Naya menarik tangannya dari dekapan Dimas perlahan, tidak ingin membangunkan Dimas yang sedang tertidur. Tepat saat Naya berhasil mengambil tangannya, kepala Gilvan menyembul dibalik pintu.
"Nay, makan dulu, yuk?!" Ajak Gilvan dengan suara pelan, melihat Dimas yang sedang tertidur.
Naya menatap Gilvan dan mengangguk. Pelan pelan, Naya keluar dari kamar Dimas dan mengikuti langkah Gilvan yang sedang menuju meja makan.
Gilvan menyiapkan piring dan gelas. Dari gerak geriknya, sepertinya Gilvan sudah hapal tempat letak piring dan gelas yang diletakan di dapur Dimas.
Naya duduk di salah satu kursi meja makan, tak lama Gilvan duduk di depan Naya sambil menyodorkan piring yang diatasnya berisi bungkusan nasi padang.
"Beli dimana lu, nasi padangnya? Cepet amat nyampenya," kata Naya berbasa-basi sambil membuka bungkusan nasi padang yang terbungkus rapih dengan karet.
"Gua beli di depan komplek sini," Kata Gilvan sebelum memasukan sendok yang berisi makanan ke mulutnya.
Naya mengangguk, lalu mulai menyantap makanannya.
"Oh iya, gimana, lu udah nyiapin sesuatu kan?" tanya Gilvan
"Nyiapin sesuatu?" Naya tampak berpikir "sesuatu apaan?"
"Jangan bilang lu lupa?"
Naya mencoba mengingat-ingat. "Lupa apaan sih, Van?!"
"Besok Dimas ulang tahun kan?!"
Naya membulatkan matanya. Benar kata Gilvan. Besok hari ulang tahun Dimas.
Naya menepuk dahinya pelan. Bagaimana bisa ia lupa ulang tahun Dimas?! Padahal Dimas selalu ingat ulang tahun Naya.
Naya mengambil ponselnya dan melihat tanggalan, memastikan bahwa besok adalah benar hari ulang tahun Dimas. Dan ternyata, Besok memang benar hari ulang tahun Dimas.
"Kok gua bisa lupa sih?!" ucap Naya pada dirinya sendiri.
"Terus gimana? Lu mau ada rencana ngasih sesuatu ke Dimas?" tanya Gilvan membuat Naya tampak berpikir.
"Gua kayaknya mau--" ucapan Naya terpotong karena tiba tiba Dimas datang dan duduk disamping Naya.
"Ngobrolin apa sih kalian?" tanya Dimas setelah Dimas duduk disamping Naya.
Naya dan Gilvan saling bertatapan. Bukankah Dimas tadi sedang tidur dikamar dalam keadaan pusing? Lalu kenapa bisa Dimas sekarang berada disini? Padahal tadi untuk berjalan saja Dimas butuh bantuan karena pusingnya. Lalu apakah Dimas mendengar percakapan Naya dan Gilvan daritadi?
"Lu kok disini Mas? Bukanya tadi pusing?" tanya Naya memasang raut bingung.
"Iya, tapi kan pusingnya tadi. Sekarang udah mendingan," jawab Dimas
Naya menempelkan punggung tangannya di dahi Dimas. Memeriksa suhu tubuh Dimas yang kini tidak sepanas tadi. Bahkan sekarang, jauh lebih baik.
"Lu belum minum obat kan Mas? Kok bisa turun demam lu sama pusing lu," Kata Naya masih bingung
"Gua belum minum obat. Gua pikir, gua sakit butuh obat, ternyata gua sakit butuhnya elu Nay," ucap Dimas
"Emang kalo udah bucin, obatnya emang cinta ya. Waww, waww the power of Nayanika," Gilvan memberi tepuk tangan
"Ck, lu beneran udah mendingan Mas?!" Naya masih memastikan karna bingung dengan Dimas yang tiba tiba sudah terlihat sehat.
"Gua curiga Nay, yang di samping lu ini, arwahnya Dimas. Jasad Dimas masih di dalem kamar." Kata Gilvan membuat Dimas menjitak kepala Gilvan
"Heh, gua masih hidup! Nih liat, gua masih napak woi!" Dimas berdiri dan menunjukkan bahwa dirinya benar benar menapak di bumi.
"Ya abisnya, lu tiba tiba sehat gini. Tadi kan, lu masih keliatan lemes gitu, Mas," Kata Gilvan membuat Naya mengangguk setuju.
"Ngga tau, kayaknya tangan Naya bener bener ngalirin energi positif deh, jadi gua langsung enakan aja gitu."
"Terus aja mas, gombalin gua," Kata Naya memutar bola matanya malas.
"Ya nanti, gua gombalin cewek lain, lu cemburu Nay," Kata Dimas membuat Naya berdecih
"Jangan jangan, lu pura-pura sakit ya, Mas?" Gilvan berasumsi.
"Heh, ngga ada untungnya juga gua pura pura sakit."
"Eh ada deh, Naya kan jadi ngerawat gua," Kata Dimas lagi menaikan alisnya, menggoda Naya.
"Yaudah, karna lu udah sembuh, gua pamit pulang ya," pamit Naya mulai berdiri dari duduknya.
"Loh? Kok buru buru?" tanya Dimas
"Iya, gua sebenernya ada kerja kelompok. Makanya, abis ini gua mau langsung ke rumah temen gua," kata Naya mencari alasan agar Naya bisa membeli sesuatu untuk hadiah Dimas.
"Gua anter ya?" tawar Dimas membuat Naya langsung menggeleng
"Ngga usah Mas, biar gua yang anter Naya aja. Lu kan belum sembuh banget, daripada lu abis nganter Naya terus lu drop lagi kan?" Kata Gilvan membuat Dimas setuju.
Sepertinya Gilvan tau Naya berbohong, makanya Gilvan membantu Naya untuk segera keluar dari rumah Dimas.
"Gua nganter Naya dulu ya Mas," pamit Gilvan membuat Dimas mengangguk.
"Dah Mas," Naya melambaikan tangannya dan berlalu pergi bersama Gilvan meninggalkan Dimas.
------
Kira-kira kado apa ya, yang mau dibeli Naya?😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]
Teen Fiction"Kalo Nadi gua putus, gua mati Nay. Kalo kita putus, hati gua juga mati." "Emang kita pernah jadian?" "Oiya. Gua lupa." "Tapi kalo gua ga bisa buat lu luluh, Hati gua udah terlanjur lumpuh. Ga bisa bergerak, buat nyari tempat pulang. Bagi gua, lu ru...