Asih dengan payung lebar menjemput Rika di luar pagar rumah Baskoro. Ditepuknya pundak Rika, hingga perempuan itu mendongakkan kepala di bawah naungan payung yang dipegang Asih.
Sontak wajah Rika semringah melihat Asih, tetapi hal itu tidak membuat kedinginan yang menimpanya hilang begitu saja. Bibir Rika gemetar, sementara giginya bergemeletuk. Tangannya memeluk tubuh mencoba mengusir rasa dingin yang sudah pasti hal itu sia-sia belaka. Berjalan di bawah payung yang sama, Rika melangkah lemah dengan lutut bergetar. Asih bertambah iba melihatnya.
Serly menatap tajam, dingin, sinis dan angkuh pada perempuan yang telah basah kuyup di hadapannya ini. Matanya memicing, memindai dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Tetesan air dari baju Rika terus saja mengalir dan berakhir menggenang di lantai.
Rika menggigil. Giginya saling bertubrukan satu sama lain menciptakan bunyi gemeletuk yang seolah tidak ingin berhenti.
Di hadapan Rika, Serly duduk di sebuah sofa tunggal besar berwarna coklat tua. Di belakang kursi ada seorang bodyguard yang ditugaskan menjaga rumah setelah Natasha pulang dari rumah sakit.
"Duduk!" titah Serly sembari mengedikkan dagu ke arah sofa panjang yang ada di depannya.
Rika menggeleng. "Ba--ba--ju-- sa--ya--ba--sah---" Dengan terbata-bata Rika menjawab di sela gemeletuk giginya yang semakin menjadi.
"Bik ... Bik Asih ...," panggil Serly.
Asih datang menemui Serly dan bertanya, "Ada apa, Mbak?"
"Suruh dia ganti bajunya. Pake kamar mandi yang deket pantri. Tio, perhatiin tiap gerak-geriknya. Jangan ada satu pun yang luput."
"Iya, Bu," jawab Tio.
Rika mengikuti Asih ke belakang diikuti Tio. Sementara Serly masih harus berpikir bagaimana jika dia ketahuan memasukkan Rika ke dalam rumah mereka. Bukankah itu berbahaya, apalagi jika hal ini diketahui Devin.
Serly juga harus bergerak cepat, sebab sore ini Merry pulang dari rumah sakit. Kondisinya sudah sangat membaik setelah kecelakaan kecil yang menimpanya. Operasi kanker yang diderita Merry akan dilakukan minggu depan.
Rika kembali ke ruang tamu dengan pakaian kering. Wajahnya masih terlihat pucat pasi karena efek dingin akibat kehujanan tadi belum sepenuhnya hilang. Di belakang Rika, Asih berjalan membawa nampan dengan teh hangat dua gelas. Tio mengekori Asih paling akhir.
Rika duduk di sofa panjang yang ada di depan Serly.
Sejenak hening menyelimuti.
"Jadi, mau apa kamu ketemu Nat?" tanya Serly dengan nada yang mengintimidasi.
Rika menarik napasnya dan menghembuskannya pelan. Melihat ketatnya mereka menjaga Natasha membuat Rika bertambah yakin, tanpa bantuan dia, malaikatnya tidak akan mudah kembali pada Natasha. Ini adalah salahnya. Semua menjadi kacau.
"Saya hanya ingin bicara dengan Natasha--" Rika menatap dengan memelas, "--Saya mohon, Mbak. Saya janji tidak akan macam-macam."
Serly memicingkan matanya. "Aku tidak berani jamin kamu tidak macam-macam. Intinya saja aku ingin tahu. Kalo tidak mending kamu pulang."
Rika menundukkan kepalanya dalam-dalam. Sedih hatinya dicurigai sebagai manusia jahat. Bukankah manusia itu setengah malaikat dan setengah setan. Karena tidak ada manusia yang benar-benar sempurna kebaikannya seperti malaikat dan tidak ada manusia yang benar-benar jahat seperti setan. Jika dulu Rika berbuat salah, tidak adakah lagi kesempatan memperbaiki kesalahan itu esok harinya? Rika sadar menjadi orang baik setelah menjadi orang jahat tidaklah mudah.
Rika menjatuhkan lututnya di lantai yang membuat Serly dan Asih seketika terkejut.
"Saya mohon, Mbak. Berikan kesempatan buat saya ketemu Natasha dan memperbaiki salah saya. Tujuan saya ke sini untuk meminta Natasha menerima Satria kembali. Kasihan dia, Mbak. Kami sudah bercerai.
Serly dan Asih saling berpandangan. Asih yang usianya lebih sepuh itu mengangguk kecil. Memberi isyarat pada Serly untuk membiarkan Rika bicara pada Natasha.
"Bik, tolong panggilkan Natasha. Bilang aja ada tamu, gitu. Jangan bilang ada Rika. Dia pasti nggak mau nemuin---" titah Serly pada Asih dan sedetik kemudian dia menoleh pada Rika, "--Dan kamu manfaatkan sebaik-baiknya momen bicara dengan Natasha. Usahakan dia melihat usahamu."
Asih pun berjalan menuju kamar Natasha dan membujuk gadis itu untuk menemui tamu yang datang. Semula Natasha enggan dan menolak. Namun, Asih berusaha membujuk Natasha untuk bertemu. Asih melihat kesungguhan di mata Rika, mulai sejak perempuan itu menunggu di depan pagar hingga kehujanan. Serta sorot matanya yang menyiratkan penyesalan dan kesedihan mendalam. Dari mata tuanya, Asih berkeyakinan kali ini Rika datang dengan maksud yang baik.
Mata Natasha membesar saat melihat tamu yang datang. Dengan gerakan cepat, dia segera berbalik ke belakang. Namun, suara Serly menahannya.
"Nat, duduklah. Kita hadapi sama-sama. Dia ingin berbicara penting tentang kamu dan Satria. Kali ini kita berikan kesempatan untuk dia. Kalo dia tidak bisa memanfaatkannya, tidak akan ada lagi kesempatan lain untuk dia nemuin kamu ...."
Natasha bergeming di tempatnya. Sejurus kemudian dia berbalik dan duduk di sofa tunggal di sebelah Serly.
"Mau apa kamu ke sini?" tanya Natasha tanpa menoleh pada Rika.
"Aku ... aku mau ... minta maaf ...."
Natasha mendengkus. "Maaf?"
"Aku tahu perbuatanku sungguh sulit untuk dimaafkan---"
Rika menutup wajah menahan isak tangisnya. Sementara Natasha masih dengan tatapan sinis memandang Rika.
"Aku cuma mau bilang Mas Satria sudah menceraikan aku," kata Rika dengan nada sendu.
Natasha masih bergeming. Tidak ingin melihat Rika.
"Dia menceraikan aku karena mencintaimu. Aku--aku--ditinggalkan--karena telah melukai kamu dengan Tante Merry."
Sontak Natasha menoleh, "Apa? Cinta? Jangan-jangan kalian masih bersekongkol?" Natasha memasang wajah curiganya.
Rika menggeleng pelan. Ternyata tidak semudah itu meyakinkan Natasha. Hatinya pasti terluka sangat dalam.
"Cintanya bertahun-tahun harus kandas oleh cinta yang hanya berumur dua bulan," Rika tersenyum pedih.
Natasha menoleh. Didapati seraut wajah yang memerah serta air mata yang berderai. Jika ini sandiwara, dapat ditebak bahwa Rika adalah aktris profesional. Nyatanya Rika bukanlah aktris. Kesungguhan tampak jelas di wajahnya. Natasha mulai terpengaruh.
Rika memandang Natasha nanar. "Aku baru sadar Mas Satria telah jatuh cinta sangat dalam padamu saat malam di mana dia mempertaruhkan nyawanya demi kamu. Dan di saat yang sama ingatan tentang kalian telah membangkitkan kekuatannya yang mulai melemah. Dalam bayangannya saat itu wajahmulah yang dia ingat. Aku sadar saat itulah aku telah kehilangan Mas Satria."
"Tunggu! Apa maksudmu dia mempertaruhkan nyawanya demi aku? Memangnya apa yang dia lakukan?" tanya Natasha.
Hai...
Aku up nih...
Jangan lupa bintangnya ya
Terima kasihNanti malam insya Allah akan update lagi... Tapi bintangnya banyakin ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijual Istri
ChickLitNatasha seorang wanita dingin yang sudah pernah patah hati, hingga dia didesak oleh keluarganya untuk menikah sebab orang tuanya yang sudah sakit-sakitan ingin melihatnya menikah. Merasa terdesak, dan sudah tidak memiliki waktu banyak lagi, Natasha...