58

10.4K 669 53
                                    

Matahari tengah terik-teriknya saat Natasha terbangun dari tidur. Perempuan itu menoleh dan mendapati Serly tengah serius melihat ponselnya.

"Ser ...," panggil Natasha lirih.

"Eh, udah bangun ..., makan yuk. Udah siang."

Serly pun menyiapkan makan siang untuk Natasha dan menyuapkannya perlahan. Setelah selesai, Serly mulai berbicara hal penting pada Natasha.

"Nat ... tadi ada Satria ke sini ...."

Sontak Natasha menoleh. Dari binar matanya ada rasa bahagia yang tidak bisa dia sembunyikan. Namun tiga detik kemudian, wajah itu berubah sendu.

"Buat apa dia ke sini lagi?" tanya Natasha.

"Lho, masalah kalian belum selesai 'kan? Dia mau nyelesaikanlah. Terus ada berita satu lagi yang kamu mesti tahu."

"Apa?" tanya Natasha dengan wajah penasaran.

"Satria dan Rika sudah bercerai."

Natasha mengerjapkan matanya, seolah tidak percaya. Sedetik kemudian Natasha tersenyum kecut.

"Aku tidak tahu apakah itu adalah sandiwara mereka lagi agar Satria mau kembali padaku."

Serly menarik napas mendengar Natasha berbicara. Adik iparnya itu sudah dua kali patah hati. Parahnya kedua-duanya melibatkan seseorang yang disebut sebagai sahabat. Serly menggeleng pelan. Jika dia jadi Natasha mungkin dia tidak akan lagi percaya dengan yang namanya cinta. Cukup sudah. Dia sangat memahami ketidakpercayaan Natasha akan cinta.

                            ***

Satria tengah duduk terpekur di sebuah kursi, di luar restoran saat hari sudah senja. Lamunannya terbawa saat hari dia berusaha menemui Natasha di rumah sakit. Penolakan Serly sangat dipahami oleh Satria. Perempuan itu tentu tidak berani melangkahi Devin sebagai kepala keluarga Baskoro.

Namun meski mengerti akan hal itu, hati Satria teriris saat Serly mengatakan bahwa Natasha sangat terluka akibat perbuatan mereka. Lelaki itu sangat ingin mengobati luka Natasha, mendekapnya erat dan mengatakan bahwa cintanya kini untuk Natasha. Bahkan cintanya untuk Rika harus berakhir karena dia lebih mencintai Natasha.

Serly mengatakan bahwa Satria harus memperjuangkan cintanya. Akan tetapi, bagaimana caranya dia berjuang sementara hati Natasha sudah sangat dalam terluka.

Serly juga bilang, Natasha butuh waktu dan jika Natasha sudah tenang, mereka akan berbicara. Entah kapan hari itu akan tiba. Satria hanya bisa menunggu. Namun dia juga bertekad akan terus berusaha menemui Natasha.

"Mas ...," suara seseorang menyentak kesadarannya tiba-tiba.

Seketika Satria menoleh. Dia terkesiap saat mendapati Rika yang memanggilnya.

Satria berdiri hendak meninggalkan Rika. Namun, suara Rika kembali menghentikan pergerakannya.

"Aku ingin bicara. Penting."

"Sepertinya tidak ada lagi yang harus kita bicarakan."

"Aku mohon. Ini terakhir kalinya, Mas."

Dengan gerakan enggan, Satria pun kembali duduk di kursi.

"Duduklah. Aku cuma punya waktu lima belas menit. Aku harus kembali masuk ke dalam."

Rika menarik napasnya dalam-dalam, menguatkan hatinya untuk berbicara pada Satria.
"Mas, aku ... ingin kita kembali. Aku akan kembalikan rumah yang diberikan Natasha dan akan bekerja untuk mengganti uang Natasha yang aku pakai selama ini."

Sontak Satria menoleh dengan dahi yang mengernyit. Dia menatap Rika cukup lama.

"Apa? Kembali? Rika apa kamu masih belum paham kalo aku tidak bisa hidup bersama dengan wanita yang tidak aku cintai?"

Pertanyaan Satria menohok hatinya. Perempuan itu benar-benar syok mendengarnya.

"Apa kamu tidak mengingat sedikit pun tentang rumah tangga kita yang selama ini kita jalani bersama?" tanya Rika lirih.

Satria menatap nanar perempuan di depannya ini.

"Jalani bersama? Rasanya cuma aku yang berjuang. Aku tidak pernah ada di hatimu, Rika. Hingga puncaknya kamu merelakan aku menikahi Natasha. Itu cukup jadi bukti bahwa kamu tidak mencintaiku. Kamu memperalatku. Yang kamu cintai cuma Arion. Kamu menjadikan aku sebagai pelarian. Tiap kali aku ingin mengajakmu menikah ulang agar nama kita masuk di catatan sipil, kamu selalu menolak dengan mengatakan kalo itu akan buang-buang uang. Padahal sebenarnya kamu hanya ingin nantinya bisa dengan mudah meninggalkan aku."

Rika terhenyak di kursinya. Dia tidak menyangka jika Satria tahu  rahasianya. Tentang hatinya yang memang belum bisa melupakan Arion dan tentang alasannya menolak menikah kembali dengan Satria.

"Soal ... Arion ... aku---"

"Udahlah, Rika. Aku nggak bisa lagi mencintai siapa pun saat ini. Hatiku sudah milik Natasha," kata Satria dengan wajah yang menyendu.

Hening menyelimuti.

"Aku--aku-- minta maaf karena selama ini aku tidak bisa menunjukkan cintaku. Aku baru menyadari aku mencintaimu saat kamu marah padaku dan yang menjadi sebab kemarahanmu adalah Natasha. Memang benar yang dikatakan banyak orang, jika sudah kehilangan baru merasakan cinta," Rika mengucapkannya dengan suara pelan.

Satria memandang wajah Rika dengan perasaan iba. Hanya iba, tidak lebih. Jika dulu Rika mengatakan padanya, mungkin hati lelaki itu akan berbunga-bunga.

Kali ini Satria akan menegaskan hubungan mereka.

"Maaf, Rika! Semuanya sudah terlambat. Lagipula akibat perbuatanmu Natasha dan keluarganya tidak mau menemuiku lagi. Aku sudah kehilangan segalanya. Aku juga tidak tahu setelah ini masih bisa mencintai wanita lain atau tidak. Aku benar-benar tidak tahu," Satria menunduk lesu.

Rika menatap mantan suaminya nanar. Tidak pernah dia melihat suaminya seputus asa begini. Dia juga tidak pernah melihat cinta yang besar dari mata Satria seperti saat ini. Rika menggeleng pelan. Sepertinya memang sudah sangat terlambat memperbaiki rumah tangga mereka.

"Lagipula apa yang kamu lakukan nyaris membahayakan tiga nyawa. Itu yang aku tidak bisa terima. Tiga nyawa sekaligus, kamu bisa pahami dampak perbuatanmu? Aku sudah sulit menerima perbuatan itu. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk kita berpisah saja."

Hening kembali mendominasi suasana di sana.

"Sejak ... sejak kapan kamu tahu kamu mencintai Natasha?" tanya Rika dengan hati pedih dan suara yang bergetar. Sementara air matanya siap meluruh kapan saja.

Satria mendesah. Matanya menatap langit yang sudah menjingga.

"Sebelumnya aku merasa ragu akan cintaku. Namun, aku baru benar-benar menyadari saat aku nyaris tidak bisa bangun lagi saat duel liar waktu itu. Satu yang aku ingat, tawa Natasha membuatku bangkit. Aku-- aku-- sama sekali tidak ingin jika Natasha mengetahui tentang persekongkolan kita."

Rika mencelos. Dalam keadaan tidak sadarnya, yang diingat Satria adalah Natasha. Selesai sudah. Tidak ada lagi harapan untuk mereka. Tidak ada lagi cinta untuk Rika. Dia menyerah. Dia kalah.

Dirinya tidak lagi ada di dalam hati pria itu. Dirinya bukan lagi wanita yang disanjung lelaki itu. Tidak ada lagi jalan untuk mereka. Tiap kali menyebut nama Natasha, mata pria itu berbinar penuh cinta. Binar yang pernah ada untuknya. Ah tidak, binarnya kali ini lebih indah.

Rika tersenyum pedih. Dia kehilangan hal paling berharga dalam hidupnya. Namun satu kali lagi dia ingin berusaha. Satu kali saja.

"Apa Mas tidak kasian pada Dyah. Dia tidak tahu apa-apa. Apa yang akan aku jawab jika dia bertanya ayahnya kemana?" tanya Rika lirih berharap Satria berbelas kasih.

"Jangan bicara omong kosong lagi, Rika! Dyah bukanlah darah dagingku!"

Rika mematung di tempatnya. Matanya terbelalak.

Hai...
Malming nih ditemenin Nat dan Sat ya. Double update.

Jangan lupa bintangnya ya
Terima kasih

Dijual IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang