Lulus

437 58 23
                                    

'Sudah di Revisi'


"Kejarlah Akhiratmu, maka Dunia akan menjadi milikmu"

Akhirnya nilai hasil ujian Faiza pun keluar, rasa bahagia dan haru kini yang sedang bercampur aduk dihatinya. Karena, perjuangannya selama ini tidak mengecewakan, Ia keluar sebagai juara tahun ini.

Mendapat predikat sebagai murid berprestasi tidak membuatnya angkuh, Ia percaya bahwa semua ini adalah atas izin Allah. Ia hanya bisa berikhtiar selebihnya Allah lah yang mengatur semuanya.

Tak lepas dari hari - harinya Ia isi dengan belajar dan belajar baik disekolah maupun dirumah, tak lupa untuk selalu berdoa kepada yang maha kuasa, karena Dia yang menentukan segalanya.

"Bunda...., Ayah..." Faiza berlari sambil sedikit berteriak kemudian berhambur memeluk orang tua tercintanya.

"Sayang, Bunda bangga sama kamu, Nak!" lirih Mirna menatap anak Bungsunya yang kini sudah tumbuh dewasa.

"Selamat sayang." ucap Maulana Ayah Faiza.

"Kakak nya gak dipeluk juga nih?" sindir Fahri yang melihat sang Adik hanya memeluk kedua orang tua nya saja.

"Loh.., ada Kakak disini?" tanya Faiza heran padahal sebenarnya Ia tahu bahwa Kakaknya juga ikut hadir di acara kelulusannya, bukan Faiza kalau tidak usil.

Yaps, dia hanya ingin membuat sang Kakak kesal, tiada hari tanpa bertengkar itulah kebiasaan Kakak beradik ini, tapi dibalik semua itu mereka begitu saling menyayangi satu sama lain hanya saja cara penyaluran kasih sayang mereka dengan cara yang berbeda dari yang lain.

"Tau, ah!" rajuk Fahri dengan ulah Adiknya yang suka sekali membuatnya kesal, begitupun sebaliknya.

"Hehe.., becanda!" gurau Faiza kemudian berhambur memeluk sang Kakak, gemas sekali saat melihat sang Kakak merajuk.

"Thank you brother!" lirih Faiza dalam pelukannya, pasalnya Fahri lah yang selama ini menjadi guru privat nya yang sabar mengajarinya setelah guru - guru nya disekolah.

"Buat?" tanya Fahri heran dengan tingkah Adiknya.

"Udah ajarin Aku." ucap Faiza melepas pelukannya kemudian menatap Kakaknya yang sepuluh senti lebih tinggi darinya.

"Iya" jawab Fahri sambil mengacak - acak pucuk kerudung Adiknya.

"Ihh..., berantakan dong." rajuk Faiza melihat kelakuan sang Kakak yang usilnya mulai kambuh lagi, padahal baru saja tadi sweet - sweettan. Dasar Kakak nyebelin!

***

Acara kelulusan Faiza kini sudah selesai, saatnya mereka pulang. Faiza sangat bersyukur akhirnya Ia bisa membanggakan kedua orang tua dan juga Kakaknya.

Setelah setengah jam perjalan yang cukup melelahkan, akhirnya keluarga kecil itu kini sampai di rumah mereka dengan Maulana yang turun terlebih dahulu dari mobil, disusul dengan istrinya Mirna kemudian kedua anaknya Fahri dan Faiza.

Dengan langkah gontai Faiza langsung menuju kamarnya, yang Ia pikirkan adalah badannya yang kini sudah lengket karena keringat, Ia ingin segera sampai dikamarnya dan segera membersihkan tubuhnya.

Setelah selesai ritual mandi yang cukup menguras waktu, tiga puluh menit bayangkan saja apa yang dilakukan Gadis itu? Mandi apa tidur? Lama bener.

Dilanjut shalat zhuhur, setelah shalat Ia berniat ingin keluar, cari angin sekalian jalan - jalan. Satu dua tangga hingga akhir tangga Ia lewati dengan baik sampai akhirnya mendarat mulus dilantai rumahnya, dilihatnya ruangan sepi. Kemana mereka? Itulah yang sekarang ada dipikiran Faiza.

Izinkan Aku Bercadar (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang