34

7.3K 473 2
                                    

Jam dinding model klasik yang tergantung di ruang tamu villa Baskoro berdentang sepuluh kali. Natasha tidak bisa tidur karena menunggu Satria yang katanya akan segera pulang jika urusannya telah usai. Entah seperti apa restorannya, Natasha hanya menebak hal itu ada kaitannya dengan Rendra.

Melihat sorot kemarahan bercampur luka dan kecewa yang mendalam, Natasha dapat menilai Rendra berubah menjadi sosok yang mengerikan. Dengan uang yang dia miliki, dia bisa mewujudkan keinginannya. Hal itu yang ditakuti Natasha.

Bagaimana jika Satria bertemu Rendra. Kejadian di apartemen mereka saat itu, Satria cukup kuat untuk melawan Rendra seorang. Namun bagaimana jika Rendra mengajak orang untuk menghajar suaminya demi membalas perbuatan Satria.

Natasha hanya berharap restoran telah kosong saat Satria ada di sana. Dia sudah tidak bisa lagi menghubungi Satria. Saat ingin menelepon suaminya jam sembilan malam tadi ponselnya sudah kehilangan nomor. Sementara dia tidak mungkin membangunkan Devin yang telah lelap karena sakit kepala yang menyerangnya sore tadi.

Memang Satria sudah bilang akan membuang nomor lamanya supaya Rendra tidak bisa lagi melacak keberadaan gadis itu. Tampaknya Satria lupa untuk menggantinya dengan nomor baru. Keburu lelaki itu mendapat pesan dari temannya.

Pukul 22.45 WIB Satria sampai di restoran Natasha. Memarkirkan mobil di tempat khusus pemilik restoran.

Memasuki restoran yang gelap gulita, Satria belum menangkap keadaan dalamnya. Lelaki itupun menekan saklar lampu. Hingga pemandangan restoran yang kondisinya hancur terpampang jelas. Satria dapat membayangkan ketakutan para karyawan saat itu melihat bagaimana bentuk hancurnya restoran.

Jendela-jendela pecah, kursi dan meja di dalam restoran terbalik, pecahan piring-piring berceceran di lantai. Itu di bagian depan restoran. Satria merogoh ponselnya dan memoto kehancuran tempat di mana biasanya para pelanggan makan.

Melewati kehancuran ruang utama, Satria melangkah menuju pantri restoran. Di sana juga tidak kalah jauh beda dengan ruang utama. Hancur berantakan. Satria menekan ponselnya mencari sebuah nama. Roni.

Setelah nada tunggu yang kelima, panggilan Satria ke rekannya itu terhubung.

"Hallo, Sat? Ada apa nelpon malem-malem?"

"Aku cuma mau nanya, restoran hancur gini gak ada yang datang buat bantuin?" tanya Satria di ujung ponsel.

"Kamu lagi di mana?" Roni malah balik bertanya ke Satria.

"Ngecek resto."

"Emang kamu megang kunci resto?" tanya Roni.

"Ya kan aku sering pulang paling akhir."

"Oh."

"Kamu belom jawab soal kondisi restoran waktu kena serang. Kenapa Pak Heri gak inisiatif lapor?" Satria mengulang pertanyaannya.

"Lha 'kan udah aku bilang, Pak Heri nelpon Bu Natasha nggak aktif. Jadi ya dia nunggu komando dulu. Rencananya dia akan menemui Bu Natasha besok di rumah nyokapnya. Siapa tahu Bu Natasha ada di sana. Barusan chat sama Pak Heri."

"Kan nggak apa-apa kalo Pak Heri lapor sendiri ke polisi."

"Itu yang aku nggak ngerti, tapi sebelum algojo-algojo itu pulang, mereka minta bicara sama Pak Heri. Apa yang mereka bicarakan aku nggak tahu. Dan Pak Heri nggak cerita ke kita," jawab Roni.

"Berapa orang yang melakukan?" tanya Satria.

"Mereka datang dengan dua mobil Pajero Sport. Separuh nunggu di luar, nahan pelanggan restoran yang mau masuk, sementara yang di dalem sibuk ngancurin," cerita Roni.

Dijual IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang