1

284 25 0
                                    

"DIMASSSSS!!!!!!!!" Naya berteriak di sepanjang koridor sekolah. Mengejar Dimas, yang sudah lari duluan membawa sepatu Naya. Semua pasang mata yang berdiri di koridor sekolah, menatap Naya dengan raut bingung. Tapi naya tidak perduli, Dimas benar benar membuatnya kesal bukan main.

"Balikin ga sepatu gua?!" Pinta Naya setelah Dimas menghentikan langkahnya.

"Balikin dulu hati gua yang udah lu ambil."

"Mas.. Gua serius ya!!!"

"Oh Lu udah serius? Sama Nay.. Gua juga udah serius. Yukk ke pelaminan"

'PLAKKKKK' Naya menapar Dimas di pipinya. Kesal dengan ucapan Dimas yang kadang kadang membuatnya geram.

Dimas memasang Raut Bingung
"Kok ga sakit ya Nay?"
"Gua mah sakitnya kalo lu pergi ninggalin gua Nay.."

Sekarang, giliran Naya yang memasang Raut bingung. Padahal Dimas sudah ditampar, namun kelakuannya malah makin menjadi.

"Perlu berobat lu gua rasa Mas."

"Ngapain berobat? Kan lu penyembuh dari segala sakit."

"Terserahhh luuuuu"
"Sini sepatu gua!!!"

"Kejar gua dulu Nay.. Sesekali lu yang ngejar gua, masa gua mulu yang ngejar lu." Dimas lari, meninggalkan Naya yang mematung.

---

Setelah sudah susah payah Naya mengejar Dimas, Akhirnya Dimas mengembalikan sepatu Naya.

"Nih sepatu lu Nay" kata Dimas menyodorkan sepatu Naya.

"Daritadi kek lu ngasihnya. capek gua teriak teriak sambil ngejar lu" Naya mengambil sepatunya dari tangan Dimas dengan kesal. Lalu, Naya duduk di lantai.

"Sama gua juga capek. Capek ngejar ngejar lu yang ga pernah mau buka hati lu buat gua." Dimas ikut duduk di samping Naya

"Bisa galau lu ya Mas?"

"Gua serius Nay."
"Nay, gua emang suka bercanda, tapi soal rasa ke lu, gua serius Nay"
"Gua tau, bukannya lu ga bisa buka hati buat gua, tapi lu yang ga pernah coba ngasih kesempatan buat gua di hati lu."

Naya terdiam. Raut wajahnya berusaha untuk terlihat baik baik saja.

Sudah 2 tahun, Dengan sifat yang kadang segila apapun Dimas, Dimas tetap menunggu Naya.

"Lu ga perlu jawab sekarang Nay. Karna kalo saat ini lu jawab, lu bakal nolak gua lagi kan?"
"Nay, kalo nanti lu udah bosen gua ganggu, bilang ya. Biar gua bener bener pergi dan berhenti untuk nunggu lu lagi."
"Gua bukannya mau nyerah Nay, tapi...."

Dimas menghela nafasnya, entah kenapa hatinya mendadak sakit. Dimas tau ia tidak bisa memaksakan perihal perasaan Naya. tapi ia tidak bisa pergi meninggalkan Naya. Ia tetap akan menunggu Naya. Meski nanti, Naya tidak memilihnya, tidak apa. Dimas akan menunggu Naya, setidaknya sampai Naya menemukan bahagianya.

"Pelan pelan aja Nay, Maaf ya sikap gua jadi mendadak kayak gini.. Tapi tenang aja, besok besok juga gua bakal jadi Dimas yang ngeselin lagi."
"Gua duluan ya Nay." Pamit Dimas sambil mengelus pelan puncak kepala Naya, lalu pergi meninggalkan Naya.

Naya mengepalkan tangannya kuat kuat, ikut merasakan sesak. Ia membeci dirinya sendiri, yang tidak bisa membuka hatinya untuk Dimas, tapi tidak bisa melepas Dimas. Naya tau, dibalik sifat Dimas yang menyebalkan, itu adalah cara menyembunyikan lukanya. Luka atas penantian Dimas yang tak kunjung mendapatkan jawaban. Dan kali ini, Untuk pertama kalinya, dimas menjadi sosok yang penuh luka dimata Naya.

"Nay?"

"Bayu?"

--------

Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang