"Den bangun den udah siang."
Ini udah ke 25 kalinya bi Iyem membangunkan anak majikannya. Hasilnya masih sama. Bara tidak bangun - bangun. Lelaki itu hanya bergumam tidak jelas meminta waktu 5 menit lagi untuk tidur. Tapi ini sudah setengah jam dan melebihi waktu 5 menit yang dimintanya.
"Den Bara bangun. Ayo kita goyang Mama Muda. Kemarin lagi bibi sibuk beresin rumah Aden ngajakin tik tokan."
"Den bangun nanti bibi ajarin goyang Mama Muda yang paling gacor den."
Bi Iyem mendesah sabar. Memang membutuhkan ekstra sabar untuk membangunkan anak majikannya. Wanita tua itu tersenyum sembari mengerlingkan matanya seolah baru mendapat ide cemerlang.
"Den ada neng Alin datang."
Ajibbbbbbbbb. Bara langsung terbangun dari tidurnya, lelaki itu langsung mengambil handuk dan melakukan ritual mandinya, takut - takut Syarlin melihat dirinya saat bangun tidur seperti orang gila. Bisa hilang ketampanannya. Saking ingin bertemu dengan Syarlin, lelaki itu melupakan bi Iyem yang sedang tertawa cekikikan.
Bi Iyem memang tau Alin. Kemarin anak majikannya membawanya kerumah mengenalkannya sebagai jodoh. Bi Iyem hanya tersenyum menggoda.
Setelah selesai, Bara turun lalu menghampiri meja makan yang sudah ada Ayah dan Adiknya.
Bundanya sedang membantu Bi Iyem menyiapkan sarapan.
"Bi, mana Alin?."teriak Bara sembari memperhatikan sekitar, mencari orang yang membuatnya langsung terbangun dari tidurnya.
Bi Iyem hanya tertawa geli. "TAPI BOONG."
Bara berdecak kesal. Bisa - bisanya ia dibohongi oleh bi Iyem. Awas saja, Bara akan membalasnya. Lihat saja nanti.
Sedangkan Anin hanya tersenyum. "Cepat sarapan, nanti telat."
"Giliran ada Alin aja langsung bangun. Dasar darah muda."cibir Bram.
"Sirik aja darah tua."balas Bara membuat Bram Ayahnya tertawa.
Anin sudah menyiapkan sarapan untuk masing - masing. Memang dasarnya Bara yang ingin main. Bara mengambil roti yang ada ditangan Gara membuat Gara mendelik tajam.
"Balikin roti Gara."
Bara mengunyah roti milik Gara yang sudah berada didalam mulutnya. "Yah udah abis."melas Bara. Kemudian lelaki itu dengan cepat mengambil roti miliknya sebelum Gara mengambilnya.
Gara berteriak kesal melihat wajah menyebalkan Abangnya.
"ABANG NGESELIN. UDAH PUNYA ROTI TAPI MASIH AMBIL PUNYA GARA. DASAR SERAKAH."teriak bocah kecil itu dengan kesal.
Bara hanya tertawa mengejek, "BODO AMAT YANG PENTING GUE KENYANG."
Gara turun dari kursi lalu berlari mengejar Bara berusaha mengambil roti yang ada ditangan abangnya.
Bara berlari menghindar, memutar meja sampai bocah kecil itu berhenti karena lelah.
"Lemah."sindir Bara pada adiknya.
Gara tidak terima ia berteriak kesal, "DASAR ABANG JAHANAM."
Gara hendak kembali mengejar. Tetapi Bara sudah lebih dulu ngacir keluar rumah, "AYAH, BUNDA, BI IYEM, BARA GANTENG PERGI DULU. ASSALAMU'ALAIKUM."
***
"Ra. Cepetan, lama banget sih cuma ganti baju!."
Nara berdecak kesal. "Sabar dong, gue rapi - rapi dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFRAY (END)
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [REVISI DIVERSI CETAK] Ini cerita Bara Sadewa Bramantha, Ketua geng BRITAL yang disegani seantero sekolah padahal Bara hanya manusia biasa sama seperti mereka. Dengan segala kerusuhan, kekonyolan, dan segala hal yang berbau...