16. KHAWATIR

7.6K 487 9
                                    

"Lo selalu berhasil membuat gue khawatir, apa itu tandanya gue suka sama lo?"

***

"Shhh..."ringisnya. Perlahan matanya terbuka, tangannya terulur memegang dahi yang sudah dililit perban. Matanya kembali terpejam saat pusing kembali menyerangnya.

"Sya, lo gak papa? Ada yang sakit?."tanya Nara khawatir.

Syarlin membuka matanya kembali saat suara Nara masuk ke dalam indra pendengarannya.

Syarlin menoleh, mendapat raut wajah Nara yang khawatir. "Gue gak papa 'Ra,"lirihnya, kemudian matanya menyapu sekitar. Terasa asing. "Gue dimana 'Ra?."tanya Syarlin.

"Taman wisata,"jawab Nara asal. "Ya di rumah sakit lah. Lagian lo ngeselin banget sih, biarin gue sendirian."kesal Nara.

"Dih, bilang aja khawatir."cibirnya.

Cklek

Sontak, keduanya menoleh kearah sumber suara. Syarlin cukup terkejut dengan kedatangan mereka.

"Kok ada mereka?."

***

"Buru kadal, gue laper!."kata Gerry kesal.

"Ck, sabar dong Gerr. Abang Rey bingung mau pilih kopi ekspresso taburan cinta atau kopi americano taburan sayang."ujar Rey sembari menatap genit kearah pelayan perempuan yang kebetulan melayani mereka.

Darrel memutar bola matanya malas, "Lama, gue geplak juga pala lo."Darrel ikut bersuara, lelaki itu sudah jengah.

Bara tertawa. Para kutu kampretnya sudah menahan lapar karena Rey yang lama memesan.

"Kasih air kobokan aja dia mah."celetuk Bara.

Rey mendelik, "Enggak!,"jawabnya cepat. Kemudian Rey kembali menatap pelayan yang tengah menahan senyum ketika ia mengedipkan sebelah matanya,  "Kopi Ekspresso aja, buatnya dengan kasih sayang ya, jangan lupa kasih taburan cinta biar makin syedapp."seru Rey.

Pelayan itu mengangguk, menyatat pesanan Rey. "Saya ulangi lagi, Mie goreng seafoodnya 2, Kopi caffe mocca 3, Frappuccino 1, dan Kopi Ekspresso 1. Ada tambahan lagi?."tanya Pelayan itu.

Semuanya menggeleng, itu artinya tidak ada penambahan pesanan. Pelayan itu tersenyum, "Kalo gitu, mohon ditunggu pesanannya ya Kak."ujar Pelayan sebelum pergi.

"Mau abang Rey temenin gak?."tawar Rey. Jelas, lelaki itu sekalian modusss. Dasar Playboy.

"Halah, modus mulu lo."cibir Bara.

"Titisan Fucekboy ya emang gitu."sindir Gerry.

"Namanya juga usaha."ujar Rey.

Darrel memutar bola matanya malas, "Tobat anoa!."Darrel berucap sembari menepuk pelan kepala Rey, membuat si empu mendelik kesal.

Setelahnya, pelayan itu pamit kebelakang untuk menyiapkan pesanan yang Bara dan para kutu kampretnya pesan.

Saat ini mereka sedang berada di cafe tempat favorit mereka nongkrong. Iya, cafe dimana temoat Bara bertemu dengan gadis berambut sebahu itu.

"Bar, kita gak skuuuy nih?."tanya Darrel.

"Iya nih, udah lama kaga skuy kita."celetuk Gerry.

"Nanti kalau libur panjang. Kita ke Bali."ujar Bara.

"Tepat. Mata abang Rey butuh asupan."seru Rey heboh. Lelaki itu sangat antusias untuk berlibur ke Bali. Banyak bule katanya, kesempatan bagus.

"Lo doang."cibir Adit.

AFFRAY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang