Malaikatku Pergi

305 42 30
                                    

Sudah direvisi


"Semua yang bernyawa pasti akan merasakan yang namanya kematian"

Pagi yang cerah, dengan langit biru yang menghiasinya. Matahari pun seakan sedang tersenyum, burung-burung tak lelahnya berterbangan kesana-kemari tak lupa dengan kicauan yang bising nan syahdu, ditambah dengan udara yang sejuk saat ini.

Fahri sekarang sudah sembuh. Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit.Tapi, Faiza masih sedikit khawatir jika Fahri harus mengendarai mobilnya sendirian menuju kampus, padahal Fahri sudah beberapa kali mengatakan bahwa ia telah sembuh dan baik-baik saja. Tapi, Faiza yang notabenenya keras kepala tetap bersikeras tidak membiarkan Kakaknya berangkat sendirian.

Lebih baik Fahri mengalah dengan Adiknya, karena jika ia tidak mengalah ia tidak akan bisa berangkat ke kampus, karena terus dihadang oleh Faiza.

Faiza akhirnya bersorak hore, saat Fahri menyetujuinya. Kemudian mereka menyalami orang tuanya satu persatu.

Faiza mengambil alih kunci mobil yang ada di genggaman Kakaknya, kemudian berlalu begitu saja kegarasi untuk mengambil mobil. Fahri hanya bisa pasrah dengan kelakuan Adiknya yang keras kepala tingkat tinggi itu.

"Ayok masuk!" titah Faiza setelah menurunkan kaca mobilnya.

Fahri memutar bola matanya malas "Iya,"

"Mentang-mentang udah bisa pake mobil." ledek Fahri saat sudah naik kemobilnya.

Faiza hanya terkekeh kemudian melajukan mobil milik Kakaknya untuk menjauh dari pekarangan rumahnya.

Dalam perjalanan Faiza berniat mengajak Fadil untuk berangkat bersama, saat sudah tiba didepan rumah Fadil. Faiza langsung saja turun tanpa memperdulikan tatapan Kakaknya yang kebingungan.

"Za, Kok berhenti?".

"Bentar, Iza mau ngajak Fadil bareng sama kita berangkatnya." ujarnya berlalu begitu saja.

Faiza langsung saja mengucapkan salam "Assalamu alaikum,"

Setelah menunggu sekitar tiga menit, akhirnya terdengar suara sahutan salam dari dalam rumah. Ternyata itu adalah Fadil, Faiza tersenyum saat mendapati Fadil keluar dari rumahnya.

"Waalaikum salam" jawab Fadil sambil merapikan hijabnya.

"Loh, Za. Motor kamu kemana?" Fadil terlihat bingung sambil celingak-celinguk mencari keberadaan motor milik sahabatnya.

"Enggak, Iza gak bawa motor! Iza bareng Kak Fahri." ujar Faiza santai.

Fadil hanya ber oh ria. "Yaudah, yuk!" ajak Faiza dan diangguki oleh Fadil.

Faiza berjalan terlebih dahulu dengan Fadil dibelakangnya. "Udah?" tanya Fahri saat mereka berdua sudah naik ke mobil. "Udah." ucap Faiza sambil memasang seatbel nya.

"Kak, sehat?" tanya Fadil.

"Alhamdulillah, sehat." ujar Fahri sambil menengok kearah Fadil, sedangkan Fadil hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

Mobil melaju membelah jalan demi jalan dan sempat berhenti karena lampu merah, sampai akhirnya setelah kurang lebih tiga puluh menit perjalanan karena jalanan sedikit macet, membuat mereka sedikit terlambat dari biasanya.

Izinkan Aku Bercadar (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang