Bola mata Natasha yang indah bergerak ke kanan dan ke kiri mengekori pergerakan sang suami yang tengah membereskan dan memasukkan baju serta perlengkapan yang akan dibawa menuju desa pengasuh mereka di panti tinggal. Tadinya Natasha menawarkan akan membenahi keperluan Satria tersebut, tetapi langsung ditolak Satria. Lelaki itu tentunya masih memikirkan kondisi Natasha yang belum pulih sepenuhnya.
"Selesai!" seru Satria.
Lelaki itu kemudian melirik Natasha yang tengah menekuk wajahnya. Mendapati seraut wajah tidak ceria itu, Satria tersenyum geli. Didekatinya sang istri lalu duduk di sisi ranjang berdekatan dengan Natasha.
"Kok cemberut? Jelek ah!" kata Satria.
"Abisnya ... katanya kemaren perginya agak siang. Eh, tau-tau perginya malah pagi hari," jawab Natasha dengan muka yang masih cemberut.
Satria tertawa.
"Iiih ... tuh kan! Malah ketawa!"
Satria mendekatkan tubuhnya pada Natasha menyatukan kening mereka.
"Aku seneng liat kamu cemberut gini. Lucu!" kata Satria.
Sejurus kemudian lelaki itu mengecup kening Natasha lembut dan memandang netra Natasha dengan lekat.
"Aku nggak lama. Oke?" kata Satria meyakinkan Natasha.
"Hu-um." Natasha mengangguk.
"Kalo lama aku susul," canda Natasha.
Satria tertawa. "Nggak akan aku biarkan itu terjadi."
Natasha pun tertawa renyah mendengar Satria mengucapkan hal itu.
"Aku berangkat! Jaga diri baik-baik. Lukanya jangan lupa ntar disalepin lagi, oke?" pesan Satria.
Natasha pun mengangguk patah-patah.
***
Satria menyewa gojek untuk sampai ke tujuannya kali ini, rumah Rika. Ya, pada akhirnya Satria memilih menuruti keinginan Rika untuk menemui Dyah. Walau bagaimanapun ikatan emosi antara dirinya dan Dyah tidak bisa diabaikan begitu saja.
Memasuki rumahnya dan Rika dari hasil mengelabui Natasha, Satria merasakan sesak. Rasa bersalah seolah menempel lekat di dalam sanubarinya. Entah mengapa hal itu baru dirasakannya kini. Dulu, yang paling penting Rika bahagia. Walaupun dirinya harus bersimbah darah, dia tidak akan peduli. Dia pun akan membuang rasa harga dirinya demi Rika. Bukankah dengan Rika 'menjual dirinya pada Natasha, itu artinya dia tidak lebih dari seonggok barang yang tidak berperasaan. Rika membuatnya bagaikan robot. Siap menerima apa pun perintah Rika.
Namun, kini rasa hatinya perlahan mulai memberontak. Ini tidak benar, ini salah. Tidak seharusnya dia mengikuti keingian Rika yang gila. Dia bukan barang yang dengan seenaknya diatur begini atau begitu Oleh Rika. Satu hal yang membuat Satria bertanya, mengapa kewarasannya seolah kembali setelah beberapa waktu dia melakoni peran yang salah? Kenapa tidak dari dulu sebelum semuanya terlanjur jauh dia menyadari bahwa ini tidaklah benar dan harus dihentikan?
Kenapa harus sekarang?"Ayaaah ...," panggil Dyah ketika Satria telah sampai ke ruang keluarga.
Satria berjongkok lalu membentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Dyah menghambur ke dalam pelukan sang ayah. Dari pintu penghubung dengan ruang makan, Rika tersenyum lebar mendapati Satria telah datang. Perempuan itu tahu, untuk mereka Satria akan selalu mengabulkan keinginannya bahkan dengan menikahi wanita yang tidak lelaki itu cintai.
Dyah memeluk erat leher kokoh sang ayah. "Dyah kangen Ayah!"
"Ayah juga. Dyah mau jalan-jalan sama ayah ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijual Istri
ChickLitNatasha seorang wanita dingin yang sudah pernah patah hati, hingga dia didesak oleh keluarganya untuk menikah sebab orang tuanya yang sudah sakit-sakitan ingin melihatnya menikah. Merasa terdesak, dan sudah tidak memiliki waktu banyak lagi, Natasha...