Bab 18

7.1K 522 2
                                    

Satria merogoh kantong untuk mengambil ponselnya.

"Hallo, Mas?" Suara seorang wanita menyambut telepon Satria.

"Hallo, Rik. Kalian sudah siap?" tanya Satria.

"Sudah, Mas. Sekarang emangnya Mas di mana?" tanya Rika dari seberang.

"Oke. Aku masih di restoran ini. Bentar lagi berangkat."

Satria pun mengakhiri panggilan itu.

                           ***

Natasha menatap wajah sang bunda penuh kesenduan. Merry yang tidur lelap mungkin sedang dibuai mimpi indah.

"Tadi abis jatuh Dokter Roni langsung kami suruh ke sini. Mama sebenernya gak apa-apa. Tapi untuk mastiinnya Dokter Roni nyaranin bawa ke rumah sakit buat chek up. Mama tuh udah berumur soalnya, mesti diperiksa siapa tahu ada apa-apa akibat jatuhnya," Serly menjelaskan dengan suara yang dipelankan kuatir akan mengganggu mertuanya tidur.

Natasha pun mengangguk. "Kita keluar aja yuk. Biarin Mama istirahat dulu."

"Apa kita paksa aja ya Mama buat check up?" tanya Natasha saat dia bersama Serly tengah berada di ruang keluarga.

Serly menggeleng. "Mama nggak mau. Udah ngomongin kangen sama papa segala. Gue jadi males bujukin mama buat ke rumah sakit. Secara mama aja kayak gak semangat gitu."

"Ntahlah. Gue speechless udah. Sejak papa meninggal, mama kayak kehilangan semangat. Gak mau berobat. Ngomongnya mau nyusul papa. Ya gitu-gitu lah," keluh Natasha.

Suara telapak kaki seseorang masuk ke dalam ruangan keluarga mengalihkan perhatian kedua wanita itu.

"Kapan datang Nat?" tanya Devin sembari mengendurkan ikatan dasinya.

Melihat kepulangan sang suami,  Serly mendekati lelaki itu untuk mengecup punggung telapak tangan Devin sebelum ikut membantu Devin melepaskan dasi.

"Mama mana?" tanya Devin pada  Serly.

"Ada di kamar. Masih tidur. Tadi Dokter Roni langsung ke sini," jawab Serly.

"Syukurlah. Aku tadi sebenernya udah mau pulang. Cuma rapatnya gak bisa ditinggal," jawab Devin.

Tatapan Devin beralih kepada Natasha. "Satria mana?"

"Oh ... itu--"

"Aku di sini ...," kata Satria yang tiba-tiba muncul dari ruang tamu.

Natasha terperangah melihatnya, bahkan mata gadis itu mengerjap berulang-ulang, tidak percaya dengan pendengaran dan penglihatannya. Bukankah tadi lelaki itu menolak datang memenuhi keinginan ibunya, tapi sekarang malah Satria datang dengan sendirinya. Natasha tidak mengira sama sekali, sebab penolakan dari Satria tadi yang menyiratkan ketegasan. Mengingat hal itu, tanpa disadari oleh Natasaha ada secuil hatinya yang menghangat dengan kedatangan sang suami.

"Nat, ih kamu tuh bengong aja. Sana cium tangannya, suami pulang kok gak disambut," suara Serly menyadarkan Natasha.

"Eh ... oh ... ya ...." Natasha gelagapan.

Gadis itupun menghampiri Satria lalu menghulurkan telapaknya yang disambut Satria dengan sorot mata canggung. Sesaat setelah itu, keduanya saling menatap dengan jarak yang sangat dekat.

"Mbak, Mas ... makan malamnya udah siap." Suara Asih menginterupsi keempat orang yang ada di ruang keluarga kediaman Baskoro menyebabkan kontak mata antara Satria dan Natasha terputus.

"Sayang, aku bersih-bersih dulu, ya," kata Devin pada Serly yang diangguki oleh perempuan itu.

Devin melangkah cepat menuju kamarnya di lantai dua. Sementara Serly, Natasha dan Satria berjalan berurutan mendekati meja makan yang masih terhubung dengan ruang menonton televisi.

Dijual IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang