Tidak ada salahnya ia bersekolah di SMA Cendrawasih. Mereka begitu ramah, meski ada sedikit yang tidak suka akan kehadirannya. Tapi ini lebih baik dari SMA sebelumnya.
Pertemanan disini cukup baik dibanding SMA nya dulu. Belum satu hari Syarlin bersekolah di SMA Cendrawasih, gadis itu sudah memiliki banyak teman. Seolah gadis itu sudah sejak lama bersekolah disini. Namun, gadis itu tidak tahu, mereka berteman dengan tulus atau hanya ingin dilihat oleh geng inti Brital karena ucapan Bara yang katanya Syarlin adalah jodohnya kini sudah meluas begitu saja keseluruh penjuru sekolah.
Seterkenal itu kah Bara?
"Ky kantin yu Sese laper."ajak Sheira saat bel istirahat terdengar.
Kyra merapikan bukunya, lalu menoleh kebelakang. "Lin ayo ke kantin."
Syarlin mendongak, "Gue masih nyatet, gak banyak sih. Tapi kalo udah laper banget duluan aja."ujar Syarlin.
"Kita tunggu aja."kata Sheira.
"Eh gak usah. Takut lama."tolak Syarlin halus.
"Santai aja Lin sama kita,"ujar Kyra "Lagian emang lo tau kantin dimana?."tanya Kyra lagi.
Syarlin menggelengkan kepalanya sembari memperlihatkan deretan giginya yang rapi, "Enggak."kekehnya.
"Yaudah lo selesain aja catetannya dulu."
Syarlin mengangguk, kemudian kembali mencatat apa yang tertinggal. Dengan cepat, tidak mau mereka menunggu lama.
Syarlin merapikan bukunya ketika catatannya sudah selesai. "Ayo."
Kyra, Sheira juga Syarlin berjalan dikoridor melewati lapangan utama. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Mungkin lebih ke Syarlin, karena gadis itu murid baru disini. Banyak kaum adam yang menyorot Syarlin dengan tatapan memuja, pun ada sebaliknya ada sebagian kaum hawa yang menyorotnya tidak suka. Mungkin karena kecantikannya. Entahlah.
"WOY YANG NAMANYA SYARLIN PERKEDEL, RAMBUTNYA SEBAHU. DAPET SALAM DARI BARA GANTENG. I LOP YU KATANYA."
Syarlin menoleh kearah lapangan saat mendengar suara teriakan. Disana, manusia menyebalkan dengan tampang so tampannya sedang melambaikan tangan ke arahnya. Lelaki itu benar - benar membuat Syarlin malu.
***
"Astagfirullah."ucap Bara kaget dengan dibarengi suara lengkingan milik Bu Milah.
"BARA SADEWAAAAA..."
Tak lama suara ledak tawa anak IPS 3 terdengar. Bagaimana tidak lucu, niat awal Bara akan memasukan ember yang dipegangnya ke kepala Gerry saat lelaki itu masuk kedalam kelas. Namun yang masuk kedalam kelas duluan adalah Bu Milah yang tanpa tahu kalau Bara pikir itu adalah Gerry. Bara kaget bukan main, tapi tak urung lelaki itu tertawa.
Gerry masuk kedalam kelas saat mendengar suara ricuh, lelaki itu tertawa saat melihat kepala Bu Milah tertutup ember. Lelaki itu melihat sang pelaku yang malah tertawa karena salah target.
Dengan napas yang memburu juga amarah yang tertahan. Bu Milah mengangkat ember dari kepalanya dengan pelan. Takut - takut merusak konde yang dia pasang 1 jam lamanya.
Bara memasang wajah cengengesan saat manik tajam bak elang milik Bu Milah menatap matanya. Lelaki itu mengangkat dua jarinya membentuk V, bermaksud agar berdamai.
Seolah tahu apa yang terjadi selanjutnya, lelaki itu berucap, "Lari lapangan 15 putaran sekarang juga." Lelaki itu langsung menarik kerah Gerry, bermaksud untuk ikut dengannya. Karena ini juga bukan sepenuhnya salah Bara. Kalau saja Gerry masuk sebelum Bu Milah mungkin tidak akan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFRAY (END)
Подростковая литература[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [REVISI DIVERSI CETAK] Ini cerita Bara Sadewa Bramantha, Ketua geng BRITAL yang disegani seantero sekolah padahal Bara hanya manusia biasa sama seperti mereka. Dengan segala kerusuhan, kekonyolan, dan segala hal yang berbau...