Usapan tangan Satria pada punggung Natasha perlahan berhasil meredakan isak tangis gadis itu. Kelegaan seolah menarik sesak di dada sejak dia merasa menyerah menghubungi Satria setengah jam sebelum kedatangan sang suami. Dalam waktu tiga puluh menit itulah netra Natasha dipenuhi linangan air mata.
Masih dalam pelukan suami, Natasha yang tangisnya mulai mereda bertanya, "Kenapa handphonenya nggak aktif?"
"Habis batre," jawab Satria lembut yang memindahkan usapannya dari punggung ke kepala.
"Emang nggak sakit tadi pas jalan ke sini?" tanya Satria.
"Masih sakit, dikit."
Satria mengurai pelukannya, menenggelamkan manik miliknya ke dalam pusaran iris coklat madu milik Natasha. Lelaki itu menangkup kedua pipi istrinya dan mengusap lelehan bulir bening dengan ujung jempolnya.
"Kamu jelek kalo lagi nangis. Jadi, nggak apa-apa kalo nangisnya di depan cowok lain."
Natasha melepas tawa kecilnya sementara tangannya mencubit dada Satria hingga lelaki itu berteriak kecil sebab kaget.
"Oke, aku akan nangis di depan cowok laen," kata Natasha dengan wajah yang dibuat-buat seolah serius.
"Jangan pernah lakukan itu. Kamu hanya boleh melamun dan menangis di depanku," kata Satria sementara telunjuknya menjawil hidung Natasha.
Natasha tersipu mendengar kata-kata Satria. Karena salah tingkah, gadis itu menyelipkan rambut di belakang telinganya. Melihat wajah malu-malu itu, Satria mengulum senyum. Dia menikmati raut Natasha yang dulu jarang dilihatnya.
"Ayo, kita kembali ke kamar. Kamu harus tidur."
Natasha mengangguk.
Sejurus kemudian, Satria yang masih berlutut berbalik memunggungi Natasha dengan posisi berjongkok.
"Naik," titah Satria seraya menepuk pundaknya sendiri.
"Hah? Na-na-naik?"
"Iya."
"Tapi ...."
"Nggak ada tapi-tapinya. Kakimu masih sakit. Klo dipaksakan lukanya jadi retak dan untuk sembuh tambah lama nanti."
"Aku ..., apa tidak berat?"
"Enggak, ayo buruan naik. Udah semakin malam, aku mau tidur juga."
"Oh, i-i-iya ...."
Natasha memeluk leher Satria dari belakang dan lelaki itu pun mengangkat tubuhnya berdiri dengan menggendong Natasha di punggung. Satria membawa langkah kakinya keluar paviliun.
Menapaki rerumputan halaman villa beratapkan langit yang dipenuhi bintang-bintang, Satria melambatkan tapak-tapak kakinya."Aku ... berat nggak?" tanya Natasha.
"Ringan banget. Sama kayak bawa kardus kosong, ri--- aaaw!"
Satria memekik karena Natasha mencubit lengan liat milik Satria."Ssshhh, sakit tau ...," keluh Satria.
"Abisnya, nyamain aku sama kardus."
Satria terkekeh.
"Kenapa tadi enggak tidur aja?" tanya Satria.
"Nggak bisa tidur."
"Nungguin minta digosok sebelum tidur bukan?" tanya Satria dengan nada menggoda.
"Idih ... GR!"
"Hahaha ...."
Tanpa terasa keduanya sudah berada di depan tangga yang menghubungkan lantai satu dengan kamar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijual Istri
ChickLitNatasha seorang wanita dingin yang sudah pernah patah hati, hingga dia didesak oleh keluarganya untuk menikah sebab orang tuanya yang sudah sakit-sakitan ingin melihatnya menikah. Merasa terdesak, dan sudah tidak memiliki waktu banyak lagi, Natasha...