13. MOODNYA HANCUR

8.3K 504 4
                                    

Selepas Bara bilang bahwa dirinya yang lebih indah dibanding lampu kota, lelaki itu langsung mengajak Syarlin pulang karena gemuruh petir mulai terdengar.

Sejujurnya, Syarlin ingin lebih lama lagi disana, menatap lampu kota juga taburan sang bintang yang indah. Namun, tanpa diundang angin malam semakin kencang juga awan hitam datang menutupi indahnya bintang juga bulan. Dan tak lama awan hitam itu menggumpal terdengar gemuruh petir yang menandakan sebentar lagi akan turunnya hujan.

Syarlin mendesah kecewa, meski begitu ia tetap mengikuti apa kata Bara untuk pulang dan menjanjikan akan mengajaknya lagi ketempat seperti ini.

Syarlin turun dari motor Bara ketika sudah sampai didepan rumahnya.

"Mau mampir dulu?."tanya Syarlin.

Bara menoleh, "Emang boleh?."

"Enggak."

"Terus kenapa nanya?."

"Pencitraan doang."

Bara terkekeh, gemas sekali dirinya melihat Syarlin. Lelaki itu menatap rumah Syarlin yang nampak sepi dan sunyi.

"Kok sepi. Orangtua lo ada?."

Gadis itu menghela napasnya sebentar sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya, "Gak ada."

"Kemana?."

"Kerja,"ujar Syarlin malas. "Ck, lagian lo kepo banget sih!."decak gadis itu lagi.

"Mau gue temenin?."

"Gak usah, nanti juga pulang. Gue udah biasa sendirian dirumah. Jadi sekarang lo bisa pulang."ujar Syarlin.

"Lo ngusir gue?."

"Bisa dibilang begitu."ucapnya santai. Tanpa ada rasa takut jika lelaki dihadapannya ini tersinggung.

Lelaki itu malah terkekeh, "Tiba - tiba gue haus. Lo ga ada niat buat nawarin minum dulu gitu?."

"Ck. Yaudah ayo masuk."decak Syarlin. Gadis itu kesal dan hanya bisa pasrah menghadapi Bara. Lelaki menyebalkan yang tidak pernah mau mengalah.

Bara memasukkan dan menyimpan motornya didepan garasi, lalu setelahnya duduk diteras. Syarlin menyerngit melihat Bara yang malah duduk diteras.

"Ngapain disitu? Ayo masuk."ajak Syarlin.

Lelaki itu menggeleng tersenyum, "Gue diluar aja. Nanti kalo didalem takut khilap."

Syarlin memutar bola matanya malas, "Di ruang tamu aja, diluar dingin."

"Kan lo bisa peluk gue."goda Bara.

Syrlin kembali berdecak, "Apaan sih!."

Bara terkekeh, "Gue diluar aja, Gak enak kalo masuk. Ini udah malem dan cuma ada kita berdua aja disini."

Syarlin mengangguk, tak urung juga hatinya menghangat. Syarlin tau lelaki ini sangat menghormati perempuan.

Syarlin masuk mengambilkan minuman untuk Bara. Setelahnya keluar, meletakan segelas air putih lalu ikut duduk bersama Bara tepat disampingnya.

"Gak ada yang berasa?."

"Udah dikasih, nawar lagi."

Bara kembali terkekeh, lelaki itu senang menggoda Syarlin juga senang membuat kesal, lalu tangannya terulur mengambil air putih yang dibawakan Syarlin untuk diminumnya.

"Kenapa gak mau pulang?."

Syarlin menoleh menatap manik Bara dengan senyum tipis, lalu gadis itu mendongak menatap langit. "Lampu kota kalau dipandang indah banget, tenang juga. Sama kaya gue lihat bintang sama bulan. Indah dan menenangkan. Gua suka aja lihatnya, apalagi kalo liat bintang yang paling terang...,"gadis dengan manik coklat itu tersenyum, tatapannya sendu. "..Gue ngerasa deket banget sama Mama."

AFFRAY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang