4

168 16 0
                                    

"Lu ketawa gua tampol ya Bay?" Kata Naya dengan suara kecil

Bukan berusaha untuk tidak tertawa, Bayu malah sengaja melepas tawanya. Dengan reflek Naya membekap mulut Bayu dengan kedua tangannya.

"Berisiikkkk banget sih lu Bay. Kita lagi ngumpet iniii" protes Naya kepada Bayu

Naya melepas bekapannya.

"iya iya maaf. Lucu sih kalian main umpet umpetan gini." Bayu tertawa pelan

Naya tidak menjawab.

"Nay? Mau tempat yang aman buat ngumpet ga?" tawar Bayu kepada Naya

"Mauuu dong, dimana?" saut Dimas tiba tiba

"YAAMPUNNN!!!" ucap Naya dan Bayu hampir bersamaan dengan kaget Melihat Dimas yang tiba tiba sudah di belakang mereka

"Kok lu bisa disini?" protes Naya kesal

"Kok lu bisa disini?" Kata Dimas meniru ucapan Naya

"Dah ya mas, gausah bercanda. Gua males berdebat sama lu."

"Gua tiap hari serius ngejar lu masih dibilang bercanda juga Nay?" Kata Dimas yang membuat Naya terdiam.

Bayu menghela Nafasnya. Malas berurusan dengan hubungan Naya dan Dimas yang masih belum jelas.

"Dah ah gua balik ya Nayy. Have funn!!" ledek Bayu meninggalkan Dimas dan Naya.

Naya ingin ikut lari, sebelum dimas menahan tangan Naya dengan tangannya. Tatapan Dimas berubah menjadi serius. Dimas mendekat dan Naya mundur selangkah. Dimas melangkah selangkah lagi, dan Naya mundur. Tapi sayang, kali ini keberuntungan Naya untuk kabur tidak berpihak padanya. Langkah Naya terhenti. Karna dibelakangnya ia sudah mentok dengan Pohon. Dimas melangkah lagi, memperkikis jarak diantara mereka

"Mas, lu-- ma-u ngapain?"
"Mas lu jangan macem macem ya ini disekolah!!!" Kata Naya takut takut sambil menutup matanya

Dimas yang sudah berjinjit menatap Naya bingung. Padahal Dimas hanya ingin mengambil buah mangga di atas kepala Naya.

"Apaan sih Nay. Gua cuma mau ngambil mangga. Ngerujak yuk!" Kata Dimas tanpa dosa

Naya membuka matanya, Pipi Naya memanas menahan malu. Bisa bisanya Naya tidak sadar, bahwa ini pohon mangga yang kebetulan sedang berbuah banyak.

---

Dimas benar benar mengajak Naya merujak. Dikantin, Naya sedang asik mengulek sambal rujak dengan modal pinjam ulekan dan meminta gula merah, dan cabai di ibu kantin. Sementara Dimas, bagian memotong beberapa buah mangga yang ia petik tadi.

Soal Bel masuk? Mereka tidak perlu khawatir. Karna dari jam istirahat semua guru mengadakan rapat dadakan. Jadi Mereka mempunyai jam kosong sampai waktu pulang sekolah.

"Heran gua, kenapa ya gua mau aja diajak ngerujak." Kata Naya sambil terus mengulek

"Ya kalo gua ajak nikah lu belum siap kan Nay?" Kata Dimas lalu tertawa. Perkataan Dimas barusan seperti De javu bagi Naya.

Naya memutar bola matanya malas, saat Dimas mulai mengoceh tidak jelas dan kadang kadang membuatnya ingin menghindar saja. Tapi, sebanyak apapun teman Naya, yang selalu tetap ada adalah Dimas, sekalipun Bayu adalah teman baik Naya.

"Gua kan per--- arghhhh" Dimas meringis kesakitan ketika jarinya terluka karna tergores pisau yang tajam

Naya terkejut bukan main. Naya mendadak panik
"Yaampun Mas!!!! Makanya jangan ngoceh mulu. Jadinya gini kan"

"Gua gapapa Nay, santai aja nanti ju--"

"Bentar. Lu diem. Gua mau ke UKS ngambil obat merah dulu sama plester."

"Ini gua ada kak, pake aja." Lusi yang tidak sengaja lewat dan melihat Dimas terluka segera memberikan obat merah dan plesternya.

"Tadi gua udah ke UKS, mau minta plester sama obat merah. Eh persedian di UKS pas lagi kosong, yaudah gua beli di kantin ujung yang kebetulan jual." Lusi menjelaskan

"Lu beli plester sama obat merah buat apa?" Tanya Dimas

Perlahan, Lusi menutupi jari kirinya yang terluka cukup parah.

"Ohh itu.. Tadi kaki kayak berasa lecet, tapi gapapa. Gua bisa beli lagi. Lu aja dulu kak pake. Luka lu lumayan parah soalnya" Lusi berbohong. Padahal luka di jari kirinya cukup parah karna cutter yang ia gunakan untuk melanjutkan tugas prakarya di waktu luang ini.

"Eh? Lu temennya Dimas ya?" Kata Naya mencoba mengenali perempuan di depannya ini

"Iya kak, gua Lusi."
"Lu kak Naya kan?" Kata Lusi tersenyum

"Kok lu tau?" Tanya Naya sambil menotolkan obat merah ke jari Dimas yang luka.

Lusi tersenyum memberikan jeda diantara mereka. Lalu Lusi berkata
"Kak Dimas sayang banget sama lu kak."

Naya terdiam sementara Dimas menatap Lusi.

"Gua duluan ya kak, dahhhh" pamit lusi

"Eh iya iya makasih ya lus dahh" kata Naya melambaikan tangannya.

Lusi berjalan cepat menuju koridor sepi.

Lusi menatap Jari kirinya yang terluka cukup parah. memang sangat perih tapi melihat Naya yang mengobati Dimas kenapa hatinya tiba tiba ikut perih.

Lusi tidak bisa mengobati luka Dimas, apalagi luka dihati Dimas, Bagaimana Lusi mau berusaha mengobati Luka di hati Dimas, sementara obatnya adalah Naya.

Tanpa sadar, air matanya menetes. Bukan karna perih luka dijarinya. Tapi dihatinya. Satu tahun Lusi menunggu Dimas. Selama itu pula Dimas tetap menunggu Naya. Jadi lusi harus bagaimana? Tetap menunggu meski terluka? Atau belajar untuk melupakan? Keduanya sama sama tidak menyenangkan. Tapi entah kenapa, Meski Dimas berkali kali menolak Lusi, Lusi tetap jatuh cinta pada Dimas. Banyak laki laki yang Lusi tolak demi Dimas, pun begitu. Dimas selalu menolak Lusi, demi Naya.

Dimas dan Lusi Sama sama nyaman dengan seseorang lalu terjebak sendirian, mencintai sendirian.
Lusi dan Dimas lucu. Saling menunggu, entah sampai kapan. Berharap segera mendapatkan kepastian, yang ternyata cuma harapan. Rela menunggu lama, entah nanti akhirnya bersama atau bahkan berusaha merela.

"Nih pake," Kata seseorang memberikan plester dan obat merah, membuyarkan lamunan Lusi.

"Lu....?"

Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang