15

94 15 7
                                    

Setelah beberapa menit bahkan sudah berganti penampilan ekskul Dimas tidak berkomentar apa apa, Naya berkata "kok lu diem aja Mas? Jangan jangan lu tau ya, siapa cowok itu? Cowok yang dimaksud Lusi?"

"Ya enggalah. Gua mana kenal sama cowok yang dimaksud Lusi." Dimas mengelak

Dimas membenarkan posisi duduknya menetralkan gugupnya "gua cuma gugup aja."

"Tiba tiba ngerasain nervous mau tanding," Dimas mencoba mengalihkan pembicaraan tentang Lusi. Lagipula apa yang dibicarakan Dimas tidak sepenuhnya bohong. Dimas benar benar mulai gugup untuk bertanding

"Pokoknya lu fokus aja tandingnya. Gausah malu diliatin banyak orang. Lu pasti bisa Mas. Semangat!" Naya tersenyum memberikan semangat untuk Dimas bertanding.

"Duh, gua kok malah lebih nervous diliatin lu ya Nay?" Dimas tertawa membuat Naya ikut tertawa.

"Terus gua harus gimana? Merem? Ya udah nih gua merem." Naya memejamkan matanya

Dimas mengubah posisi duduknya, dari disamping Naya lalu berpindah menjadi di hadapan Naya, membuat Gilvan yang disamping Naya kebingungan karna tiba tiba Dimas sudah di hadapan Naya menatap Naya, bahkan orang orang yang dibarisan mereka ikut kebingungan melihat Dimas yang duduk di hadapan Naya tiba tiba.

Baru beberapa detik Naya memejamkan matanya, Dimas sudah berada di hadapannya membuat Naya memundurkan kepalanya kaget. Padahal niat Naya memejamkan matanya karna ingin meledek Dimas. Tapi kini Dimas di hadapannya, bertopang dagu lalu tersenyum

"Ngapain sih lu Mas?" Naya mendorong wajah Dimas pelan

"Sekarang lu yang nervous ya Nay diliatin sama gua?"

Naya menutup sebagian wajahnya dengan jarinya "cepet pindah Dimas, gua malu diliatin banyak orang."

Dimas memajukan bibirnya memasang ekspresi ngambek "gamau." Dimas melipat tangannya

Dimas minta ditampol memang.

Naya ingin bicara, sebelum akhirnya Gilvan berkata "tampol aja Nay, tampol."

"Ini gua mau tampol van," kata Naya menunjukkan tangannya yang sudah dikepal.

"Pindah ga Mas? Atau gua yang pindah?"

"Lu kalo salting gitu lucu Nay, gemes gua." Dimas mencubit pipi Naya membuat mereka menjadi tontonan orang orang disekitar barisan depan

Naya berusaha melepas tangan Dimas dari pipinya "Dimas udah ihhhhh."

Dimas melepaskan cubitannya dari pipi Naya."iya iya gua pindah."

Saat Dimas ingin bangun dari duduknya, ia ingat sesuatu lalu terduduk lagi di depan Naya.

"Oh iya, gua lupa." Dimas membuka tas serut yang ia gendong daritadi, mengambil plastik berisi Cemilan dan minuman. "Nih, nunggu tournament ini selesai pasti lama. Jadi kalo lu bosen sambil ngemil aja ya Nay." Dimas menaruh plastik itu di pangkuan Naya.

Naya menatap Dimas. Bahkan dalam keadaan seperti ini, Dimas tetap memikirkan Naya.

"Lu gausah repot repot gini Mas harusnya." Kata Naya mengembalikan plastik itu ke pangkuan Dimas

"Ga repot. Nih, buat lu." Dimas menaruh lagi plastik itu ke pangkuan Naya. Naya ingin mengembalikannya lagi, buru buru Dimas menahan tangan Naya, lalu menggelengkan kepalanya mengisyaratkan Dimas tidak mau pemberiannya dikembalikan

"Buat gua mana Mas?" Celetuk Gilvan yang dari tadi memperhatikan Naya dan Dimas

"Buat lu?" Dimas tampak berpikir lalu membuka tas serutnya lagi, mengambil sesuatu lalu memberikannya pada Gilvan

"Apa apaan ini, masa cuma ngasih struknya aja," protes Gilvan melempar struk cemilan dan Minuman ke Dimas

Dimas melempar kembali struk itu "Heh, itu gua kasih supaya lu ga bingung lagi kalo misal cewek lu minta dibeliin cemilan. Itu cemilan yang gua beli, recomended banget deh buat balikin mood cewek." Dimas tampak berpikir "eh tapi lu kan ga punya cewek ya Van?"

