Bab 6

8.7K 568 6
                                    

Matahari sudah hampir naik sepenggalah. Natasha melajukan pelan mobilnya dari parkiran apatemen. Di tepi jalan, Natasha melihat suami bayarannya tengah melangkah dengan tas panggul yang tergantung di punggung. Terbesit rasa iba di hati Natasha. Meski Satria tetap maskulin dengan tampilannya itu, Natasha merasa kasian dan dapat merasakan seperti ada beban yang dipikul oleh Satria. Tanggung jawab. Entah tanggung jawab itu untuk siapa. Tidak mungkin untuk dia bukan? Sebab Natasha tidak akan menuntut sebuah pertanggungjawaban seorang suami pada Satria.

Perlahan mobil Natasha melewati Satria. Hari masih pagi, tapi sekilas Natasha dapat melihat kalau dahi Satria mulai berpeluh. Selain karena cahaya matahari yang mulai panas, perjalanan Satria dari apartemen menuju jalan yang diperbolehkan dilewati oleh angkutan umum, membuat dahi Satria berkeringat. Ah, Natasha rasanya tidak tega. Dia adalah perempuan yang lahir berkecukupan, mewah bahkan. Natasha sangat jarang berinteraksi dengan kalangan menengah ke bawah. Namun, mengingat seorang pria adalah makhluk kuat dan sanggup menyakiti wanita seperti yang dilakukan Rendra padanya, ada baiknya Natasha kembali tidak ambil peduli.

Satria pun menghela nafas lega begitu mobil Natasha yang berjalan lambat sempat dirasainya mengekor dari belakang. Terbesit rasa minder pada Natasha, perempuan kaya yang menikahinya hanya untuk menyenangkan keluarga. Namun  tujuannya menikahi Natasha hanyalah demi kebahagiaan Rika dan Dyah. Tidak ada yang lain, jadi untuk apa dia memelihara rasa mindernya. Sama sekali tidak penting bagi Satria.

Mengingat kedua wanita yang dicintainya itu, Satria bertekad sekuat hati untuk mencari nafkah agar bisa memberi materi lebih pada mereka.

Satria mengenakan perangkat badutnya di dalam kamar mandi dekat sebuah taman kota yang menjual makanan dan minuman. Di sanalah Satria berperan menjadi badut untuk mengisi pundi-pundi uangnya lebih banyak lagi. Dia menaruh kotak uang di depannya. Jika ada yang ingin berfoto dengan badut, maka orang-orang akan menaruh uang seikhlasnya.

Menjadi badut seperti itu tentulah penghasilannya tidak seberapa. Apalagi badut bukan lagi sesuatu yang dianggap langka. Ada banyak badut hampir di tiap tempat-tempat hiburan. Kadang Satria hanya menghasilkan puluhan ribu dari pagi hingga sore. Gajinya sebagai satpamlah yang lebih banyak mendominasi memenuhi kebutuhan hari-hari keluarga kecilnya bersama Rika.

Selesai dengan pakaian badutnya, Satria segera melancarkan aksinya di taman. Hingga sore menjelang dia akan melanjutkan mencari nafkahnya dengan menjadi satpam sebuah komplek perumahan.

Sementara hari sudah sore. Natasha teringat dia harus mengisi kulkas dan kebutuhan dapur untuk apartemennya. Dia harus segera pulang tapi akan mampir terlebih dahulu ke supermarket.

Rasa lelah sudah mendera Natasha saat dia memasuki basement parkir apartemennya.
Natasha menapakkan kakinya agak cepat. Perempuan itupun menekan tombol apartemen. Lalu tiba-tiba...

Natasha merasa tubuhnya didorong dari belakang. Belanjaannya berhamburan ke lantai. Tubuh yang terhuyung membuatnya nyaris tersungkur. Beruntung dia sedang menggunakan sepatu dengan alas datar, hingga keseimbangannya terjaga. Buah-buahan dan sayur-mayur yang dibeli berjatuhan serta bergelindingan di lantai.

"Ah...siapa--" Natasha membalikkan tubuhnya ke belakang setelah berhasil menegakkan tubuhnya kembali. Gadis itupun terkesiap mendapati sesosok yang sangat dia benci.

"Apa kabar, Natasha?" Lelaki yang ada di hadapannya itu menyeringai.

"Kamu? Mau apa kamu ke sini?" sengit Natasha.

"Keep calm ... Nat." Lelaki berperawakan tinggi dan atletis itu menjulang dengan tangan yang dilipat saling bertautan antar siku di dadanya menatap Natasha angkuh.

"Mau apa kamu ke sini? Hah?" Natasha memekik berani tapi berusaha menyembunyikan ketakutannya.

Mata Natasha membelalak dan memerah menahan amarah yang terasa hingga ke puncak kepala.

Dijual IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang