32

7.9K 551 4
                                    

Natasha yang tengah menangis di dada sang suami menggeleng lemah. Dia tidak ingin berjauhan dari suaminya. Jika dia mengatakan yang sebenarnya pasti Satria akan memberi Rendra pelajaran saat ini juga. Sementara yang diinginkan Natasha hanyalah pulang ke villa.

Di tengah-tengah isak tangisnya, Natasha berkata, "Aku ingin pulang."

"Oke, kita pulang sekarang." Satria melepas pelukannya dan meletakkan tangan kanan di punggung Natasha, sementara tangan kirinya ditaruh di belakang kedua lutut Natasha, menggendong istrinya ke mobil.

Natasha memilih menautkan lengannya erat di leher Satria, menyembunyikan wajah di lekukan leher suaminya agar baju yang tadi robek di bagian depan karena ditarik Rendra, jadi tertutup.

Satria membawa Natasha dengan hati-hati menuju mobil dan menaruh istrinya itu di kursi penumpang sebelah sopir dengan pelan.

Sepanjang jalan Natasha hanya diam. Memandang jalanan yang ada di depannya dengan air mata yang masih keluar perlahan. Satria mengusap air mata Natasha dengan ujung telunjuknya.

"Jangan nangis lagi. Kamu udah aman sekarang."

Mendengar perkataan Satria tangisnya semakin pecah. Gadis itu menangkup kedua tangannya ke wajah, sementara bahunya berguncang. Dalam pikiran Natasha, bagaimana jadinya jika dia tidak berhasil lari tadi. Pasti kejadiannya akan berbeda. Dia tidak bisa membayangkannya.

Setelah sampai di villa, Satria kembali menggendong Natasha. Hingga keduanya masuk ke ruang keluarga disambut dengan wajah heran dari Merry, Devin dan Serly.

"Kenapa Nat, Sat?" tanya Merry cemas.

"Belum tahu, Ma. Dia belum cerita. Satria bawa dia ke kamar dulu. Nanti kalo dia udah tenang, kita tanya pelan-pelan."

"Ya udah. Bawa dia ke kamar dulu---" Merry melangkah menuju pantri, "---Ren, tolong bikin teh anget ya. Anter ke kamar Natasha."

"Iya, Bu."

Dengan hati-hati Satria menaruh Natasha di ranjang lalu menutupinya dengan selimut dan mulai mengatur pendingin ruangan.

Lutut Satria bertumpu di lantai sebelah ranjang, menatap sendu wajah Natasha yang sudah membengkak karena tangisnya. "Aku tinggal sebentar ya, ambil kotak first aid kit dulu."

Natasha mengangguk. "Jangan lama ...," kata Natasha dengan suara lirih.

"Enggak. Sebentar kok."

Natasha tersenyum tipis.

"Mbak, Ini teh angetnya." Reni datang dengan membawa nampan yang mengalasi segelas teh hangat.

Tidak berapa lama kemudian muncullah Merry yang duduk di kasur sebelah Natasha. Wanita paruh baya itu mengambil teh hangat di atas nakas dan menghulurkannya pada Natasha.
"Minum dulu, Nat."

Natasha bangkit dari kasurnya hendak menerima gelas dari Merry dengan tangan bergetar. Rasa takut masih menguasai hatinya.

"Ya ampun tangan kamu gemetar gitu. Mama aja yang pegang gelasnya."

Natasha pun membiarkan Merry meminumkan teh itu padanya.

"Ma, Natasha mau ganti baju. Bisa ambilkan?"

Merry mengangguk lalu melangkah menuju lemari mengambilkan baju untuk putrinya itu.

Natasha menerima baju itu bergegas menggantinya di tempat tidur dibantu oleh Merry.

"Apa yang terjadi, Nak?" tanya Merry setelah putrinya mengganti baju.

Natasha menggeleng.

"Ma ..., nanti Satria yang akan tanya. Ya? Mama nggak usah banyak pikir. Nat tadi jatuh aja." Tiba-tiba saja Satria muncul di dalam kamar.

Dijual IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang