Natasha terdiam setelah menumpahkan segala beban yang dipikulnya sendirian selama ini. Tidak ada yang tahu betapa dalam calon pengantin pria menyakiti hatinya. Bersama Tiara, Rendra kekasihnya yang menjadi orang kepercayaannya itu, menancapkan belati tidak kasat mata ke dalam hatinya membuat rongga dada sakit tapi tidak berdarah.
Merry menatap putrinya dengan iba. Naluri keibuannya tentu membuatnya ikut merasakan kesakitan yang diterima sang putri. Siapa yang tidak sakit jika harus menerima kenyataan bahwa calon suami dan sahabat tidur bersama menjelang pernikahannya.
Untungnya Merry tidak menderita penyakit jantung yang dapat membuatnya mengalami serangan mendadak jika mendengar berita yang sangat mengejutkannya itu.
Dengan mata yang memerah menahan pedih di hati, jemari ringkih wanita tua itu terhulur meraih telapak Natasha, menggenggam lembut menyalurkan kekuatan pada putrinya.
"Kenapa baru bicara, Nat? Kalo Mama tahu luka yang ditorehkan mereka sama kamu, Mama tidak akan memaksakan kehendak Mama untuk meminta kamu menikah, Nak."
"Nat hanya tidak ingin Mama kuatir sama Nat," Natasha menangkup telapak keriput milik sang bunda dengan jemari halusnya.
"Bagaimana ceritanya bisa begitu? Cerita ke Mama kejadiannya, Nat." Merry berharap tidak ada lagi yang disembunyikan Natasha.
Natasha mengusap jemari ringkih milik Merry. Gadis itupun bercerita dengan suara yang sedikit tersendat serta mata yang memerah menahan tangis. Natasha merekam dengan jelas permainan menjijikkan Rendra dan sahabat Natasha di sofa apartemen Tiara.
Saat itu Natasha hendak mengantarkan kartu ATM milik Tiara yang terjatuh di dalam mobil Natasha. Tiara tampaknya tidak menyadari jika kartu itu ada di mobil Natasha. Terbukti dengan sudah seharian ATM itu berada di sana, Tiara tidak menghubunginya sama sekali.
Merasa jika dia tidak segera mengembalikan akan menyusahkan Tiara karena pentingnya kartu itu, Natasha mendatangi apartemen Tiara tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Natasha yang mengira Tiara tidak di rumah, langsung saja masuk ke dalam dengan terlebih dulu menekan kode pintu apartemen yang memang dihapalnya.
Sehingga sebuah pemandangan menjijikkan sekaligus mengejutkan terpampang jelas di depan matanya. Rendra dan Tiara sedang asyik memadu kasih di sofa apartemen Tiara.
Seketika Natasha meneriaki dua makhluk yang melakukan perbuatan melanggar norma agama dan norma adat itu membuat kedua orang itu berhenti dan buru-buru menutupi tubuh polos mereka seadanya dengan pakaian yang tadinya terserak. Sejak itu Natasha memutuskan hubungannya dengan Rendra dan Tiara.
Usai Natasha bercerita, tatap mata ibu dan anak itu beradu saling membangun kekuatan satu sama lainnya. Mata tua itu masih setia menciptakan butir-butir bening yang membasahi pipi Merry.
Natasha menghulurkan jemari telunjuk dan mengusap pipi sang bunda dari lelehan itu. "Jangan sedih. Cukup Nat aja yang sedih. Jangan sampai bikin mood Mama berantakan."
"Ibu mana yang enggak sedih anaknya diperlakukan begitu. Terlebih mama udah maksain kamu untuk menikah padahal lukamu pastinya belum sembuh. Maafin mama, Nak. Mama gak akan maksain kamu untuk menikah. Paling enggak selama kamu belum siap mama gak akan maksa."
"Makasih, Mama."
"Nat...." Suara bass memanggil Natasha dari arah pintu kamar.
Entah sejak kapan Davin ada di sana. Bersandar di bingkai daun pintu dengan menyilangkan kaki sementara tangannya bersedekap di dada.
Seketika Natasha menoleh. "Ya?"
"Udah selesai bicaranya? Ke ruang kerja gue sekarang," titahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijual Istri
ChickLitNatasha seorang wanita dingin yang sudah pernah patah hati, hingga dia didesak oleh keluarganya untuk menikah sebab orang tuanya yang sudah sakit-sakitan ingin melihatnya menikah. Merasa terdesak, dan sudah tidak memiliki waktu banyak lagi, Natasha...