Gilvan melempar lagi struk itu kepada Dimas "sombong amat yang hubungannya cuma digantung."

"Bacott banget lu ma--"

"Udah udah dongg. Kita mulai diliatin banyak orang nih." Lerai Naya membuat Dimas dan Gilvan melihat sekitar dan benar saja banyak orang yang mulai memperhatikan mereka.

"Yaudah ah, gua balik ke anak futsal yaa. Mau siap siap tanding, kayaknya bentar lagi, tournamentnya mulai." Dimas berdiri "Gua titip Naya ya Van. Jangan sampe lecet, apalagi sampe hilang."

"Motor kali ah lecet." Celetuk Gilvan

"Yo van gua tinggal dulu. Dah Nayy" Dimas ingin beranjak pergi sebelum Naya berkata "semangat Dimas! Lu pasti bisa!!!"

Dimas tersenyum, lalu membungkuk mengusap kepala Naya pelan kemudian beranjak pergi meninggalkan Naya dan Gilvan.

"Lu ga ada niatan bales cintanya Dimas Nay?" Tanya Gilvan setelah melihat Dimas yang sudah mulai menjauh.

Naya menghela nafasnya, "gua gatau harus gimana. Gua--"

"Seengaknya, lu harus kasih kepastian Nay. Kalo lu emang ga ada rasa sama Dimas, lu harus minta buat Dimas berhenti. Berhenti dari segala upaya untuk jadi yang terbaik buat lu."
"Kalo lu emang ga ada perasaan sama Dimas, biarin dia pergi Nay. Jangan kasih jawaban yang bikin Dimas bingung, dan harus nunggu lu. Lu harus buat keputusan. Nerima Dimas, atau melepaskan."

Deg. Naya tidak mampu berkata lagi. Ucapan Gilvan seakan menusuk hatinya.

"Dibalik bucinnya Dimas ke elu, dia cuma seseorang yang rapuh Nay. Yang berusaha ngobatin lukanya."

Naya menatap Dimas di seberang sana yang sedang bercengkrama dengan tim futsalnya.

Tiba tiba Mata Naya memanas rasanya air matanya ingin mengalir dengan deras.

Seandainya Naya tidak sedalam ini menaruh perasaan dengan Bayu, mencintai Dimas tidak akan pernah sesulit ini.

Gilvan hanya tidak tau, Naya juga terluka. Terluka karna menunggu Bayu yang bahkan tidak tau Naya menyimpan perasaan untuknya.

Naya dan Dimas butuh penyembuh atas lukanya. Dan obatnya; adalah orang yang mereka cintai.

--------

Tournament hari ini telah usai. Tim Angkasa berhasil masuk ke babak semifinal minggu depan, berkat kerjasama Dimas dan timnya.

"Congratulation Dimas!!!" Seru Naya memberikan selamat di salah satu ruang kelas yang kini menjadi basecame tim futsal.

Dimas tersenyum "Mau peluk gua ga?" Dimas merentangkan tangannya

Buru buru Naya mendorong Gilvan disebelahnya membuat Gilvan tertubruk dengan Dimas

"Peluk Gilvan aja tuh." Kata Naya lalu tertawa melihat Gilvan dan Dimas memasang ekspresi jiji.

"Nanti kalo gua yang dipeluk sama orang lain, lu galau Nay." Kata Dimas

"Emang siapa yang mau meluk lu, hah? Tanya Naya melipat tangannya di dada

"Kenapa? Lu mulai cemburu?"

-------

Terimakasih yang masih menyempatkan waktunya untuk membaca cerita nadi:)

Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang