Bab 39

7.5K 520 14
                                    

Satria tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Mengapa serangan hasrat yang menggebu-gebu menyiksa diri seperti ini. Di dalam kamar mandi, Satria memutar keran air untuk mendinginkan tubuh dari sengatan hawa napsu yang nyaris tidak bisa dia bendung itu.

Tidak! Dia masih bisa menahan keinginannya untuk menyentuh Natasha. Sebab baginya Rika adalah satu-satunya wanita yang menjadi ratu di hatinya. Ditambah lagi belum tentu Natasha mau menerimanya secara utuh. Memang saat ini terjadi kemajuan pesat pada hubungan mereka.

Namun, bukan berarti mereka sudah menjalaninya sejauh layaknya suami istri pada umumnya. Belum. Mereka masih belum mencapai titik itu, semuanya masih abu-abu.

Satria juga tidak tahu bagaimana perasaan Natasha pada dirinya. Tidak mungkin Satria memaksakan kehendak dan hasratnya pada Natasha sementara mereka berdua belum tentu saling mencintai. Terlebih Natasha. Mana mungkin Satria akan melakukan hal itu pada Natasha. Bukankah istrinya itu tidak mencintainya.

Dia juga bukanlah lelaki jahat yang akan memanfaatkan begitu saja kondisinya saat ini. Lalu bagaimana jika Natasha menolaknya? Satria pasti sangat malu.

Mengguyur tubuh dengan shower kamar mandi yang  diatur keluarnya adalah air dingin itu, perlahan Satria berhasil menurunkan hasrat kelelakiannya untuk menyentuh Natasha.

Menyambar handuk yang ada di lemari kecil dalam kamar mandi, Satria pun keluar dari sana sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Membuka pintu kamar mandi pemandangan yang dilihatnya adalah punggung Natasha. Napas istrinya itu tampak naik turun teratur. Satria menduga istrinya itu telah tidur pulas.

Lelaki itu mendekati walk in closet untuk mengganti baju dan segera menyusul Natasha ke alam mimpi. Menaiki ranjang, Satria beringsut mendekati Natasha. Dahinya mengerut heran mendapati seperti ada jejak basah di pipi istrinya itu.

Dengan gerakan pelan lelaki itu mendekati Natasha dan menyentuh lembut pipi sang istri. Merasakan bahwa memang ada sisa air mata di sana. Satria terkesiap. Natasha menangis karena apa?

Tiba-tiba saja bibir Natasha mencebik. Tidak lama kemudian terdengar isak kecil dari mulutnya yang tertutup. Satria tentu saja terkejut.

"Hei ..., ada apa?" tanya Satria yang kemudian menarik lembut sang istri ke dalam dekapannya.

Tanpa diduga Satria Natasha menangis sedikit lebih kencang dari sebelumnya. Satria mengusap punggung Natasha.

"Ada apa? Bicara ...," kata Satria lembut.

Natasha melingkarkan tangannya yang tidak terhimpit ke belakang tubuh Satria. Isakan kembali susul menyusul.

"Katakan, ada apa? Hmmm?" tanya Satria yang masih setia mengusapkan tangannya di punggung Natasha.

"I--i--tu ... Mas tadi ... ben--tak ... Nat," jawab Natasha di antara sengalan demi sengalan tangisnya.

Berikutnya bibir Satria jadi berkedut. "Oh, maaf. Aku tadi nggak sengaja, soalnya lagi itu ... lagi ... apa ya .... Ah, sudahlah! Jangan nangis lagi, hmmm?"

Dalam pelukan itu, Natasha mengangguk lemah. Satria memundurkan tubuhnya hingga terbentang jarak yang tidak terlalu jauh antara mereka. Keempat bola mata itu saling menatap satu sama lain menciptakan rasa aneh melingkupi keduanya.

Natasha tersenyum canggung mendapat tatapan dari Satria. Sejurus kemudian lelaki itu menjepit cuping hidung Natasha dengan ibu jari dan telunjuknya.

"Anak manja. Baru dimarahin dikit nangis ...," ledek Satria dengan mata mengerling.

Natasha mencebik lalu mencubit perut berotot milik Satria.

"Aaaw!" Pekik Satria tertahan.

"Lagian ...," jawab Natasha dengan nada manja.

Dijual IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang