"Stop buat hati gue gak karuan, dasar manusia menyebalkan"-Syarlin Fredella.
***
Bara menghela napasnya kasar saat Syarlin meminta makan dulu sebelum pulang. Padahal ini sudah tengah malam. Bara tidak bisa menolak saat mata bulat milik Syarlin mengerlin meminta mohon agar lelaki itu mau, dan yap berhasil.
Saat ini mereka sedang berada di warung pecel ayam pinggir jalan. Syukurnya, warungnya masih buka.
"Monggo dimakan."ucap pedagang itu saat mengantarkan pesanan mereka berdua.
Syarlin mulai menyantap makanannya, sebelumnya ia sudah berdoa. Bara menatap Syarlin yang lahap sekali memakan.
Syarlin mendongak menatap Bara yang belum sekali menyentuh makanannya.
"Kenapa? Gak suka makan disini? Atau gak enak?."tanya Syarlin.
Bara menggeleng, "Terus?."tanya Syarlin lagi.
"Kenapa gak bungkus aja sih. Udah malem, lo juga harus istirahat."ujar Bara.
"Gue udah sembuh Bara. Lagian males kalau makan dirumah, keburu dingin gaenak."
"Kan bisa digoreng lagi."
"Rasanya beda."
Bara menghela napasnya, Syarlin harus banyak istirahat. Lelaki itu hanya khawatir. Entahlah, Bara sangat khawatir jika Syarlin kenapa - kenapa. Lelaki itu bahkan sangat ingin melindungi dan membuat Syarlin bahagia dengannya. Apa ia sudah benar - benar jatuh cinta?
"Kenapa sih? Kalau gak mau makan disini yaudah sana pulang. Gue bisa pulang sendiri."kesal Syarlin.
"Enggak. Lo harus gue anter pulang kerumah."
"Yaudah makan dulu. Mau gue suapin?."iseng Syarlin.
Syarlin mengutuk dirinya sendiri yang salah mengisengkan orang. Bara malah mengangguk semangat. Lelaki itu bahkan sudah membuka mulutnya lebar - lebar.
Syarlin berdecak kesal, "Makan sendiri ajalah. Punya tangan itu pergunain."
"Kalau ada tangan lo kenapa mesti tangan gue."
Oke, sifat menyebalkan Bara sudah keluar. Syarlin harus ekstrak sabar.
"Bara!."peringat Syarlin. Lelaki itu tertawa dan mulai menyantap makanannya.
***
"Beli goreng pisang di Amerika."celetuk Gerry berpantun.
"Cakeuuuup."
"Jauh - jauh ke Amerika. Di Warbeh ge ada."jawab Gerry nyeleneh.
"Bodo Ger bodo. Serah looo."kesal Darrel.
"Beli ik--."ucap Bara terpotong.
"Kalo bukan pantun, gak usah ngomong lo 'Bar."sela Darrel malas.
Bara menggeleng, "Gue beneran, suer," ujarnya sembari mengacungkan jarinya membentuk V. "Beli ikan cupang di Denpasar."lanjut Bara berpantun.
"Cakeuuuup."
"Eh, gua bilang apa tadi? Cupang yak? Yokk ah kita adu cupang."seru Bara keluar dari topik berpantunnya.
"Sudah ku duga. Tidak akan serius."ujar Darrel.
"Yooo lah, kapan? Gak sabar abang Rey mau ngecupang."seru Rey heboh. Lelaki itu berkata ambigu membuat para kutu kampret menatapnya dengan gelengan kepala.
'Cupang' dalam kamus Reymond Pahlevi itu beda guys. Titisan Playboy bin Fucekboy memang seperti itu. Otaknya sedikit konslet.
"Setan! Adu ikan cupang yak. Bukan anuan."geram Darrel. Lelaki itu kesal, pasalnya ruqyah yang diberikan kepada Rey itu tidak mempan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFRAY (END)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [REVISI DIVERSI CETAK] Ini cerita Bara Sadewa Bramantha, Ketua geng BRITAL yang disegani seantero sekolah padahal Bara hanya manusia biasa sama seperti mereka. Dengan segala kerusuhan, kekonyolan, dan segala hal yang berbau...