Perasaan lega itu ditafsirkan Satria sebagai sebuah perasaan yang biasa terjadi atas dasar kemanusiaan. Bukan karena hal apapun. Rasanya Satria hanya bisa berempati pada Natasha. Hatinya sudah dipenuhi oleh cinta pada Rika. Jadi tidak mungkin 'kan perasaan itu bergeser?
Suasana masih hening saat Natasha dan Satria menyudahi makan malam mereka. Belum ada satupun di antara keduanya yang beranjak dari sana.
"Aku udah ngerasa baikan. Mungkin besok udah bisa ngontrol restoran. Jadi, besok kamu juga udah bisa kerja kayak biasa lagi," kata Natasha memecah keheningan.
Satria hanya bisa mengangguk.
"Terima kasih untuk semua kebaikanmu selama ini. Mulai besok tidak usah memasak lagi untukku. Aku biasanya sarapan di restoran. Masak untukmu saja," kata Natasha kemudian.
Satria mendengkus dalam hati. Sepertinya Natasha si angkuh ini benar-benar sudah sembuh. Begitulah yang dipikirkan Satria.
"Oh, baiklah jika begitu." Satria sedikit kecewa dengan sikap Natasha yang dingin. Bukannya Satria meminta untuk dihormati. Namun paling tidak Natasha harusnya bersikap jauh lebih baik dari sekedar berpesan tidak usah masak lagi. Itu seperti kata perintah. Memangnya siapa perempuan itu seenaknya saja memerintah dirinya. Perkataan terima kasih dari gadis itupun terdengar angkuh di telinga Satria. Namun Satria tidak ingin ambil peduli akan hal itu. Mereka hanyalah dua orang asing yang bekerja sama saling menguntungkan.
Natasha melanjutkan langkah kakinya menuju kamar sementara itu Satria membereskan meja dan membawa piring bekas makan malam tadi ke wastafel yang ada di balik punggungnya.
Tiba-tiba suara telepon menyentaknya. Satria merogoh kantong celananya mengambil benda pipih itu.
"Hallo?" sapa Satria.
"Hei Sat, kata temenku ada lowongan pekerjaan nih di restoran. Sebagai waitress. Mau nggak?" tanya temannya yang bernama Rian.
"Kalo satpam atau petugas keamanan gak ada ya, Yan?" tanya Satria.
"Belom ada sih. Kamu ambil aja ini sembari nyari-nyari lagi kerjaan yang menurut kamu cocok sama kamu." Rian memberikan saran untuk Satria.
Satria mendesah berat. Sangat berat menerima sebuah pekerjaan yang sama sekali bukan bidangnya. Dia yang merupakan seorang karateka harus menjadi pelayan restoran. Namun, Satria tidak memiliki pilihan. Jika dia tidak bekerja bagaimana dia akan memberikan nafkah pada Rika.
Setidaknya ketika dia memberi nafkah pada Rika maka Satria telah menjadi suami Rika seutuhnya. Dengan berpisah dari Rika, dia akan semakin jauh dari istinya itu. Setidakmya dengan nafkah itu Rika tidak akan menyangkal keberadaannya sebagai suami. Terlebih yang ingin dilakukan Satria hanyalah membahagiakan Rika dengan segala apa yang dia punya."Baiklah jika begitu aku terima tawaranmu," jawab Satria pada Rian sahabatnya.
***
Pagi yang cerah menyambut Natasha. Perasaannya mulai membaik. Walaupun bayangan tentang kejadian waktu itu masih membekas, setidaknya dia mulai bisa melupakan peristiwa pahit tersebut. Dia berharap tidak akan pernah bertemu dengan Rendra lagi.
Setelah berbenah, Natasha masuk ke kamar mandi lalu bersiap pergi menuju restorannya. Tiga hari ditinggal, entah apa kabarnya. Walaupun dia memiliki asisten setidaknya dia harus tetap memantau perkembangan restorannya itu.
Menuruni tangga dengan sedikit berlari, Natasha melewati meja makan yang kosong. Tidak ada Satria di sana. Namun, Natasha memelankan langkahnya lalu mundur beberapa tapak. Di atas meja ada segelas teh. Mungkinkah teh itu dibuatkan oleh Satria untuknya? Mengingat Satria lebih sering memilih minum kopi di pagi hari. Natasha celingukan di sekitarnya. Mencari sosok Satria di sana. Namun dia tidak menemukannya.
"Apakah dia masih di dalam kamar? Kalo iya, berarti teh ini punya dia 'kan?" gumam Natasha di dalam hati.
Natasha merasa tidak mungkin teh itu dibuatkan Satria untuknya. Dengan langkah cepat Natasha pun meninggalkan apartemennya segera.
Ponsel Natasha berdering sesaat sebelum dirinya masuk ke dalam mobil. Natasha pun menerima panggilan itu sebelum melihat nama yang memanggilnya di layar ponsel. Mama.
"Hallo, Ma?" sapa Natasha.
"Hallo, sayang? Gimana kabar kamu? Gak nelepon, gak ke rumah, Mama kangen tau!" seru suara dari seberang.
Natasha tersenyum tipis. Dia tidak mungkin bukan menceritakan pada sang bunda perihal Rendra melakukan percobaan pemerkosaan pada dirinya.
"Belum juga seminggu Nat nggak ke sana, Ma. Nanti kami jadwalkan ke sana ya, Mama apa kabar? Sehat?" jawab Natasha sembari mengatur kursi pengemudi.
"Alhamdulillah Mama sehat nih. Gak tau ya sejak kamu nikah kok Mama kayak sehat gitu ya. Mama juga paham kok kalian belum sempet ke sini. 'Kan kalo pengantin baru tuh ya gitu, hampir lupa sama Mamanya," kata Merry di ujung sana sambil terkekeh.
"Mama bisa aja. Mama tahu 'kan kami kenal belom lama. Jadi masih butuh penyesuaian."
"Oh, jadi belom ada malam pertama dong." Terdengar suara tawa kecil dari seberang.
"Iiiih Mama, gak usah mancing dong. Rahasia tau!" protes Natasha.
"Sama ibunya sendiri kok. Gak pa-pa cerita gitu lho, Nat," sambung Merry.
"Ma, pernikahan kami dari perkenalan yang belum beberapa lama ini, membuat kami harus melakukan penjajakan terlebih dahulu," jelas Natasha.
"Iya, Mama tau kok. Makanya Mama bilang kamu harus jadi istri yang baik, Nat. Jangan terlalu cuek. Kasian suami kamu. Perhatiin dia. Mama bisa menilai dia lelaki yang baik. Makanya waktu kamu bawa dia makan malem di rumah kita pertama kali, Mama udah ngerasa dia lelaki yang baik. Mama juga yakin seiring waktu kalian bisa saling mencintai satu sama lain."
"Mama ngenilai dari mananya dia lelaki baik?" tanya Natasha.
"Feeling seorang ibu itu kuat lho, Nat. Percaya kata Mama. Kamu harus terima kasih sama temenmu yang udah ngenalin kamu sama Satria."
"Oh, Si Rika. Iya, Ma."
"Dah, itu aja. Jangan lupa ya, kalo udah ada waktu luang mampir ke rumah. Mama nungguin."
"Oke, Ma. Siap."
Natasha pun melajukan mobil menuju restorannya.
Hari sudah agak siang. Matahari mulai tergelincir. Waktu-waktu seperti ini adalah waktu pengunjung restoran tengah ramai. Natasha pun keluar dari ruang kerjanya lalu melangkahkan kakinya ke ruang saji restoran.
"Pesan apa, Pak?" Suara seorang pria di belakang Natasha berdiri menyentakkan gadis itu. Suara yang amat dikenalinya.
Mengapa dia bisa ada di sini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijual Istri
ChickLitNatasha seorang wanita dingin yang sudah pernah patah hati, hingga dia didesak oleh keluarganya untuk menikah sebab orang tuanya yang sudah sakit-sakitan ingin melihatnya menikah. Merasa terdesak, dan sudah tidak memiliki waktu banyak lagi, Natasha...