"Kenapa? Lu mulai cemburu?"
"Emmm mohon maaf, bapak ibu, ini kenapa saya jadi nyamuk gini ya?" Tanya Gilvan membuat Naya dan Dimas tertawa
"Sini gua tepok nyamuknya" Dimas menepuk dahi Gilvan membuat Gilvan menepis tangan Dimas
"Congratulation ya kaliann!!!" Ucapan selamat dari Lusi sukses membuat Naya, Dimas, Gilvan dan tim Futsal Angkasa menoleh ke arah Lusi
"Makasih Lusi"
"Eh Lusi, sini Lus."
"Ayo foto Lus."
"Tadi suara lu bagus banget tau ga Lus."
"Eh lu pulang bareng siapa? Gua anter ya?"Beberapa Tanggapan anak Tim Futsal ketika Lusi datang ke basecamp Tim Futsal. Mereka antusias melihat Lusi datang, tak terkecuali Naya.
"Lus foto yuk!! Suara lu bagus bangettttt." Puji Naya mengangkat ponselnya ke hadapan Naya dan Lusi. Naya tersenyum diikuti Lusi yang tersenyum dan ponsel Naya mengambil foto mereka
"Suara lu bagus banget deh parah." Kata Naya masih memuji Lusi.
Lusi tersenyum "Makasih ya kak."
"Gua jadi penasaran deh siapa sih orang yang lu maksud tadi di lapangan?" Tanya Naya membuat Dimas disebelah Naya melirik Naya.
"Lu cantik, baik, pinter nyanyi, kok masih mau sih nunggu cowok itu?" Naya tampak berpikir "pasti tuh cowok modelannya yang sok cakep gitu kan? Ah palingan Buaya tuh orang."
Lusi menahan tawanya melihat ekspresi Dimas yang terkejut mendengar ucapan Naya. Bukankah secara tidak langsung omongan Naya itu menyindir pria yang disukai Lusi dan itu Dimas.
"Emang Buaya orangnya." Dimas ikut berkomentar padahal yang buaya Dimas maksud adalah
Buaya 'Bucinnya Naya.'"Lu tau Mas orangnya?" Gilvan yang dari tadi diam kini bersuara
"Tadi gua tanya, lu bilang gatau Mas." Kata Naya
"Ya gua asal nebak aja." Kata Dimas berbohong
"Yang jelas dia orangnya baik kok." Kata Lusi tersenyum
"Lus, jangan nunggu yang ga pasti. Mending jadian sama gua aja Lus. Gimana?" Goda Gilvan
"Usaha terus ya Van biar ga jomblo." Ledek Naya
"Tuh gimana Lus? Mau ga sama Gilvan?" Tanya Dimas
"Harus gua jawab sekarang nih?" Tanya Lusi
"Jangan dijawab. Gua udah tau jawabannya. Dah, gua nyerah. Sorry ya Lus, bercanda aja." Gilvan menjelaskan
"Ck. Payah lu Van. Udah nyerah aja." Kata Naya
"Mau nomor telepon gua kak Gilvan?" Tawar Lusi yang dijawab anggukan Gilvan
-------
Dimas mengantar Naya pulang. Di spion, Dimas melihat Naya yang sudah mulai ngantuk ngantuk.
Dimas tersenyum melihat ekspresi Naya yang menahan kantuknya. sebuah ide terlintas di pikiran Dimas
Tiba tiba Dimas melajukan motornya kencang membuat Naya membuka matanya saat matanya tadi sempat terpejam, dan Naya reflek memeluk Dimas.
"Bisa pelan pelan ga sih Mas? Kaget gua." Gerutu Naya kesal
"Lu ngantuk Nay? Duduknya pindah di depan sini."
"Gua bukan anak kecil ya."
"Tapi lu yang akan melahirkan anak anak kita nanti ya Nay?" Dimas tertawa
"Ck. Lu makin malem, kelakuan lu makin ngaco ya."
"Bukan cuma makin ngaco, gua makin sayang juga sama lu Nay."
"Kalo gua itungin, sehari lu bisa bilang kata sayang itu sepuluh kalian deh kayaknya Mas."
"Terus kenapa? Kurang ya bilang sayangnya?"
"Gak gak gak. Cukup." Kata Naya
"Eh Nay kalo lu ngantuk, senderin aja kepala lu di punggung gua. Kan tangan lu udah meluk gua ini. Biar kayak Dilan sama Milea Nay" kata Dimas yang membuat Naya tersadar tangan Naya sudah melingkar di pinggang Dimas. Buru buru Naya melepaskan pelukannya.
"Kok dilepas sih Nay, sini peluk lagi." Ucap Dimas
"Ck. Ga ah males."
"Jangan rindu. Rindu itu berat, biar aku saja." Tiba tiba Dimas menirukan gaya bicara Dilan membuat Naya tertawa
"Mana ada Dilan modelan kayak elu Mas." Naya tertawa lagi
"Lu mau gua kayak Dilan Nay?"
"Apa apa?" Naya kembali tertawa tidak bisa membayangkan Dimas menjadi Dilan. "Ga kebayang deh kalo lu jadi Dilan."
Dimas melirik spion, melihat Naya yang masih tertawa. Dimas selalu ingin seperti ini; melihat tawa Naya dan menjadi alasan Naya bahagia.
Tapi saat Naya bersama Dimas apa itu menjadi salah satu kebahagiaan Naya?
------
"Makasih ya Mas." Ucap Naya setelah turun dari motor Dimas ketika sudah sampai di depan rumah Naya.
"Yaudah, gua balik ya Nay," pamit Dimas yang dijawab anggukan oleh Naya.
Dimas ingin melajukan motornya sebelum ponselnya berdering. Dimas segera menjawab panggilan itu
"Ya hallo?"
"....."
"Oh oke oke. Sekarang gua otw nih."
Dimas mematikan sambungannya lalu memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celana.
Naya ingin bertanya siapa yang menelponnya namun segera ia urungkan niatnya, karna Naya berpikir itu pasti teman futsal Dimas.
"Yaudah balik dulu ya Nay, dah Nayy."
"Eh iya Nay jangan lupa ya.."Naya mengernyitkan dahinya bingung.
"Jangan lupa apa?"
"Jangan lupa mimpiin gua sebelum tidur."Dimas tersenyum lalu buru buru melajukan motornya sebelum Naya berkoar koar.
Naya menggeleng gelengkan kepalanya tidak habis pikir. Sudah malam, tapi Dimas selalu punya cara untuk membuat Naya bingung, kesal bahkan tertawa karna semua ucapan dan perilakunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]
Teen Fiction"Kalo Nadi gua putus, gua mati Nay. Kalo kita putus, hati gua juga mati." "Emang kita pernah jadian?" "Oiya. Gua lupa." "Tapi kalo gua ga bisa buat lu luluh, Hati gua udah terlanjur lumpuh. Ga bisa bergerak, buat nyari tempat pulang. Bagi gua, lu ru...