Bab 40

9.4K 526 10
                                    

Alis Satria bertautan satu sama lain menatap Natasha tanpa kedip. Istrinya itu gelisah, kepanasan, bergerak tidak terarah, mukanya memerah, tetapi matanya sayu.

Satria tahu persis apa yang tengah terjadi pada istrinya. Dugaan Satria hal ini ada hubungannya dengan percakapan mertua dan iparnya pagi tadi. Satria sangat yakin. Didekatinya sang istri yang semakin bergerak gelisah.

"Nat ... kamu baik-baik aja 'kan?" tanya Satria.

Natasha menggeleng. "Panas, rasanya kayak terbakar. Aku nggak ngerti kenapa?"

"Tadi makan apa?" tanya Satria lagi.

"Nggak apa-apa. Tadi dianterin mama puding."

Satria mengangguk. Dia sudah mendapatkan jawaban untuk keanehan yang terjadi pada Natasha.

Entah bagaimana ceritanya pada akhirnya Satria dan Natasha melakukan hubungan suami seperti kebanyakan pasangan sesungguhnya. Satria merasa perlu membantu Natasha, karena dia tidak sanggup melihat  Natasha sangat tersiksa. Malam itu menjadi malam yang panjang untuk mereka berdua.

Embun-embun di dedaunan yang ada di taman perlahan mulai menguap oleh setitik hangat sinar matahari yang mulai naik ke permukaan bumi. Satria terbangun dari tidur lelapnya setelah lelanya semalam menuntaskan kewajibannya sebagai seorang suami memberikan nafkah batin untuk Natasha.

Namun, ada sebagian hatinya yang tidak merasakan kelegaan karena telah berhasil melewati malam pertama bersama sang istri. Ada bagian hatinya yang seolah tidak rela dengan apa yang telah terjadi semalam.

Satria merasa dia telah mengkhianati cintanya pada Rika. Tidak seperti ini seharusnya harapan dan keinginan Satria. Dalam kesepakatan mereka terdahulu, tidak ada keharusan bersentuhan fisik. Bahkan di sana tidak ada klausul yang menjelaskan bahwa rumah tangga mereka harus menjadi rumah tangga yang normal seperti kebanyakan yang dialami orang-orang.

Sudah seminggu lebih Satria tidak bertemu Rika. Selama dirinya dan keluarga Natasha di villa praktis tidak ada komunikasi yang intens dengan istrinya itu. Mendadak hatinya jadi rindu terlebih pada Dyah.

Satria menoleh ke samping menatap Natasha yang masih memejamkan matanya erat. Wanita yang telah menyerahkan kehormatannya pada dia. Padahal tidak seperti ini yang mereka rencanakan. Akan tetapi,  takdir seolah menuntun keduanya untuk sampai pada titik ini.

Meskipun Satria yakin apa yang mereka alami semalam ada campur tangan mertuanya. Ada rasa kesal jika mengingat skenario yang diciptakan oleh mertua dan iparnya. Namun, di saat yang sama pula ada semacam perasaan bersalah menggerogoti hatinya.

Mertuanya itu sangat merestui pernikahan mereka. Hal itu pasti tidak perlu diragukan lagi. Tindakan mertuanya menaruh obat perangsang dalam puding Natasha telah membuktikan bahwa Merry benar-benar mempercayakan Natasha padanya. Namun, apa jadinya jika Merry tahu mereka bersekongkol menipu Natasha? Apakah Merry akan merestui mereka?

Apalagi semalam Natasha telah benar-benar menjadi miliknya. Apakah itu artinya wanita ini akan seutuhnya menjadi milik dia? Lalu bagaimana dengan Rika? Mengingat hal itu Satria menarik rambutnya kasar. Menurunkan tapak kakinya ke lantai, Satria melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Natasha menggeliat. Membuka matanya perlahan, kesadarannya mengumpul berangsur-angsur. Sesaat kemudian baru dia sadar jika bahunya telanjang. Tubuh polosnya tertutup selimut hingga dada. Mengingat semalam, Natasha tersenyum kecil. Entah apa yang terjadi pada tubuhnya, terasa seperti panas, terbakar dan membutuhkan sesuatu untuk dilepaskan. Berikutnya Satria mulai menyentuhnya membuat Natasha merasa ternyata itu yang dia butuhkan. Hingga tanpa disadarinya Satria telah melakukan tugas pertamanya sebagai seorang suami.

Dia telah menjadi istri Satria seutuhnya. Seorang laki-laki yang mulai masuk ke dalam hatinya akhir-akhir ini. Awalnya Natasha tidak meyakini isi hatinya. Apakah itu cinta atau bukan, tetapi jika dikatakan bukan cinta mengapa hatinya merindu kala Satria tidak ada di sisinya.

Jika itu bukanlah cinta, mengapa dia merasa kuatir andaikan terjadi sesuatu pada Satria. Semua masih terasa abu-abu. Namun, pagi ini mulai ada titik terang dari samarnya perasaan dia selama ini.

