"Sudah dibilang jangan marah - marah terus, nanti makin sayang"-Bara Sadewa.
***
Bughhh
Bughhh
Bughhh
Perkelahian tidak dapat dihentikan sebelum ada yang kalah. Seragam putih mereka sudah tidak semulus tadi pagi, banyak sekali noda merah. Brital Sudah ada yang tumbang, namun tidak sebanyak Rethor
Meski Brital datang dengan tangan kosong, tidak akan Bara biarkan untuk kalah. Brital selalu menang dalam perkelahian.
Bara menghindar saat balok kayu melayang ke arahnya. Lalu balas menendang pinggang lawan hingga tersungkur. Bara menjulurkan lidahnya ke arah lawan yang melayangkan balok tadi, "Wlee gak kena."ledeknya.
Kemudian Bara memukul lawannya dengan membabi buta. Tenang Bara tidak akan menghabisinya sekarang. Ia akan buat lawannya sekarat.
Keadaan semakin tidak terkendali, apalagi saat suara sirine terdengar mendekat. Semua berhamburan menyelamatkan dirinya masing - masing.
Bara berdecak, "Siapa yang telpon polisi sih ganggu orang lagi olah raga aja."batin Bara.
Sebelum kabur, Bara melayangkan pukulannya tepat di ulu hati lawannya dengan kuat. Membuat Kenan yang menjadi lawan Bara terbatuk dengan mengeluarkan darah.
Bara meringis melihat tampilan lawannya yang sudah tidak berdaya, "Jelek banget sumpah lo Kenan. Gue saranin operasi plastik."ujarnya terkekeh meski tak direspon Kenan.
Bara melihat sekeliling, matanya terpaku pada gadis berambut sebahu. Sebelum menghampiri Bara berteriak pada anggota lawannya, "Woy Sanun. Bawa nih Ketua lo."
Bara menyerngit heran kenapa gadis itu tidak lari dan malah berdiam diri seperti patung. Suara sirine polisi semakin mendekat. Bara berlari menghampiri gadis itu dan menarik tangannya untuk segera pergi dari tempat ini.
"Eh lo-."
"Pending dulu marahnya, ini lagi darurat."sela Bara sambil terus berlari.
Bara terus menariknya, berlari memasuki gang yang sepi. "Eh lo yang nabrak gue di kafe itu kan. Ngapain bawa gue ketempat sepi. Jangan macem - macem lo ya."teriak Syarlin sambil terus berlari. Berusaha menyamakan langkah panjang milik Bara.
Yap, gadis yang menabrak Bara tempo hari di kafe dan malah dia yang marah adalah Syarlin Fredella.
Bara terkekeh, "Bisa diketawain temen gue kalo macem - macemin lo di gang sepi gini. Minimal dihotel lah," Membuat Syarlin melotot, "Bejanda elah. Serius amat."sambung Bara sambil terkekeh.
Bara memelankan larinya dibelokan pertigaan saat mendengar napas gadis itu terengah.
Kemudian Bara mengajak Syarlin beristirahat didepan indoapril. Syarlin duduk di kursi yang sudah disediakan indoapril, mengatur napasnya yang memburu. Syarlin menyandarkan tubuhnya, memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak. Tidak berlangsung lama matanya terbuka kembali saat hawa dingin menyentuh pipinya.
Syarlin menoleh pada cowo dengan dasi yang di ikat dikepalanya sambil menyodorkan minuman rasa padanya.
Syarlin menghiraukannya. "Tenang enggak gue rancunin kok. Ambil, anggap aja sebagai maaf karena udah ngajak lo lari marathon."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFRAY (END)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [REVISI DIVERSI CETAK] Ini cerita Bara Sadewa Bramantha, Ketua geng BRITAL yang disegani seantero sekolah padahal Bara hanya manusia biasa sama seperti mereka. Dengan segala kerusuhan, kekonyolan, dan segala hal yang berbau...