35

8K 592 16
                                    

"Siapa kamu?" tanya Satria yang dalam hitungan detik berhasil mengunci leher orang asing yang baru saja masuk dengan memakai jaket hitam dan topi hingga wajah pria itu tidak terlihat dengan jelas.

"Saya manajer restoran ini," jawab pria itu.

Satria yang tengah memeluk leher dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya mendorong tengkuk pria bertopi itu ke depan hingga kepala pria itu tertekuk langsung melepas tangannya dari leher sang pria.

"Pak Heri? Maaf Pak!" kata Satria.

"Oh, kamu Satria! Mengagetkan saja. Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Heri curiga sembari merapikan jaketnya yang sedikit lecek karena serangan tiba-tiba dari Satria tadi.

"Oh, itu Pak saya mau lihat kondisi restoran. Roni memberitahu kejadian sore tadi. Saya bener-bener minta maaf, Pak. Saya pikir ada orang lagi yang mau nyerang. "

"Oh, iya. Nggak apa-apa---." Heri menggelengkan kepalanya, "---andai saja sore tadi ada kamu mungkin mereka nggak akan bisa melakukan ini semua."

"Bapak tahu siapa yang melakukan serangan ini?"

Heri menggeleng. "Tapi salah seorang pemimpin mereka mengajakku bicara. Dan dia bilang bos mereka hanya titip pesan, ini harga yang dibayar atas batalnya pernikahan Bu Natasha."

Satria terkesiap di tempatnya. Sementara Heri menerawang ke depan sana.

Heri melanjutkan kisahnya. "Kami tidak pernah tahu kehidupan pribadi Bu Natasha. Memang kami tahu beliau punya kekasih, tapi beliau tidak pernah mengajaknya ke sini. Atau kami memang tidak tahu yang mana kekasihnya. Memang dia beberapa kali mengajak teman atau sepupunya ke sini. Tapi, rasa-rasanya tidak ada yang bisa kami tebak, siapa di antara mereka itu calon suaminya Bu Natasha."

Hening sejenak.

Satria menyedekapkan kedua lengannya di depan dada, matanya menyipit sementara dahinya mengernyit. "Pimpinan algojo itu bilang apa lagi?" tanya Satria.

"Katanya, pesan pada Bu Natasha untuk berhati-hati. Udah gitu aja," jawab Heri.

"Kalo lapor polisi gimana, Pak?" tanya Satria.

"Makanya aku pengen tanya ke Bu Natasha bagaimana kalo lapor polisi saja, karena ini 'kan kaitannya sama orang dekat Bu Natasha. Katakanlah mantan calon suami ya, 'kan?"

Satria mengangguk.

Heri melanjutkan kembali ceritanya. "Jadi aku membutuhkan persetujuan dari beliau untuk melaporkan hal ini. Terlebih keluarga Baskoro bukan keluarga sembarangan, aku harus berhati-hati."

"Iya, Pak. Sebaiknya begitu."

"Kamu sendiri kapan kembali kerja? Kalo ada kamu kurasa tidak akan begini restoran kita. Ke depannya Bu Natasha harus menempatkan security untuk mencegah hal ini terulang kembali."

"Aku belum bisa pulang, Pak. Urusanku belum selesai."

Heri menepuk pundak Satria. "Nggak apa-apa, lanjutkan saja. Bu Natasha juga sudah berpesan untuk membiarkan urusanmu selesai lebih dulu. Tapi jelasnya sebelum jadi karyawan tetap, gaji akan dipotong per harinya."

"Baik, Pak. Tidak masalah."

"Saya ke loker dulu ya. Ada barang yang tertinggal."

"Baik, Pak."

"Jangan kemaleman pulangnya. Nyari kendaraan online sulit nantinya."

"Iya, Pak. Makasih. Sebentar lagi saya pulang."

Satria akan menunggu Heri pulang lebih dulu, sebab dia tentunya tidak ingin ketahuan membawa sebuah mobil. Apalagi mobil itu milik Devin. Bagaimana jika suatu hari Pak Heri menemukan mobil itu ternyata adalah milik Devin? Akan terbongkarlah identitasnya sebagai ipar Devin.

Dijual IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang