Tidak Di Harapkan

222 39 57
                                    



"Assalamu alaikum," sapa seorang Pria.

"Waalaikum salam," jawab seorang Wanita paruh baya, dengan senyum yang masih tercetak. Pria itu meraih tangan Wanita itu dan menyalaminya.

"Arsen ke kamar dulu, ya. Ma?" ucapnya kemudian berlalu menuju kamarnya.

"Mama siapin makanan dulu, ya." teriaknya. Arsen membalikan tubuhnya kemudian menganggukan kepala.

Arsen baru saja pulang bertugas, terbukti dengan tubuhnya yang masih memakai seragam kebanggaannya, peluh yang masih ada didahinya pun belum Ia hapus.

Pintu telah terbuka yang menampilkan suasana ruangan berwarna hitam putih, dengan cepat Ia masuk. Kamarnya begitu rapi, berkat sekolah militer yang Ia geluti membuat kepribadiannya lambat laun jadi berubah, Ia lebih disiplin dan mandiri. Bahkan urusan kamarnya pun bukan Mamanya yang membersihkan.

Arsen tidak ingin membuat Wanita yang Ia cintai itu kelelahan, baginya lelah saat melahirkan dan membesarkannya saja sudah lebih dari cukup. Arsen tidak mau menambahnya dengan harus membersihkan kamarnya.

Ia mengambil handuknya kemudian beralih menuju kamar mandi guna membersihkan diri.

Arsen baru saja keluar dari kamar mandi, tubuhnya sudah jauh lebih segar. Tangannya meraih sebuah minyak wangi kemudian menyemprotkannya keseluruh bagian tubuh yang diperlukan.

Out fit yang Arsen kenakan kali ini cukup terkesan simple dengan kaos oblong hitam pendek dipadukan dengan celana jeans hitam.

Ia memutuskan untuk turun dari kamarnya, karena Mamanya sudah memanggil sedari tadi.

Diruang makan terdapat Maryam yang sedang menata makanan untuknya.

"Hai, Ma." sapanya.

Arsen menarik salah satu kursi kemudian mendudukkan bokongnya disana.

"Wihhh....kayanya enak tuh." godanya kepada sang Ibu, Maryam hanya terkekeh.

"Ya enak dong." jawabnya bangga.

Arsen membalasnya dengan senyuman hangat, Ia membalikan piring yang tadi terbalik kemudian mengisinya dengan nasi serta lauk pauknya.

Setelah membaca doa Arsen langsung memakan makanan buatan Ibunya, perutnya sudah keroncongan sedari tadi. Sedangkan Maryam menatap Anaknya sambil tersenyum.

"Gak kerasa Kamu udah tumbuh sebesar ini Sen, perasaan baru kemarin Mama masih nimang - nimang Kamu " Batinnya seraya tersenyum.

"Mama kok, gak makan?" tanyanya heran.

Maryam tersenyum "Nanti. Mama mau nungguin Papa dulu." terangnya.

"Yah, Arsen udah makan duluan." gumamnya merasa bersalah.

Maryam terkekeh "Nggak pa pa, Kamu pasti capek. Terus laper 'kan?" Arsen mengangguk.

"Habisin ya! Mama mau kebelakang dulu." ucapnya.

"Eh, Mama jadi keinget Gadis itu." ujar Maryam membuat Arsen meliriknya cepat dan mengerutkan keningnya.

Izinkan Aku Bercadar (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang