55

10.1K 594 24
                                    

"Ser, itu tolong bereskan foto-fotonya. Taruh lagi dalam amplop. Nanti kita tanya ke Satria sambil nunjukin foto itu. Taruh aja di meja depan tivi," titah Merry.

"Oke, Ma."

"Nat, kamu kan lagi hamil. Yuk, ke kamar mama dulu. Istirahat. Biarin makan malemnya Asih yang siapin. Nanti abis makan malem baru kita bicarakan sama Satria."

Natasha mengangguk.

Sore menjelang malam itu pun dilalui hati yang sendu. Natasha ditemani sang bunda pun beristirahat di kamar Merry. Di sana Merry memberikan pengertian pada Natasha untuk tidak menelan mentah-mentah informasi yang diterimanya.

Sementara itu di lantai satu, Devin baru saja memasuki ruang keluarga rumah Baskoro, dahinya mengernyit karena heran.

"Sepi? Katanya mau ada makan malam?" gumam Devin.

Putra sulung Baskoro itu pun mengendurkan dasinya sembari melempar tas kerjanya yang memantul pelan di atas sofa ruang keluarga. Lelaki itu melihat amplop coklat besar di atas meja ruang keluarga.

"Eh, ada berkas apa ini? Kok dikirim ke rumah?" gumam Devin.

Kakak Natasha itu pun membolak-balikkan amplop besar itu mencari nama pengirimnya. Namun, dia tidak menemukan nama atau alamat pengirim. Karena penasaran Devin pun mengeluarkan satu per satu isi di dalamnya. Alisnya bertautan sementara mukanya merah menahan amarah.

"Apa-apaan ini?" gumamnya.

"Apa semua ini? Gila apa? Kurang ajar mereka! Jadi mereka suami istri? Siapa yang menyuruh mereka melakukan semua ini!" marah Devin.

"Eh, sayang udah pulang? Aku lagi di kamar mandi tadi. Nggak tau kamu udah pulang ...." Dari belakang sofa tempat Devin duduk, Serly muncul. Gadis itu tidak terlalu jelas mendengar perkataan Devin.

Devin tidak menjawab sama sekali pertanyaan dari Serly. Dia sibuk melihat-lihat foto yang disusun secara berurutan di telapak tangannya. Wajahnya terlihat tegang. Serly meneguk ludahnya melihat aura Devin yang tidak bersahabat. Suaminya itu nyaris tidak pernah marah. Namun, jika berurusan dengan harga diri keluarga maka rautnya akan berubah seperti saat ini.

Serly ragu mendekati Devin, dia harus bisa menenangkan singa Baskoro yang mulai akan marah ini. Duduk di sebelah Devin, hati Serly berdebar-debar. Gadis itu pertama-tama menyentuh lengan Devin. Mengusapnya pelan.

"Tadi Rika yang berbicara pada Natasha bahwa sebenarnya mereka suami istri. Dan kata mama foto itu butuh penjelasan dari Satria," jelas Serly.

"Penjelasan apa yang kita butuhkan dari Satria? Ini adalah fakta yang tidak terbantahkan! Yang aku tahu sejak awal ada keterlibatan Satria dalam konspirasi ini. Dan jelas ini tidak dapat dibiarkan. Bagaimana kalau ternyata Satria adalah mata-mata dari perusahaan lain yang ingin menghancurkan perusahaan kita. Menghancurkan reputasi kita? Bukan tidak mungkin 'kan?"

"Tapi, kita tetap butuh penjelasan dari Satria. Bisa saja 'kan dalam hal ini Rika yang salah?"

"Bagaimana justru Rika yang benar dan mengatakan semuanya agar kita yang berhati-hati sama Satria."

Seketika Serly pusing. "Kita tunggu mama aja ya, sayang ...," bujuk Serly.

"Ini harus dibuktikan, Ser! Untuk itu semua aku yang harus bergerak!" seru Devin.

Dari pintu penghubung ruang tamu dan ruang keluarga, muncullah Satria yang datang memenuhi janji makan malam sebagai syukuran kecil-kecilan atas hamilnya Natasha. Lelaki itu berjalan santai menuju sofa, tetapi matanya menangkap aura negatif yang menguar di sana.

Sekonyong-konyong Devin yang melihat Satria, langsung menghampiri suami adiknya tersebut. Mencengkeram kerah kemeja Satria, Devin meluapkan seluruh amarahnya yang sudah sampai pada puncaknya.

"Katakan padaku! Siapa yang menyuruhmu menjebak Natasha agar mau menikah denganmu?"

Satria mulai menangkap apa yang terjadi. Dia mengintip apa yang ada di meja dari balik kepala Devin yang menghalangi pandangannya.

Foto.

Satria sudah menduga hari ini akan tiba. Hari di mana seluruh rahasianya terbongkar. Jika dulu sebelum dia mencintai Natasha, dia sangat berharap hari ini akan datang. Dengan demikian dia bisa kembali pada Rika meski harus dibenci oleh Merry dan keluarganya.

Namun, dugaannya meleset. Ternyata dia salah. Malah dia semakin terjebak dalam pernikahan yang membuatnya sadar bagaimana sebenarnya rasa dicintai dengan tulus. Bagaimana malam-malam Natasha gadis manja itu menunggunya dengan deraian air mata karena terlalu mencemaskannya. Dia juga masih ingat gadis manja itu nyaris kehilangan nyawanya karena mengikutinya ke desa Negeri di Atas Awan.

Satria juga tidak mampu menolak cinta seorang ibu yang datang dari mertuanya. Dia kalah. Kalah pada cinta mereka. Lalu semakin terjebak dalam pernikahan ini dan bingung bagaimana harus mengakhiri semuanya.

Beberapa waktu terakhir ini justru Satria berusaha menutupi segala rahasia dia dan Rika. Paling tidak hingga bayi mereka lahir. Selanjutnya dia baru akan memikirkan apa yang harus dilakukannya pada Rika dan Natasha.

Ternyata skenario Tuhan berjalan untuk takdirnya. Dia ketahuan sebelum bayi mereka lahir. Di saat dia mati-matian merahasiakan pernikahannya dengan Rika, saat itulah kedoknya terbongkar. Entah apa yang direncanakan Tuhan untuknya. Kini Satria hanya bisa pasrah.

"Rika ...," jawab Satria lemah.

"Katakan siapa orang di belakang kalian yang mau menghancurkan reputasi keluarga Baskoro? Kamu pikir aku nggak tau rencana busuk kalian? Natasha akan dituduh sebagai pelakor dalam hal ini! Katakan siapa pebisnis yang main kotor seperti ini! Katakan!" pekik Devin menggema hingga suaranya terdengar ke kamar Merry yang pintunya tengah dibuka lebar.

"Tidak ada!" jawab Satria singkat.

"Bohong!" pekik Devin yang kemudian melayangkan bogem mentahnya pada muka Satria membuat iparnya itu terhempas ke lantai.

Sementara itu Merry yang mendengar suara ribut-ribut itu, berusaha berlari menuju Devin dan Satria. Sedangkan Natasha menyusul berjalan perlahan karena kuatir dengan kandungannya.

Karena tadi Devin sama sekali belum mendapatkan jawaban yang memuaskan, kakak Natasha itu pun merundukkan tubuhnya mencengkeram kerah Satria kembali.

"Jawab aku, pecundang! Kamu pikir bisa mempermainkan keluarga Baskoro?!"

Devin melayangkan kembali bogem mentahnya ke muka Satria, tiba-tiba saja Merry datang dari arah belakang Devin melindungi Satria dari serangan putranya sendiri dengan memeluk Satria sambil berteriak.

"Jangan Devin!"

Alhasil pukulan Devin mendarat pada kepala belakang Merry sebelah kanan. Sementara Satria membelalak mendapat lindungan pelukan dari Merry. Dalam dekapan Satria Merry pingsan.

Seketika mereka berempat yang ada di sana nyaris memekik serempak.

"Mama!"

Satria memeluk erat Merry yang terjatuh miring dalam dekapan Satria. Panggilannya pada Merry sungguh menyanyat hati. Tatapannya nanar.

"Mama ...."

Dalam pelukan itu Satria menyadari sesuatu, Merry tidak bergerak.

Sedangkan Natasha yang tengah berada di pertengahan anak tangga menyaksikan pukulan Devin yang mengenai Merry langsung syok dan tanpa sadar berlari menuju Merry.

Namun, sandal bulu yang terlalu tebal membuat langkah gadis itu tersandung di anak tangga terakhir. Hingga Natasha pun merasakan cairan kental dan sedikit hangat mengalir dari selangkangannya. Natasha memegangi perut karena merasakan sakit yang luar biasa.

Serly yang melihat Natasha terjatuh, segera mendekati adik iparnya.

"Natasha!"

Hai... Nat-Sat up nih
Jangan lupa bintangnya ya...
Terima kasih...

Dijual IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang