Syarlin menyemprotkan parfum vanilla ke beberapa bagian tubuhnya, lalu mengambil tas selempangnya. Gadis itu menyempatkan melihat penampilannya didepan cermin sebelum bertemu Bara.
Syarlin berjalan keluar rumah saat mendapat pesan bahwa Bara sudah sampai. Malam ini, Syarlin diajak kerumah sakit untuk menjenguk Babeh.
Bara memejamkan matanya sembari mengenduskan hidungnya ke bagian tubuh Syarlin yang tadi disemprotkan parfum. Melihat itupun, Syarlin menjambak rambut Bara kesal. "Ih apaan sih."
Bara menatap Syarlin yang menunjukkan wajah kesalnya, "Selalu wangi. Parfum lo manis,"kata Bara pada Syarlin "Kaya orangnya."sambung Bara lagi membuat Syarlin tersenyum malu.
"Iyalah, gue mah selalu wangi. Emangnya lo, bau."ujar Syarlin yang mendapat pelototan dari Bara karena merasa tak terima.
"Sembarangan lo ye Perkedel,"ujarnya, dengan kesal Bara mengampit kepala Syarlin dan dibawanya ke bagian ketiaknya. "Hirup tuh ketek gue yang bau."sambungnya lagi.
"Bara lepas."kata Syarlin. Gadis itu berusaha melepaskan dirinya dari ketiak Bara dengan menepuk punggung lelaki itu dengan kuat.
Bara melepaskannya, lalu terkekeh melihat wajah Syarlin yang cemberut karena kesal. "Gimana? Ketek gue bau kan."ujar Bara dengan tampang menyebalkannya.
"Bara, rambut gue berantakan gara - gara lo."rengek Syarlin kesal sembari merapikan rambutnya yang berantakan.
Padahal, Syarlin hanya pura - pura mengatakan kalau Bara bau. Sebenarnya lelaki itu selalu wangi. Dan wangi parfumnya itu yang selalu memabukkan Syarlin. Namun na'as, wajah cantiknya harus bersilaturahmi dengan ketiak Bara.
Bara terkekeh melihat wajah Syarlin yang kesal. Sangat gemas dimata Bara. Kedua tangan Bara terulur merapikan rambut Syarlin yang berantakan akibat ulahnya.
Syarlin yang mendapat perlakuan seperti itu hanya mematung memandang wajah tampan Bara yang tersenyum tipis. Disaat seperti ini, otak dan jantungnya selalu tidak bekerja dengan baik. Tolong, Syarlin butuh oksigen.
Jangan tanya hatinya. Ibarat ice cream yang terkena sinar matahari, meleleh. Ya itu yang dirasakan hatinya Syarlin sekarang.
"Mau gimanapun, tetap cantik kok."ujar Bara.
"Lo ngegombal?."tanya Syarlin.
"Enggak,"jawabnya. "Kan semua perempuan emang cantik."katanya lagi.
Tidak tahukah kalau jawaban Bara membuat Syarlin berdecak kesal. Memang semua perempuan cantik, namun bukan itu yang mau Syarlin dengar jawabannya. Syarlin hanya mau di puji untuk dirinya sendiri saja. Tapi ya sudahlah, Bara memang menyebalkan.
"Kenapa sih? Salah gue ngomong?."tanya lagi saat melihat wajah kesal Syarlin.
"Gak. Udah ayo buruan."Syarlin naik keatas motor sport Bara dengan perasaannya yang kesal.
***
"Itu pisang punya gue,"ujar Rey pada Darrel. "Balikin gak?."katanya lagi.
"Pisang ini udah gue pegang duluan. Jadi ini hak milik gue."kata Darrel tak mau kalah.
"Apaan lo semua. Pisang ini udah gue incer duluan. Jadi ini pisang gue."ujar Bara juga tak mau kalah.
Saat ini mereka sedang memperebutkan buah pisang yang sudah ada diatas nakas samping brankar tempat Babeh terbaring. Padahal masing banyak buah - buahan yang lain seperti apel, pear, anggur dan pisang. Namun mereka hanya memperebutkan pisang.
Babeh hanya menggelengkan kepalanya pelan meluhat pertengkaran kecil yang dibuat Bara, Rey dan Darrel. Begitupun dengan Syarlin, gadis itu heran, mereka seperti anak kecil yang sedang memperebutkan mainannya dan dari mereka sama - sama tidak ada yang mau mengalah. Lagipula buah - buahan yang dibawa Syarlin tadi adalah buah tangan untuk menjenguk Babeh dan itu hanrusnya untuk Babeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFRAY (END)
Подростковая литература[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [REVISI DIVERSI CETAK] Ini cerita Bara Sadewa Bramantha, Ketua geng BRITAL yang disegani seantero sekolah padahal Bara hanya manusia biasa sama seperti mereka. Dengan segala kerusuhan, kekonyolan, dan segala hal yang berbau...