"Nay, lu mau......" Dimas menggantungkan kalimatnya
"Makan bakso ga?" Lanjut Dimas membuat Naya berkedip 3 kali mencoba mencerna kata kata Dimas"Ohhhh... bakso ya?" Kata Naya canggung menetralkan rasa gugupnya tiba tiba.
"Iya, mau ga?" Tawar Dimas lagi
"Ayo deh Mas."
Dimas memarkirkan motornya di depan warung bakso pinggir jalan.
Naya mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk yang kosong untuk Naya dan Dimas. Di sudut ruangan, Naya melihat meja untuk 4 orang kosong. Buru buru Naya duduk disana. Takut takut ada orang yang segera menyerobot. Karna keadaan warung bakso yang ramai pembeli.
"Mau pesen bakso apa?" Tanya Dimas saat sudah duduk di depan Naya.
Naya belum menjawab, masih melihat daftar menu yang Naya pegang. "Gua pesen bakso telor aja deh. Minumnya es teh manis."
"Gua......" Dimas melihat daftar menunya "bakso telor sama minumnya soda."
"Mbaaa" panggil Dimas kepada pramusaji warung bakso.
"Bakso telornya dua es teh manis satu, sama sodanya satu." Kata Dimas mengulang pesanan Naya dan Dimas kepada pramusaji warung bakso
"Oke, ditunggu mas, mba."
Lalu pramusaji warung bakso itu berlalu pergi membuat pesanan bakso Naya dan Dimas."Lu suka banget sih minum soda Mas? Ga baik tau buat kesehatan."
"Selain suka banget sama soda, gua juga suka banget sama lu Nay."
"Ck. Terserah lu mas."
"Udah tau ga baik, masih lu pesen.""Lu udah mulai perhatian gitu ya Nay sama gua??" Goda Dimas
"Cih, kepedean lu" Naya berdecih
Dimas tertawa gemas melihat ekspresi Naya. Dimas terus menggoda Naya hingga bakso yang mereka pesan datang
Saat Naya ingin menyantap baksonya, ponsel Naya berdering membuat Naya menoleh ke ponsel yang ia letakkan di meja.
Panggilan masuk dari Bayuu
Naya melirik Dimas sebentar yang sedang memakan baksonya lalu menjawab panggilan telepon dari Bayu
"Hallo Bay?"
"Nay, lu dimana? Gua mau kerumah lu nih"
"Gua lagi makan bakso sama Dimas."
"Dimana?"
"Di warung bakso deket rumah gua yang sebelahnya supermarket itu bay"
"Oiya, gua tau. Gua kesana ya."
"Hah? Ta--"
Bayu memutuskan sambungan teleponnya
"Hallo Bay?? Hallo??"
"Yehh udah di matiin duluan." Celetuk Naya sendiri
"Siapa Nay?" Tanya Dimas
"Bayu. Katanya mau nyusul kesini"
Belum Dimas menjawab, ponsel Dimas ikut berdering ternyata Arya yang menelponnya
"Hallo? Kenapa Ya?"
"Lu dimana? Anak anak yang lain udah pada ngumpul nih."
"Oh udah? Oke oke nih gua mau jalan kesana."
Dimas memutuskan sambungannya. Lalu buru buru memakan baksonya yang masih banyak
Naya menatap Dimas yang menyantap baksonya seperti sedang kesetanan
"Busettt makannya ngebut amat. Pelan pelan woi!"
Dimas tidak menjawab sibuk menghabiskan baksonya
Setelah baksonya sisa sedikit Dimas baru berkata "gua buru buru."
Beberapa menit kemudian Bayu datang.
"Wiiihhhhh Mantap nih baksonya" kata Bayu setelah sampai di hadapan Naya dan Dimas lalu duduk disamping Naya.
"Gua titip Naya ya Bay," kata Dimas
"Lu mau kemana?" Tanya Naya ketika Dimas mulai berdiri mengambil dompetnya dari saku celananya
"Mau balik ke sekolah. Latihan terakhir soalnya hari ini"
Naya mengangguk mengerti
Dimas mengeluarkan 3 lembar berwarna biru lalu memanggil pramusaji warung bakso
"Ini saya bayar bakso buat meja ini. Sekalian sama mas satu ini yang mau mesen juga. Kalo ada kembaliannya ambil aja." Dimas memberikan uangnya kepada pramusaji warung bakso. Lalu pramusaji warung bakso itu berterimakasih
"Lahhh gua ditraktir?" Tanya Bayu memastikan
Dimas mengangguk "titip Naya ya..." pesan Dimas membuat Bayu mengancungkan kedua jempolnya
"Jangan nakal Nay." Dimas mengusap puncak kepala Naya pelan
"Gua berasa anak yang dititipin bapaknya ke om tau ga..." kata Naya
"Gua kan emang bapak Nay. Bapak dari anak anak kita nanti." Dimas segera berlalu pergi membuat Naya menatap kepergian Dimas tidak percaya
"Mamahhh... papah mau kemana? Bayu mau pesen bakso mahhh" rengek Bayu dibuat buat seperti sedang menjadi anaknya Naya membuat Naya menatap Bayu sinis
"Ampun Nay ampun hehe" Bayu mengangkat tangannya membentuk tanda peace
"Oiya, gua mau ngajak kulineran, mau ga?" Ajak Bayu
Mendengar ucapan Bayu tadi membuat mata Naya berbinar senang.
"Seriusan Bay?? Gua mauuu banget. Mau makan cilok, seblak, mie ayam, steak, ramen, pizza, martabak, sate padang, ayam geprek, si--"
"Lu baru ngomong aja gua udah kenyang. Padahal gua belum makan bakso," potong Bayu kaget mendengar permintaan Naya yang begitu banyak.
"Beneran ya Bay abis ini kita kulineran?" Tanya Naya memastikan
Bayu mengangguk. Mengusap pelan puncak kepala Naya "iya sayang."
Butuh 6 detik Naya untuk mencerna kejadian tadi.
Apa tadi Bayu bilang? Sayang?
Bayu tertawa "gua bercanda Nay. Lu jangan baper gitu. Nanti lu baper, gua repot."
Naya menatap Bayu yang kini sedang melihat menu
Naya tersenyum tipis. Andai Bayu benar benar mencintai Naya. Mencintai Bayu, mungkin tidak akan pernah se menyakitkan ini.
Seperti dekat, erat. Padahal Bayu, lebih sulit digapai. Mungkin Naya bisa memeluk Bayu, tapi mungkin tidak bisa memeluk hatinya. Tangan Dimas seperti mudah untuk di genggam. Tapi hati bayu, jauh lebih sulit digenggam.
Lalu bagaimana, jika Bayu menaruh rasa juga untuk Naya, bagaimana dengan perasaan Dimas?
Naya tidak tahu. Naya terlalu egois untuk tidak membiarkan Dimas pergi, tapi tetap memilih Bayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]
Fiksi Remaja"Kalo Nadi gua putus, gua mati Nay. Kalo kita putus, hati gua juga mati." "Emang kita pernah jadian?" "Oiya. Gua lupa." "Tapi kalo gua ga bisa buat lu luluh, Hati gua udah terlanjur lumpuh. Ga bisa bergerak, buat nyari tempat pulang. Bagi gua, lu ru...