49

7.8K 544 18
                                    

Adalah kebiasaan Satria menulis amplop gajinya sejak dahulu. Di depannya selalu dituliskan kata-kata indah. Teruntuk yang kucintai, wanita paling cantik bagiku, kekasih hatiku dan masih banyak lagi kata yang ditulis Satria untuk Rika. Kali ini dia hanya menulis for my wife. Sebab dia sedang tidak ingin merayu Rika dengan kata indahnya.

"Oh ... eh ... i--i--tu---"

Cup.

Sebuah kecupan mendarat di pipi Satria. Tanpa dia sadari Natasha melangkah cepat menghambur memeluk dirinya dan mengecup pipi.

Dalam dekapan itu Natasha berkata, "Makasih ya, udah ngasih gaji pertama kamu ke aku. It's so sweet for me ..."

Satria bengong. Matanya tidak berkedip mendengar pengakuan Natasha. Sebuah amplop berisi uang yang tidak seberapa, tetapi disyukuri oleh Natasha. Sungguh sikap yang bertolak belakang jika dibandingkan dengan Rika. Dia selalu mengeluh kurang dengan nafkah yang diberikan Satria padanya.

Satria tahu nafkah yang dia berikan memang tidak seberapa. Asalkan Rika tidak terlalu menuntut, Satria yakin gajinya cukup jika Rika mau hidup dengan sederhana. Namun, begitulah Rika yang sejak dulu terobsesi menjadi orang kaya. Hingga kadang Rika belanja seperti orang berada.

Pada akhirnya Satria pun mengangguk. Dia tidak bisa mengelak lagi. Jawaban apa yang akan dia berikan jika bukan iya? Dia masih belum siap jika Natasha dan keluarganya mengetahui rahasia yang mereka simpan rapat itu.

"Iya sayang ... untuk kamu ...," jawab Satria.

                         ***

Sudah berjalan waktu dua pekan lebih sejak Natasha meminta amplop gaji Satria. Hubungan Satria mau pun Natasha semakin menghangat. Mereka juga menjadi pasangan suami istri yang utuh, melakukan hubungan intim.

Satria menyipitkan mata. Pupil mata kelamnya menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke mata. Hari sudah mulai beranjak menuju siang. Satria meraba pembaringan Natasa yang ada di sebelahnya. Gadis itu sudah tidak ada di tempatnya.

Sayup-sayup Satria mendengar kucuran air keran yang tumpah di wastafel kamar mandi. Suaranya dapat didengar jelas karena pintunya tidak ditutup. Beberapa detik kemudian bunyi air berhenti.

Namun, selang beberapa waktu Satria menangkap suara Natasha.

"Uuueeek ... uuueeek ...."

Mendengar suara Natasha dari dalam kamar mandi, Satria berlari secepat yang dia mampu mendekati Natasha.

Di depan wastafel Natasha tengah merundukkan kepalanya dengan rambut panjang menjuntai di sisi kanan dan kiri gadis itu. Satria menggenggam rambut Natasha agar tidak terciprat muntahan Natasha. Lelaki itu pun memijit tengkuk Natasha.

"Masuk angin? Apa pusing?" tanya Satria dengan lembut.

Bunyi guyuran air dari keran wastafel berbunyi meningkahi jawaban Natasha, "Enggak tau. Pas bangun tiba-tiba aja mual gitu. Tapi nggak pusing."

Natasha membasuh mukanya di depan wastafel, mengelapnya kemudian.

Sejurus kemudian perempuan itu pun berbalik menghadap Satria dan menatapnya lekat.

"Aku nggak masuk angin juga kayaknya."

Satria mengkungkung Natasha bertumpu pada wastafel mensejajarkan pandangannya dengan sang istri. "Apa semalem ada makanan yang bikin sakit perut?"

Natasha menggeleng. "Kayaknya enggak ada."

Sejurus kemudian Satria menggengam tangan Natasha dan keduanya keluar dari kamar mandi untuk berbenah menyambut pagi.

Dijual IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang