"Motornya udah jarang gue pake. Jadi nggak tau kondisi terakhirnya bagus apa enggak. Tapi yang jelas mesinnya bagus. Mudah-mudahan nggak ada apa-apa di jalan nanti," jelas Devin pada Satria di garasi rumah Merry.
Satria pun mengangguk. Dia menghidupkan motor jenis ninja itu dan mulai melajukannya pelan dengan Natasha di belakang yang hanya menggenggam erat jaket miliknya. Satria sebenarnya jengah masih harus terus bersama sang istri. Kemelut batinnya masih belum usai. Harusnya dia pulang untuk menenangkan diri lebih dulu. Berpikir bagaimana caranya mengurai benang kusut yang masih tersimpul kuat.
Namun, dia tidak memiliki pilihan sama sekali. Merry memaksa Natasha untuk ikut, sebagai tradisi menemui mertua. Itulah yang dikatakan wanita paruh baya itu pada mereka. Pun sama halnya dengan Natasha, dia lebih cenderung menerima masukan Natasha untuk mengikuti Satria. Perlahan tapi pasti dia sudah bisa menerima keberadaan Satria sebagai suaminya secara utuh.
Terlebih setelah malam mereka melakukan hubungan suami istri, Natasha sadar seutuhnya dia adalah istri Satria. Tidak ada jalan lagi untuk mundur ke belakang. Kesepakatan itu akan dia abaikan jika memang itu nantinya dibutuhkan. Namun, untuk saat ini Natasha masih bingung dengan hubungan mereka yang tiba-tiba saja merenggang.
Hari sudah mendekati malam. Desa Negri di Atas Awan adalah desa yang cukup jauh dari rumah Devin. Ditambah jalanan yang kurang bersahabat disertai jurang terjal di sisi jalan menuju ke sana. Membuat Satria memacu motornya lebih kencang agar tiba di rumah Yono menjelang malam.
Beberapa kali menarik gas motor, ada satu kali sentakan yang membuat tubuh Natasha terpental ke belakang. Beruntung dia dengan cepat menarik kuat jaket Satria yang sejak awal perjalanan memang menjadi pegangan untuknya. Menyadari Natasha mundur ke belakang karena tarikan gas yang mengejutkan, Satria menarik tangan Natasha dengan telapak sebelah kiri, sementara telapak kanan menggenggam erat setang motor.
Gerakan Satria menarik tangan Natasha menyebabkan tubuh gadis itu mau tidak mau merangsek maju ke depan. Ketika jarak mereka teramat dekat, Satria memegang erat pergelangan tangan Natasha lalu ditaruh di perut berotot hasil dari rajinnya dia berlatih karate.
Kemudian dia menarik sebelah tangan Natasha yang masih menggenggam jaket untuk memeluk perutnya juga. Rasa cemas tidak bisa Satria hindari kala dia merasa Natasha hampir terjungkal tadinya. Di sisi lain dia merutuki diri karena nyatanya antara pikiran dan hati jelas bertolak belakang. Pikirannya sudah dia alihkan hanya untuk mengingat Dyah dan Rika. Namun, hatinya malah berkhianat dari kepala. Rasa cemas tiba-tiba menderanya kala dia merasakan tubuh Natasha tersentak ke belakang.
Akan tetapi, dia merasa bahwa hal ini bukanlah kecemasan berlebihan karena perasaannya telah berpindah dari Rika ke Natasha. Namun, rasa cemas itu tentu saja karena dia tidak ingin terjadi sesuatu yang membahayakan siapa pun yang pergi bersama dengannya. Baik itu Natasha maupun orang lain. Benar bukan seperti itu? Sebuah kecemasan yang wajar. Satria mencoba menyangkal sebuah perasaan yang mulai terbentuk tanpa dia sadari.
Sementara itu di belakang punggung Satria, Natasha tersenyum lebar. Sebab dia melihat gestur cemas suaminya itu dan tanpa ragu-ragu lagi dia memeluk erat perut Satria, tidak lupa merebahkan kepalanya di pundak bidang Satria. Dalam hati gadis itu berpikir, tidak sia-sia mereka pergi bersama seperti ini, siapa tahu hal itu akan mengeratkan kembali hubungan mereka yang sempat merenggang.
Jalan menuju tempat tinggal Yono sudah memasuki lereng-lereng terjal di kanan dan kirinya. Hari pun beringsut gelap. Matahari sore perlahan mulai tenggelam. Pasangan suami istri itu masih harus menempuh perjalanan yang tidak sebentar.
Selang beberapa menit kemudian, sebelum matahari benar-benar tenggelam, motor Devin yang dikendarai Satria tiba-tiba tersendat jalannya. Mengingat hari yang semakin kelam, Satria berusaha menarik gas lebih kencang agar laju motor tidak terhenti. Namun, hal itu sia-sia belaka. Sebab motor berhenti mendadak.
"Kenapa motornya?" tanya Natasha.
"Enggak tau. Mungkin mogok," jawab Satria sekenanya.
"A--a--apa? Mogok?!" Natasha terperanjat mendengar jawaban Satria.
"Mungkin, ayo turun dulu! Kita liat ada apa dengan motornya," kata Satria.
"Aku udah ragu tadi pas kita mau berangkat dari rumah. Motor ini sejak suami Mbak Asti meninggal, nggak ada lagi yang merhatiin. Boro-boro Devin mau make, liat aja nggak pernah. Ini tuh dulu dibeliin papa untuk Devin kuliah. Terus pas Devin udah ngurusin perusahaan, nggak ada lagi yang merhatiin motor ini, suami Mbak Asti yang akhirnya kadang-kadang make, atau kadang-kadang manasin gitu. Setelah beliau meninggal, nggak ada lagi yang merhatiin nih motor," jelas Natasha panjang lebar.
Satria hanya berdeham mendengarnya. Tidak ingin menanggapi lebih jauh cerita Natasha. Melihat reaksi Satria yang datar, akhirnya Natasha pun mengerucutkan bibirnya.
Satria melihat dengan seksama mesin motor milik Devin. Namun, karena Satria tidak paham dengan cara kerjanya, Satria pun hanya bisa menghidupkan kembali mesin motor dengan starter. Dia kembali menemui kesia-siaan. Motor tidak mau hidup sama sekali.
Sementara itu waktu sore menjelang malam adalah waktu nyamuk-nyamuk berkeliaran. Natasha yang di apartemen mau pun di rumah Merry dan di villa nyaris tidak pernah bertemu dengan serangga terbang itu, mulai mengeluh. Gadis itu menepuk-nepuk pipi dan terkadang menampar nyamuk yang mendarat di punggung telapak tangannya yang tidak dibungkus apa pun.
Menggaruk tangan dan pipinya, tingkah Natasha tersebut tidak luput dari pantauan Satria. Lelaki itu berdecak. Selain masalah motor yang tidak mau dihidupkan, keluhan berupa gumaman kesal digigiti nyamuk yang terlontar dari bibir Natasha membuat Satria jengah. Inilah salah satu alasan Satria tidak mau ditemani Natasha saat pergi ke Desa Negeri di Atas Awan.
"Sebenarnya aku keberatan kamu ikut itu karena perjalanan ke sini nggak mudah. Ke depan malah kita akan melewati jalan ekstrim. Kamu yakin masih mau melanjutkan perjalanan? Kalo nggak kita minta Mas Devin jemput kamu di ujung jalan sana yang masih dilewati mobil. Gimana?"
Pertanyaan Satria jelas dimaknai Natasha sebagai sebuah penolakan. Natasha sangat paham akan hal itu. Suaminya itu tidak mengijinkan dia pergi bersama-sama ke rumah Yono. Natasha hanya bisa mengerucutkan bibir dan menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Beberapa waktu yang lalu dia menduga kepergian mereka bersama ini akan membuat hubungan mereka menjadi lebih baik lagi. Namun, tampaknya hal itu seperti pepatah jauh panggang dari pada api. Natasha sungguh kecewa pada Satria. Sikapnya jauh lebih buruk dari pada saat awal pernikahan dahulu.
Mengapa justru setelah dia menyerahkan kesucian pada lelaki itu, sikapnya malah memburuk ketimbang di awal-awal mereka membangun rumah tangga di atas kesepakatan. Lalu ketika Natasha meyakini ada cinta di antara mereka hingga berlangsungnya malam pertama, sikap Satria malah bertolak belakang? Ada apa sebenarnya? Apa yang disembunyikan lelaki itu?
Rasa penasaran itu mengusik Natasha hingga dia memberanikan diri bertanya.
"Sebenernya ada apa sih?"
Akhirnya Natasha angkat bicara.
Jangan lupa bintangnya ya..
Terima kasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijual Istri
ChickLitNatasha seorang wanita dingin yang sudah pernah patah hati, hingga dia didesak oleh keluarganya untuk menikah sebab orang tuanya yang sudah sakit-sakitan ingin melihatnya menikah. Merasa terdesak, dan sudah tidak memiliki waktu banyak lagi, Natasha...