Natasha merasa telah menjadi istri seutuhnya bagi Satria. Menjadi wanita yang dipuja oleh suaminya. Perlakuan lembut dari sang suami malam tadi sungguh membuatnya merasa dicintai. Dia tidak menyangka sama sekali, pada akhirnya pernikahan yang dijalankan di atas kesepakatan nyatanya berubah menjadi pernikahan dalam artian sesungguhnya. Dia meyakini bahwa mereka saling mencintai.

Natasha melilitkan tubuhnya dengan selimut untuk kemudian masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Dia akan segera turun ke bawah untuk bergabung bersama anggota keluarga yang lain.

Pagi ini Natasha turun ke pantri lebih telat dari biasanya. Di sana sudah berkumpul Merry, Devin, Serly dan Satria. Semua sudah duduk di kursinya masing-masing.

Natasha tersenyum semringah, membuat Merry dan Serly  menoleh satu sama lainnya. Kedua wanita berbeda generasi itu saling memberi isyarat lewat mimik wajah. Bahkan Merry mengedipkan sebelah matanya pada Serly.

Pipi putri bungsu Merry itu terlihat merona saat mendapati Satria tengah duduk tegap di kursi makan. Sekilas Satria menatap Natasha, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Merry yang ada di hadapannya. Sejurus kemudian Natasha membanting bokongnya di kursi makan tepat di sebelah Satria.

Lelaki itu menoleh sekilas lalu tersenyum samar. Hal itu sempat mengundang tanya di dalam hati Natasha. Senyum yang seolah dipaksakan. Ya, Natasha merasakannya. Senyum itu bukan senyum yang sering disuguhkan Satria akhir-akhir ini. Namun, Natasha mengalihkan pikirannya dengan mengatakan bahwa bisa saja dugaannya salah.

"Wah, anak mama kayaknya pagi ini lagi seneng nih?" gurau Merry.

"Hah?" Natasha menunjukkan raut bingungnya.

Berikutnya terdengar tawa Devin dan Serly sambung menyambung. Hal itu sontak membuat Natasha semakin bingung.

"Apaan sih, Ma maksudnya?" tanya Natasha.

Satria yang tentu saja memahami kemana arah pembicaraan itu pun akhirnya menoleh pada Natasha dan mengusap kepala sang istri. "Nggak apa-apa. Kami nungguin kamu turun udah dari tadi."

Satria hanya jengah dengan canda yang tercipta sesaat yang lalu. Dia merasa tidak nyaman berada di sana. Perasaannya berkecamuk. Marah, karena dia sudah terjebak di dalam pernikahan ini. Cemas, bagaimana jika Merry mengetahui hal yang sebenarnya. Menyesal telah mengikuti naluri kelelakiannya.

Dia juga sempat merasa kesal pada mertua dan iparnya itu. Mereka telah meracuni Natasha dengan obat perangsang. Andaikan hal itu tidak dilakukan,  pastilah rumah tangga mereka akan berjalan sesuai kesepakatan hingga Satria tidak perlu memikirkan tanggung jawab baru pada Natasha. Semua akan berjalan normal seperti yang mereka harapkan.

"Oh, maaf ya! Nat bangunnya telat," kata Natasha.

"Nggak apa-apa, sayang. Walaupun tiap pagi kamu bangunnya telat. Mama seneng, kok. Apalagi kalo liat muka kamu yang bersinar gini. Ditambah rambut kamu yang pagi-pagi udah basah."

Selesai Merry mengucapkan hal itu, suara tawa terbahak-bahak membahana di ruang makan villa keluarga Baskoro tersebut. Membuat Satria semakin tidak betah berada di sana.

Mendengar gurauan itu, akhirnya Natasha paham kemana arah pembicaraan ibunya. Dia melirik pada Satria. Dapat dia lihat suaminya memasang wajah datar. Mungkin keluarganya tidak ada yang bisa membaca reaksi Satria yang terkesan dingin. Akan tetapi berbeda dengan Natasha, lebih sering berinteraksi dengan lelaki itu membuatnya sedikit banyak paham bagaimana ekspresi senangnya, ekspresi cemasnya. Natasha sangat paham. Namun, kali ini Natasha tidak menduga sama sekali, ternyata dijadikan bahan gurauan membuat Satria memilih mengambil sikap dingin.

Natasha mencoba menelaah sebab sikap Satria yang sedikit berubah. Apakah karena Satria tidak menyukai jenis candaan seperti itu atau kareana ada hal lainnya? Pertanyaan itu terus berputar dalam kepala Natasha dan dia belum bisa menjawabnya. Satu hal yang diyakini Natasha, sikap Satria sedikit berubah. Mengingat hal itu, Natasha jadi bersedih. Apakah perubahan sikap itu karena dirinya? Atau Satria tengah memiliki masalah lainnya?

Hai, Nat dan Sat up nih.

Jangan lupa bintangnya ya

Terima kasih

Dijual IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang