43. PANAS

4.1K 310 23
                                    

Gadis dengan rambut sebahu itu beberapa kali mengerjapkan matanya, kepalanya kembali berdenyut, rasa pusing begitu terasa membuat sebelah tangannya memijit pelipisnya, berusaha meredakan rasa pusing itu.

Maniknya menatap keruangan yang terasa asing bagi Syarlin. Ini seperti bukan kamarnya. Lalu tatapannya jatuh pada sosok laki – laki yang tertidur dengan lengan Syarlin yang beralaskan bantalnya.

Syarlin tersenyum tipis, lelaki dengan sejuta pesona itu tengah tertidur dengan damai. Pantas saja semua perempuan terpesona dengannya, sudah tampan, ketua geng Brital, alisnya tebal, hidungnya seperti perosotan tk, rahangnya tegas, bagaimana semua perempuan tidak tergila- gila padanya.

Tangannya mengusap pelan rambut coklat Bara. Syarlin meringis, tertidur dengan posisi duduk seperti itu pasti sangat pegal. Lelaki itu bergerak saat merasa ada usapan dikepalanya.

"Eummm bentar Bun, 5 menit lagi."ujar Bara dengan suara serak khas orang yang bangun tidur. Lelaki itu berbicara tapi matanya masih terpejam.

Syarlin tersenyum tipis, kali ini bukan lagi usapan, tapi jambakan pada rambut coklat Bara.

Lelaki itu meringis, menepis pelan tangan yang ada dikepalanya lalu memegang rambutnya yang baru saja ditarik itu.

"Iya Bunda iya, 5 menit lagi."rancaunya.

Syarlin menggelengkan kepalanya pelan, lelaki itu pikir Syarlin adalah Anin. Tangannya menepuk pipi Bara, membangunkan lelaki itu.

"Bara, bangun."panggil Syarlin membangunkan.

"Kok ada suara Alin sih Bun."rancau Bara lagi.

Syarlin memutar bola matanya, menghela napasnya sebentar. 'Iyalah, orangnya kan ada disini'batinnya.

"Bara, bangun."panggil Syarlin lagi.

Lelaki itu bangun, menggeliatkan tubuhnya. Meregangkan otot badannya yang terasa sangat pegal. Bara baru tersadar jika ia tertidur diruangan Syarlin. Dengan cepat Bara mengecek semua keadaan Syarlin.

"Udah bangun? Ada yang sakit gak? Pusing atau apa gitu, biar nanti gue panggilin dokter."tanya Bara beruntun.

Syarlin berdecak pelan, "Solat subuh dulu sana."titahnya.

Bara menatap jam dinding yang ada diruangan itu. Jam menunjukkan pukul 05.13. Lelaki itu bangkit menuju kearah kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Syarlin menoleh saat Bara keluar dari kamar mandi, wajahnya yang basah setelah berwudhu lalu tangannya menyugar rambutnya yang basah sisa dari air wudhu itu. Damagenya bener – bener buat Syarlin ingin menjerit. Lelaki itu mulai melaksanakan solatnya.

Syarlin menghela napasnya, menatap langit – langit ruangan dimana ia sekarang terbaring. Tangannya memijat pelan pelipisnya yang terasa berdenyut, memejamkan matanya sejenak meredakan rasa pusing. Sampai dimana ada tangan lain yang ikut memijit pelipisnya pelan.

Syarlin membuka matanya, menatap Bara yang baru saja menyelesaikan solatnya.

"Masih pusing?."tanya Bara lembut sembari masih memijit pelan pelipis Syarlin.

Syarlin menatap manik Bara sebentar, kepalanya mengangguk pelan sebagai balasannya. Tangannya gadis itu menurunkan tangan Bara yang ada dipelipisnya.

Bara menatap Syarlin yang sepertinya tidak mau disentuh. "Masih marah ya?."tanya Bara.

Syarlin diam, membuat Bara menunduk menyesal atas perkataanya kemarin.

"Gue bener – bener minta maaf 'Lin. Gak ada maksud apapun atas perkataan gue sebelumnya. Gapapa kalau masih marah sama gue, tapi jangan berpaling ya."ujar Bara pada Syarlin.

AFFRAY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang