Jangan lupa tinggali jejak kalian disini yaa.
Aku bakal up lagi kalau rame. Kalau ga rame ya ditunggu sampe rame hehe.
Jadi siap spam komen buat ramaikan?
Bacanya hayati ya wkwk sambil dengerin lagu yang sedih.
HAPPY READING
***
Syarlin menghela napasnya, wajahnya sangat – sangat lah sedih. Bagaimana tidak, sore ini Zidan sudah kembali terbang ke London dan yang paling menyedihkan lagi adalah Tama yang mendapat meeting dadakan, permasalahannya adalah Tama meeting diluar kota selama tiga hari.
Dan besok adalah harinya Syarlin bahagia, merayakan momen kebersamaan bersama orang tersayang. Namun sebaliknya, Syarlin merayakan dengan kesepian. Jujur, Syarlin benar – benar sedih.
Sore ini, Syarlin menatap sedih Zidan dengan koper ditangannya. Siap akan terbang ke London lagi. Padahal Syarlin masih rindu.
"Bang Idan kok cepet banget baliknya. Alin gak suka ya."kesal Syarlin dengan bibir yang mengerucut.
Zidan terkekeh menatap sepupunya yang terlihat gemas jika sedang memasang wajah cemberut seperti itu, "Nanti kalo libur, Bang Idan terbang lagi kerumah Alin."
"Besok kan ulang tahun Alin, jahat banget malah pergi."ujar Syarlin sedih. Matanya mulai berkaca – kaca, siap meluncurkan buliran kristal bening.
"Ulu uluuuu, jangan sedih dong, nanti Bang Idan Vidcall kalo mau tiup lilin. Kalo abang liburan kesini lagi, abang bawain kado yang super duper limited edition."
Bukan senang akan diberi kado yang limited edition, Syarlin malah terisak. Bukan kado yang ia mau, berdiri disamping Syarlin di hari bahagianya saja itu udah cukup untuk kadonya.
Zidan memeluk Syarlin yang terisak, mengusap rambut dan punggungnya dengan lembut. Tidak tega untuk meninggalkannya. Tapi ia punya kewajiban yang harus diselesaikan.
"Kenapa gak bolos aja si kuliahnya."kata Syarlin.
"Heh, kalo ngomong. Mau nya si gitu, tapi ya gimana ya."balas Zidan.
"Memangnya kamu Alin, bolos terus sekolahnya."sindir Tama pada putri tunggalnya, membuat Syarlin berdecak sebal.
Syarlin mengeratkan pelukannya pada Zidan, seakan tak mau jika lelaki itu pergi. Zidan membalas peluka Syarlin tak kalah erat. Sampai Zidan menguraikan pelukannya, mengecup pucuk kepala Syarlin dengan sayang.
"Bang Idan pergi dulu ya. Jaga diri kamu baik – baik."ujar Zidan pada Syarlin.
Zidan menghampiri Tama, menyalimi punggung tangan pamannya. "Zidan pamit Om."pamit Zidan pada Tama.
Tama mengangguk, "Hati – hati, kabarin kalau sudah sampai."
Zidan mengangguk, tangan kirinya menyeret kopernya, sebelum ia melangkah pergi, Zidan menyempatkan mengusap surai rambut Syarlin.
Syarlin mengusap air matanya, menatap sedih Zidan yang mulai menghilang dari lautan punggung manusia.
Tama mengusap bahu Syarlin, berusaha menenangkan putri tunggalnya. Tama juga merasa bersalah, sudah pergi dihari bahagia putrinya. Pekerjaannya tidak bisa diundur, dan tak bisa diwakilkan. Dengan berat hati, Tama harus meninggalkan Syarlin dihari ulang tahunnya.
"Ayo pulang."ajak Tama pada Syarlin.
Syarlin menatap Tama dengan kesal, "Sana pulang sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFRAY (END)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [REVISI DIVERSI CETAK] Ini cerita Bara Sadewa Bramantha, Ketua geng BRITAL yang disegani seantero sekolah padahal Bara hanya manusia biasa sama seperti mereka. Dengan segala kerusuhan, kekonyolan, dan segala hal yang berbau...