Setelah mendengar cerita Natasha, Devin segera bertindak. Lelaki itu menelepon orang kepercayaannya untuk mencari tahu mengenai kasus penyerangan di restoran adiknya.
Dalam waktu dua puluh empat jam, orang kepercayaan Devin itu berhasil mendapatkan informasi yang diinginkan oleh Devin.
"Hallo?" sapa pria dari seberang telepon Devin.
"Ronald, Pak. Mau melaporkan apa yang sudah Bapak perintahkan itu."
"Jadi, bagaimana?" tanya Devin.
"Awalnya kami sama sekali kesulitan mencari bukti, Pak. Karena tidak adanya CCTV. Tapi kami terus berusaha,dan menemukan titik terang. Hmmm ..., dalangnya memang putranya Pak Dananjaya, Pak."
"Bukti kuat dan mengarah ke Rendra?"
"Tepat sekali, Pak."
"Oke, kalau begitu. Terima kasih."
Devin kemudian meminta Satria menemaninya menemui Ronald, sebab kesaksian Satria bisa saja dibutuhkan. Kedua lelaki itu pun pergi ke Jakarta bersama-sama untuk menuntaskan masalah yang terjadi di restoran Natasha. Namun sebelum itu, Devin dan Satria bertemu dengan Ronald terlebih dulu di kantor Devin. Keduanya memasuki lift khusus untuk jajaran direksi dan komisaris, sehingga tidak ada yang tahu jika Devin bersama Satria.
Devin masih belum ingin banyak orang tahu mengenai Satria. Rencananya Devin akan menempatkan iparnya itu masuk ke perusahaan mereka. Hanya Devin belum tahu posisi apa yang cocok untuk Satria.
Orang kepercayaan Devin itu memberikan bukti-bukti berupa foto serta rekaman beberapa saksi. Saat dikonfirmasi pada Satria, ipar Devin juga membenarkan kondisi restoran yang hancur tersebut.
Setelah dirasakan bukti-bukti dan foto itu cukup untuk membuat perundingan dengan Dananjaya, Devin pun mendatangi pria itu ke kantornya bersama beberapa orang termasuk Ronald. Sementara Satria untuk sementara tidak diikutsertakan.
"Sat, aku dan Bang Ronald akan bicara dengan papanya Rendra di sini. Kamu kalo mau jalan ke mana nggak apa-apa. Soalnya terlalu beresiko mempertemukan kalian."
"Iya, nggak apa-apa kok, Mas. Aku ntar ini jalan dulu kali ya. Keluar ke tempat temen. Ntar kalo udah selesai, Mas bisa telpon aku."
"Oh, oke. Ini kunci mobilnya."
Tidak lama sepeninggal Satria muncullah Dananjaya, ayahnya Rendra. Lelaki itu memasuki kantor Devin dengan desain interior bernuansa hitam dan putih sementara sofa berwarna hitam tersusun apik. Dananjaya bertemu pandang dengan Devin Kakak Natasha itu bisa melihat aura negatif yang menguar saat Dananjaya dan asistennya masuk ke ruangan Devin.
Kedua pebisnis itu saling bersalaman. Devin kemudian mempersilakan Dananjaya duduk di sofa ruang kerjanya.
"Apa kabar, Om?" tanya Devin.
Dananjaya memasang senyum palsunya. "Baik, sangat baik. Ada apa nih, seorang Baskoro memanggil Dananjaya?"
Devin tersenyum tipis dan mengedikkan dagunya memberikan kode pada Ronald untuk menyerahkan bukti-bukti yang mereka dapatkan.
Ronald yang tadinya hanya berdiri saja, membawa langkah tegasnya menuju sofa yang berhadapan langsung dengan Dananjaya. Lelaki itu mulai membuka sebuah map berwarna merah lalu mendorongnya ke hadapan Dananjaya.
Tatapan Dananjaya yang terhunus pada Ronald beralih pada map tersebut. Lembaran foto dan beberapa kertas berisi keterangan yang menunjukkan Rendra adalah dalang kekacauan di restoran Natasha terhampar di depan lelaki paruh baya itu.
Mata tua itu terbelalak dan perlahan wajahnya memucat.
"Jangan-jangan ini rekayasa.""Oh, come on Om. Aku bukan sejenis pebisnis yang akan melakukan hal yang beresiko seperti ini. Perusahaanku sudah ada di level B1, dan dengan bodohnya aku melakukan hal kotor semacam ini dan menjatuhkan reputasi perusahaan. No, aku tidak sepicik itu, Om."
Dananjaya menjauhkan punggungnya dari sandaran sofa kantor Devin, meraih map merah itu dengan tangan bergetar. Dulu Rendra hampir menikahi Natasha, dan itu membuat bisnis Dananjaya banyak dibantu oleh Devin. Hingga Rendra mencoreng nama baiknya di depan Devian dengan mengkhianati Natasha. Walaupun saat itu Natasha tidak berbicara dengan Devin, Dananjaya yakin suatu hari Devin mengetahuinya. Namun, Dananjaya juga marah dengan Natasha yang seenaknya telah membatalkan pernikahan gadis itu dengan putranya. Hingga terjadi perang dingin antara Dananjaya dan Devin.
"Jadi apa tawarannya, Devin? Apa tender tower itu aku berikan padamu?"
Devin tertawa. "Kali ini deal kita bukan uang, Om. Aku tidak tertarik dengan tawaran, Om. Aku hanya meminta Rendra menjauhi Natasha. Itu saja."
Dananjaya membeku mendengarnya.
***
Satria menjalankan Rubicon hitam milik Devin dengan cepat menuju rumah sakit tempat Dyah dirawat. Tadi Satria telah menghubungi Rika tentang keberadaan anak dan istrinya itu.
Lelaki bertubuh kekar itu memarkirkan mobil Devin di pelataran sebuah rumah sakit, lalu memasuki gedung bertingkat itu dengan tergesa menuju ruangan di mana Dyah menjadi pasien rawat inap.
Membuka pintu perlahan, kepala Satria menyembul dari balik daun pintu ruangan Dyah. Di sana atas ranjangnya Dyah tengah duduk dengan wajah yang mulai memerah. Gadis kecil itu menoleh ke pintu.
"Ayah ...," lirih suaranya.
Satria mendorong tangannya yang memegang knop pintu, masuk ke dalam sana dengan langkah lebih cepat. Sementara Rika yang tengah menyusun pakaian dan memasukkannya ke dalam tas besar menoleh ke arah pintu.
"Sayang Ayah ...." Satria duduk di pinggir Dyah mengecup kening putrinya itu.
"Ayah kok baru datang, Ayah udah seminggu nggak liat Dyah."
Satria memandang sendu gadis kecil itu. Memang benar yang dikatakannya. Terakhir mereka bertemu saat Dyah minta diajak bermain di sebuah mall, dan hari itu juga dia menginap di rumah Merry lalu berlanjut dengan bulan madu ke villa.
"Udahlah, Dyah. Jangan begitu Ayah cari duit yang banyak, supaya Dyah bisa beli mainan yang banyak. Ya?" bujuk Rika.
Istri Satria itu hanya tidak ingin perkataan Dyah akan membuat Satria sering sering pulang ke rumah, mengingat Satria sangat menyayangi Dyah.
"Oh tapi Dyah kangen Ayah ...."
"Iya, Ayah kan udah di sini," jawab Satria.
"Aku udah selesai, administrasinya juga udah selesai. Kita bisa pulang sekarang."
Satria menggendong Dyah sedang Rika menggantung tas besar berisi pakaian itu di pundaknya. Keduanya keluar dari rumah sakit dengan langkah sedikit cepat.
Saat Satria memasukkan Dyah ke dalam mobil, sepasang mata tidak jauh dari keluarga kecil Satria itu memandang mereka tanpa kedip. Mengamati pergerakan Satria dan memperhatikan mobil yang digunakan Satria. Lelaki yang tengah memarkirkan mobilnya itu sangat hapal dengan mobil yang dinaiki Satria.
"Bukankah dia suaminya Natasha?" gumamnya.
Hai...maaf ya baru up. Beberapa hari ini ada kesibukan di komunitas penulis. Jangan lupa bintangnya ya. Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijual Istri
ChickLitNatasha seorang wanita dingin yang sudah pernah patah hati, hingga dia didesak oleh keluarganya untuk menikah sebab orang tuanya yang sudah sakit-sakitan ingin melihatnya menikah. Merasa terdesak, dan sudah tidak memiliki waktu banyak lagi, Natasha...