Secara tidak sadar Faiza lah Gadis yang berhasil menaklukan hatinya yang terbilang cukup dingin. Pesona Gadis itu mampu membuat hatinya yang selama ini dingin kian menghangat bahkan sekarang mungkin sudah mencair.
Arsen jadi teringat pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib. "Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia".
Ia tidak mau berharap terlalu berlebih, Ia tidak mau mengalami kecewa dan jatuh cinta dalam waktu yang bersamaan, Arsen belum siap. Bukankah saat kita jatuh cinta kepada manusia, kita juga harus siap menahan kenyataan pahitnya?
Tentang sakit hati. Arsen tidak tahu menahu soal itu, Ia berharap Ia tidak akan mengalaminya. Semoga saja kita tidak pernah tahu bagaimana kedepannya.
Arsen hanya perlu waktu yang pas untuk mengatakan semuanya meskipun Ia tidak tahu apakah Faiza menyukainya atau tidak. Tapi bagaimana dengan Fauzan?
Arsen jadi teringat perkataan sahabatnya semalam.Kedua polisi muda itu nampaknya akan kembali bertugas, tidak ada percakapan diantara keduanya. Sempat hening beberapa saat sampai akhirnya seorang dari mereka memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.
"Arsen!"
Arsen meliriknya sekilas, "Apa?" kemudian Ia kembali fokus pada benda pipih yang ada digenggamannya.
"Gue udah ikhlas kok." ujarnya lagi.
Seketika Arsen menghentikan aktivitasnya, keningnya nampak berkerut serta netranya yang tak lepas memandang Sahabatnya itu.
Fauzan terkekeh, "Maksud Gue, Gue udah ikhlas kalau Lo sama Faiza. Lo suka 'kan sama Dia?" ucapnya diakhiri dengan sebuah introgasi.
Arsen terkekeh, "Lo ngomong apa si? Bukannya Lo yang suka sama Dia?" bukannya menjawab Arsen malah berpura - pura jika Ia tidak mencintai Faiza.
Fauzan menghentikan kendaraannya tepat dibahu jalan, "Iya, Gue emang suka sama Dia." jawabnya jujur.
Seketika hati Arsen serasa mencelos meskipun Ia sudah tahu sebelumnya tapi tetap saja rasanya sesak. Apa ini yang dinamakan sakit hati? 'Oh Allah Aku belum siap untuk merasakannya' batin Arsen.
Fauzan kembali terkekeh kala melihat sahabatnya yang sedang terdiam, "Mungkin Gue cuma suka sama Dia, bukan cinta."
Arsen kembali dibuat bertanda tanya, sebenarnya Fauzan mencintai Faiza atau hanya menyukainya? Padahal suka dan cinta itu hanya beda tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Bercadar (END)
أدب المراهقين#Karya 1 "Ayah?"Ucapku. "Mmmm...Apa Sayang?" jawab Ayahku. "Mmmm...Ayah apakah Aku boleh memakai cadar?" tanyaku, ku lihat raut wajah Ayah. "Apa? Apa hijab lebarmu itu belum cukup?" Ayahku menatap tajam kearahku. "Aku hanya ingin menyempurnakan pak...