"Terima kasih. Setidaknya, dirimu hadir untuk mengganti sepi"- Syarlin Fredella.
***
Gadis dengan rambut sebahu itu menguncir rambutnya menyisakan beberapa helai anak rambut yang tak terikat, membuat gadis itu terlihat manis. Apalagi hari ini moodnya sedang naik, Tama akan menghabiskan weekend bersamanya. Ini momen yang paling ditunggu Syarlin.
Gadis itu sangat senang bukan main saat Papanya membangunkannya dan mengajaknya untuk berolahraga sekaligus mencari sarapan bersama.
Namun, sepertinya Syarlin tidak dibiarkan untuk merasakan momen kebersamaan lahi. Karena gadia itu harus melakukan kegiatan apapun sendirian. Senyum yang sedari tadi mengembang, menghiasi wajah manisnya, mendadak luntur saat mendapat pesan bahwa Papanya ada tugas dadakan dan harus kembali kekantor secepatnya.
Syarlin menatap nanar pesan yang Tama kirimkan, tentu hatinya kecewa. Padahal Tama sendiri yang mengajak Syarlin.
Nyatanya, setelah keluar dari kamar. Suasana rumah kembali nampak sunyi, seperti tak ada tanda - tanda kehidupan. Lagi - lagi Syarlin harus sendiri dan sepi yang selalu menemaninya.
Jujur, gadis itu benar - benar rindu Papanya. Gadis itu juga ingin menghabiskan hari weekendnya bareng keluarga. Yang dipunya gadis itu hanya Papanya, dan pria paruh baya itu harus pergi demi pekerjaannya.
Syarlin mengusap air matanya yang tiba - tiba mengalir. Menertawakan kehidupannya yang begitu menyedihkan. Kemudian Syarlin berjalan keluar, mengunci pintunya rumahnya juga gerbangnya. Ia sudah terlanjur memakai baju olah raga. Lebih baik ia berolah raga sendiri saja.
***
Cuaca hari ini sangat cerah, langit membiru diatas sana, mentari bersinar begitu terik. Setidaknya ada hembusan angin yang mendinginkan semesta yang cukup panas. Syarlin memelankan langkah kakinya, tangannya terulur mengusap keringat yang ada dipelipisnya. Ia berjalan ke arah warung untuk membeli sebotol air untuk membasahi tenggirokannya yang terasa kering.
Setelah membeli air, gadis itu berjalan santai ditaman komplek. Banyak orang berlalu lalang sedang menikmati weekend nya bersama teman, saudara ataupun keluarga. Syarlin menatap sendu orang disekitar. Mereka bisa menikmati waktu bersama yang tak bisa Syarlin nikmati.
Syarlin duduk di kursi taman dengan kepala tertunduk, sial saat ini dirinya benar benar merindukan keluarganya. Ternyata dengan ia memilih untuk melanjutkan olah raga bukan menghilangkan hatinya yang sedang sedih, nyatanya malah bertambah sedih.
Kepalanya mendongak saat air minum digenggamannya dirampas begitu saja. Gadis itu berdecak saat tau siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan orang yang sering membuatnya kesal.
Tentu, Bara Sadewa pelakunya. Lelaki itu tengah meneguk habis air milik Syarlin tanpa rasa bersalah.
"Lo gak punya duit buat beli minum?."sinis Syarlin. Gadis itu benar benar kesal pada lelaki dihadapannya ini.
"Kalo ada air punya lo, ngapain harus beli."ujarnya santai lalu duduk disebelah gadis itu sambil mengelap keringatnya.
"Ngapain duduk disini? Sana jauh - jauh."usir Syarlin.
"Nggak ah, ntar lo kangen."
Syarlin berdecih, gadis itu berdiri meninggalkan Bara yang masih mengelap keringatnya.
Bara menatap kepergian Syarlin, lelaki itu bangkit lalu mengejarnya, "Mau kemana?."
"Bukan urusan lo."
Lelaki itu terkekeh, "Sumpah lo cantik bangat kalo jutek begini."
"Gue emang cantik."
"Iya, sampe bikin gue suka."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFRAY (END)
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [REVISI DIVERSI CETAK] Ini cerita Bara Sadewa Bramantha, Ketua geng BRITAL yang disegani seantero sekolah padahal Bara hanya manusia biasa sama seperti mereka. Dengan segala kerusuhan, kekonyolan, dan segala hal yang berbau...