Hari hari yang dilalui Naya kini begitu sepi. Tidak ada lagi ucapan selamat pagi atau ucapan sebelum tidur dari Dimas yang berisik, tidak ada lagi sikap jail yang membuat Naya kesal, tidak ada lagi gombalan dan rayuan yang membuat Naya kadang kadang gemas, tidak ada lagi. Benar benar tidak ada lagi. Dimas benar benar pergi.
Pagi ini Naya berjalan dikoridor sendiri, waktu masih menunjukkan pukul 06.10 masih terlalu pagi untuk siswa lainnya datang.
Naya menoleh kearah lapangan, dilihatnya Dimas sedang sibuk menendang bola dan memasukan kedalam Gawang lalu melakukan itu berkali-berkali.
Naya disana cukup lama, memperhatikan Dimas yang masih sibuk dengan bolanya. Sampai akhirnya, tidak sengaja Dimas melihat Naya yang sedang menatapnya.
Mereka saling menatap, sampai akhirnya Dimas mengalihkan pandangannya. Dimas ingin beranjak pergi, sebelum akhirnya Naya memanggilnya.
"Dimas!!!"
Dimas membalikkan tubuhnya menghadap Naya, sementara Naya sedang berlari kecil ke arah Dimas.
"Mas, kita perlu bicara," kata Naya
Dimas terdiam sebentar, "di taman belakang sekolah aja."
Dimas berlalu pergi, membuat Naya mengikuti langkah Dimas menuju taman belakang sekolah.
Naya dan Dimas duduk di bangku panjang taman belakang sekolah.
Terjadi keheningan beberapa saat. Naya yang kehilangan kata, dan Dimas yang enggan bicara.
"Gua minta maaf ya Mas," Naya meminta Maaf.
"Untuk apa?"
"Untuk gua yang--"
"Udahlah Nay, gua Gapapa. Lu ga perlu ngerasa bersalah terus."
"Seengaknya, gua lega. Lu ga pernah jawab cinta gua bukan karena hati lu mati."
"Hati lu selama ini terus tumbuh dan bersemi....." Dimas tersenyum miris "untuk Bayu."
Entah kenapa kata kata Dimas membuat mata Naya memanas. Kenapa Naya menjadi secengeng ini?
"Gua udah berusaha Mas, buat coba buka hati buat lu. Berusaha untuk jatuhin hati gua ke elu. Tapi, gua belum bisa." Naya tidak bisa menahannya. Setetes air matanya turun membasahi pipi Naya.
Dimas melihat itu dan menyeka air mata Naya. "Air mata lu udah nunjukin kalo lu udah berusaha keras Nay, buat jatuh cinta sama gua."
"Setelah lu tau semua ini, lu bakal tinggalin gua Mas?" tanya Naya membuat Dimas tersenyum
"Tau atau engga taunya gua soal rasa lu ke Bayu, perasaan gua masih sama, belum bisa berubah."
Deg
Kata kata Dimas mengapa begitu membuat Naya terbawa perasaan?
"Oh iya, gimana hubungan lu sama Bayu?" tanya Dimas
"Ya gitu...."
"Gitu gimana?"
Naya menghela nafasnya "Bayu belum tau soal perasaan gua ke dia."
Dimas mengernyitkan dahinya "jadi.... Bayu belum tau? Jadi selama ini, lu cuma nyimpen perasaan lu sendirian?"
Naya mengangguk. Air matanya sudah mulai membendung.
"Ngga coba lu ungkapin ke Bayu soal perasaan lu?"
"Gua ga berani. Gua takut, saat gua ungkapin semuanya ke Bayu, Bayu bakal pergi." Naya mengungkapkan isi hatinya
"Terus lu mau nunggu Bayu sampe kapan? Bahkan Bayu sendiri ngga tau soal rasa lu ke dia."
Naya hanya terdiam. Benar kata Dimas, bahkan Bayu belum tau soal perasaanya dengan Bayu.
"Nay, lu boleh kejar Bayu dan terus berjuang buat Bayu, gua bakal support lu."
Naya benar benar sudah ingin menangis. Bagaimana bisa seseorang yang mencintainya malah mendukungnya dengan seseorang yang dicintainya.
Ah Naya paham. bahagia bukan hanya sekedar memiliki. Kadang, merelakan juga cara yang paling baik untuk mencintai.
"kalo lu capek, lu bisa kembali. Masih ada gua yang sedang menata hati."
"Nay, izinin gua ya buat jaga lu Nay. Seengaknya sampe nanti lu bener bener jadi milik Bayu."
Naya akhirnya menangis. Sekuat tenaga Naya menahan isak tangisnya.
"Tapi, kalo nanti akhirnya Bayu ngga memilih lu, dan akhirnya bersama yang lain, tolong berusaha lebih keras lagi untuk mencintai gua dan melupakan Bayu ya Nay?"
Naya semakin menangis mendengar kata kata Dimas.
Setelah apa yang sudah Naya lakukan terhadap Dimas, Dimas masih ingin bersama Naya.
Dan lagi, Dimas memohon agar tetap berada disisi Naya.
Naya memeluk Dimas, dan Dimas menyambut pelukan itu dengan hangat. Naya telah membagi lukanya atas penantiannya. Pun, Dimas yang berusaha untuk menutupi luka itu.
Naya dan Dimas sedang berada di penantian panjang dengan segala kesakitan.
Lagi, semesta senang memainkan perasaan. Dan takdir mencoba mempersatukan mereka satu kali lagi.
Sementara di ujung sana, Lusi mendengar semuanya, dengan sebuah senyuman dan ide yang terlintas dipikirannya.
----
Kenapa Dimas jadi sadboy gini sih:(( ide apa tuh ya si Lusi??
Menurut kalian gimana part ini???😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]
Teen Fiction"Kalo Nadi gua putus, gua mati Nay. Kalo kita putus, hati gua juga mati." "Emang kita pernah jadian?" "Oiya. Gua lupa." "Tapi kalo gua ga bisa buat lu luluh, Hati gua udah terlanjur lumpuh. Ga bisa bergerak, buat nyari tempat pulang. Bagi gua, lu ru...