Selesai perlombaan, Dimas menarik Naya menuju parkiran, mengajak Naya pulang bersama.
"Kan gua bilang, gua bisa pulang bareng Bayu Mas." Kata Naya setelah sudah berada di depan motor Dimas.
"Kenapa tiba tiba mau pulang bareng Bayu?" Tanya Dimas melipat tangannya di dada.
"Ya Gapapa. Gua mau pulang bareng Bayu aja." Kata Naya menjelaskan.
"Lu cemburu soal bunga itu?" Tebak Dimas mulai membahas bunga Mawar itu.
"Ck. Ngapain di bahas lagi sih, engga. gua ga cemburu."
Dimas tersenyum melihat ekspresi Naya. "Lu cemburu Nay."
"Engga."
"Iya."
"Engga Di--"
"Kalo lu mau tau jawaban soal bunga itu, Ayo, ikut gua." Kata Dimas mulai menaiki motornya
Naya masih terdiam. Bingung harus ikut Dimas atau tidak. Tapi Naya penasaran soal bunga itu.
"Ck. Ayo Nay!" Ajak Dimas setelah menyalakan mesin motornya.
Akhirnya dengan sedikit ragu, Naya mulai menaiki motor Dimas dan Dimas segera melajukan motornya.
Di perjalan, Naya hanya terdiam. Kali ini, pikirannya hanya menerka nerka ia akan dibawa kemana oleh Dimas. Bagaimana jika Dimas malah membawanya ke perempuan yang diberikan Bunga oleh Dimas?
Naya menggeleng gelengkan kepalanya memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi.
"Kok lu kayak bengong gitu sih Nay? Mikirin apa? Mikirin gua ya?" Kata Dimas melihat Naya dari spion motor.
"Cih. Kepedean." Naya berdecih
"Lu mau ngajak gua kemana sih?" Tanya Naya penasaran
"Nanti lu juga tau Nay." Jawab Dimas membuat Naya makin penasaran.
Setelah beberapa menit motor Dimas melaju, akhirnya mereka sampai di tujuan yang Dimas maksud. Naya dan Dimas turun dari motor setelah sudah menaruh motornya di parkiran.
Naya terdiam seperti ingat sesuatu.
"Mas, ini kan--"
"Yuk, Nay." Ajak Dimas berjalan lebih dulu membuat Naya mengikuti Dimas.
Langkah Dimas terhenti. Dimas berjongkok di pusaran makam ibunya. Sementara Naya, masih berdiri menatap pusaran makam ibu Dimas, dan melihat sebuket bunga mawar yang mulai melayu di depan batu nisan ibunya Dimas. Ah Naya sudah tau jawaban soal bunga itu, itu bunga mawar untuk ibu Dimas.
Naya ikut berjongkok disebelah Dimas. Menatap Dimas yang kini tersenyum sambil mengusap batu nisan ibunya.
"Mah, aku kesini sama Naya." Kata Dimas seperti berbicara pada Ibunya.
"Lu masih inget kan Nay?" Tanya Dimas
Flashback on
Waktu itu adalah semester pertama Dimas dan Naya sekolah di SMA Angkasa.
Naya dan Dimas saat itu duduk di kursi kursi yang ada di koridor sambil bercerita. Dimas sedang bertopang dagu mendengar Naya bercerita. Saat itu, Dimas mulai menyukai Naya. Naya dan Dimas mulai kenal saat mereka mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah, Kebetulan Naya dan Dimas satu kelompok, Dan mereka mulai dekat.
tiba tiba Wanda-- selaku ketua kelas Dimas mendekat.
"Dimas, ada yang nyari lu nih," kata Wanda pada Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]
Novela Juvenil"Kalo Nadi gua putus, gua mati Nay. Kalo kita putus, hati gua juga mati." "Emang kita pernah jadian?" "Oiya. Gua lupa." "Tapi kalo gua ga bisa buat lu luluh, Hati gua udah terlanjur lumpuh. Ga bisa bergerak, buat nyari tempat pulang. Bagi gua, lu ru...