Seperti janjinya tadi sore, malam ini Bara mampir ke rumah Syarlin. Kebetulan sekali mereka sedang makan malam. Tama mengajaknya untuk ikut makan malam bersamanya. Meski Bara sudah makan tadi dirumah, tapi ia tak enak hati jika menolaknya.
"Ayo diambil lauknya Bar, gak usah malu – malu."ucap Tama pada Bara.
Bara tersenyum kikuk, "Iya Om."balasnya.
"Atau mau di ambilin sama Alin?."tanya Tama.
"Wah boleh banget tuh."girang Bara.
"Ih Papa apaan sih, Bara kan masih punya tangan."sahut Syarlin.
"Tau, lebay banget lo."cibir Zidan pada Bara.
Zidan memang menginap dirumah Tama. Besok sore, lelaki itu sudah kembali terbang ke London.
Bara mendelik tak suka pada Zidan. "Diem lo dugong."
Bara menatap Syarlin dengan senyum yang menyebalkan, "Simulasi nanti jadi istri gue."
"Ya sekarang kan belum, ambil sendiri aja dulu."ujar Syarlin mengundang tawa bagi Zidan.
"Hahaha, mampus."ledak tawa Zidan menggelegar dimeja makan rumah Tama, lelaki itu sangat puas melihat jawaban Syarlin dan juga puas melihat wajah Bara yang mencebikkan bibirnya kesal.
Tama tersenyum melihat pertengkaran kecil yang mereka ciptakan. Setidaknya suasana rumah yang rame seperti ini tidak akan membuat Syarlin kesepian lagi.
"Sudah, habiskan makannya."kata Tama menyudahi pertengkaran kecil mereka.
***
Setelah selesai makan, Syarlin membawa piring kotor itu untuk dicucinya. Bara mengikuti Syarlin dari belakang, membantu gadis itu mencuci piring, sekalian modus. Hihi.
"Eh gak usah, lo tunggu diruang tengah aja sama Bang Idan."ujar Syarlin pada Bara.
"Gak, gue maunya sama lo aja."kata Bara.
Lelaki itu mengambil alih piring ditangan Syarlin, menuangkan sunlight ke spons cuci piring. Meremasnya hingga mengeluarkan busa dan Bara mulai mencuci piring,
"Gue yang cuci, lo yang bilas."ujar Bara pada Syarlin. Gadis itu hanya pasrah, mengikuti apa kata Bara.
Syarlin mulai membilas piring yang sudah diberi sabun oleh Bara tadi, lalu menyimpannya ke rak piring. Sampai dimana Syarlin memejamkan matanya sambil berteriak.
"Baraaaa."teriak Syarlin kesal, gadis itu memejamkan matanya.
Bagaimana tidak, Bara mengibaskan tangannya yang penuh dengan busa sampai beberapa busa itu menempel pada wajah dan rambut Syarlin.
Bara menoleh kesamping, bukannya langsung menolong, Bara malah menertawakannya. Lelaki itu tertawa geli, sangat gemas melihat Syarlin yang mengerucutkan bibirnya dengan wajah dan rambutnya yang penuh dengan beberapa busa. Imut sekali.
"Maaf – maaf."ujar Bara disela tawanya, lelaki itu membilas tangannya yang penuh busa, setelah bersih lelaki itu menghadap Syarlin.
"Gak usah ketawa."kesal Syarlin dengan bibir yang mengerucut.
Tawa Bara mereda, tangannya terulur mengusap busa dirambutnya. Lalu mengusap busa yang ada diwajah Syarlin dengan lembut.
Manik tajam Bara turun kearah bibir cherry Syarlin yang ada sedikit busa. Sedikit terpaku dengan bibir Syarlin yang merah merona membuat Bara sedikit tergoda. Ibu jari Bara mengusap lembut busa yang ada dibibir Syarlin bersamaan dengan wajahnya yang semakin dekat.
Tubuh Syarlin membeku. Otaknya tidak berfungsi, jantungnya semakin berdebar. Gadis itu benar - benar gugup sekarang. Lelaki bernama Bara Sadewa benar – benar membuatnya terhipnotis. Bahkan Syarlin memejamkan matanya saat hembusan napas Bara sudah menerpa kulitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFRAY (END)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [REVISI DIVERSI CETAK] Ini cerita Bara Sadewa Bramantha, Ketua geng BRITAL yang disegani seantero sekolah padahal Bara hanya manusia biasa sama seperti mereka. Dengan segala kerusuhan, kekonyolan, dan segala hal yang berbau...