62

12.7K 771 28
                                    

Rika berlinangan air mata setelah menyelesaikan ceritanya.

Dalam hati dia berkata, "Mas, sudah aku lakukan satu kali saja hal benar dalam hidupku untukmu."

Tangis Natasha pun telah usai. Dia menatap Rika lama. Sementara yang ditatap tengah mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Benda itu digenggamnya lalu ditaruh di atas meja. Natasha memperhatikan gerakan Rika dengan seksama sembari mengernyitkan dahi.

"Ini kunci rumah kamu, Nat. Maafkan aku, rasanya aku tidak berhak atas rumah ini. Jadi, sebaiknya aku kembalikan kunci rumah ini, Nat."

Natasha mengedipkan matanya sekali. Tidak percaya dengan ucapan Rika, Natasha pun terbengong.

Hening sejenak.

Natasha menarik napasnya pelan. "Rumah itu milik kalian Rika. Bagaimanapun rumah itu adalah buah kesepakatan kita. Aku tidak akan mengambilnya. Lagipula kamu akan tinggal di mana jika aku mengambil rumah itu?"

Rika memandang Natasha tanpa kedip. Rasanya tidak percaya dengan pendengarannya. Bukankah dia sudah mengkhianati Natasha? Harusnya tidak begini. Sesak perlahan mulai merambati hati Rika. Dia harusnya mendapat hukuman setimpal atas konspirasi yang dia buat bersama Satria. Tanpa disadari Rika, air matanya pun meleleh.

"Ma--af ... maafkan aku ... menempuh jalan ini untuk kepentinganku ...," kata Rika lirih sembari menundukkan kepala. Malu rasanya.

Natasha hanya diam. Hatinya masih terasa sakit, dia bukan malaikat yang serta merta memaafkan perbuatan Rika. Dia masih manusia yang sulit mengikhlaskan kejadian ini.

Namun, satu hal yang bisa dia lakukan untuk tidak menjadi iblis. Mengikhlaskan sebagian asetnya untuk Rika. Lagipula Natasha masih memiliki kewarasan untuk tidak mengambil rumah itu sebab ada Dyah di sana. Natasha tidak dapat membayangkan jika Dyah dan Rika harus menjadi gelandangan.

Satu hal lagi yang membuat Natasha merelakan rumah itu. Natasha bisa menghentikan segala pertikaiannya dengan Rika. Menutup masalah ini dengan indah. Karena jika dia melakukan kebaikan pada Rika yang telah melakukan keburukan padanya, setidaknya dia dan Rika tidak akan menemui masalah di kemudian hari.

Dengan begini, Natasha yakin Rika akan menyesali perbuatannya, menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya. Bukankah jika dirinya membalas keburukan dengan keburukan, maka tentunya dia tiada beda dengan Rika. Dengan berlaku seperti ini, Natasha telah menunjukkan bahwa dia mempunyai kelas yang berbeda dengan Rika. Bersikap elegan.

***

"Nggak usah kuatirin Devin. Aku akan bicara sama dia. Sejak kamu pulang dari rumah sakit, suasana hati Devin agak membaik. Tapi aku masih belum berani ngajakin dia ngomong masalah kamu, Nat," jelas Serly saat Natasha bertanya padanya perihal Devin yang kemungkinan masih belum mendukung hubungan Natasha dan Satria.

"Aku takut Devin marah, Ser."

"Pada dasarnya dia setuju aja kamu sama Satria. Cuma ya itulah, selama Satria tidak terlibat konspirasi dengan perusahaan saingan papa. Kamu tenang aja, Nat. Kali ini kamu percayakan sama aku buat ngomong ke Devin."

Natasha mengangguk samar. Gadis itu pun mengambil ponsel dari kantong dressnya. Dengan tersenyum dia menelepon sang suami. Namun, dia harus menelan lagi rasa kecewa. Telepon tersebut tidak tersambung. Gadis itu terus mengulang panggilannya, tetapi hasilnya tetap sama, ponsel Satria tidak aktif.

Kaca-kaca di bola mata Natasha kembali membuat pandangannya kabur. Ponsel itu digenggamnya erat di dada sembari menahan sesak.

"Kenapa, Nat? Nggak nyambung?" tanya Serly.

"I--iya ...."

"Hmmm ... telepon lagi nanti," saran Serly.

"Gi--gi--mana ka--lo dia per--per--gi?" tanya Natasha terbata-bata.

Dijual IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang