Bel sekolah berdering di setiap penjuru ruangan. Siswa siswi SMA ANGKASA mulai keluar dari kelasnya masing masing, Termasuk Naya. Naya menoleh kanan kiri mencari Dimas yang biasanya sudah setia menunggu nya di depan kelas saat bel pulang untuk mengajak Naya pulang bersama atau sekedar basa basi untuk menjahili Naya.
Dari kejauhan, Dimas mulai mendekat kearah Naya
"Nungguin gua ya Nay?"
"Sesekali lah, lu yang nunggu gua. Masa gua mulu yang nunggu lu" Dimas tertawa"Terserah lu massss" kata Naya
"Eh Nay, pulang bareng ya sama gua?" ajak Dimas menggenggam tangan Naya dengan senyumnya
Naya ingin menolak ajakan Dimas, tapi sikap lembut Dimas yang seperti ini tidak enak jika Naya tolak.
Naya mengangguk membuat Dimas tersenyum senang
di motor saat perjalanan pulang, Dimas dan Naya hanya saling diam. Membuat Naya heran. Karna tidak biasanya Dimas seperti ini.
"Mas? Kok lurus sih, jalan pulang rumah gua kan belok kanan" Naya membuka suara saat Motor dimas melewati jalan pulang ke rumah Naya
"Gua mau ngajak lu main layangan dulu bentar" jawab Dimas
"Hah?" Naya mengernyitkan dahinya bingung
Dimas dan Naya kembali saling diam dengan pikirannya masing masing hingga mereka sampai di sebuah Taman.
---
Naya dan Dimas sudah berada di Taman. Benar kata Dimas, Dimas mengajak Naya untuk bermain layangan. Naya menggeleng gelengkan kepalanya heran saat Dimas mulai menaikkan layangan yang baru Dimas beli tadi di ujung Taman. Untuk apa Dimas mengajaknya bermain layangan? Biasanya Dimas lebih suka mengajak Naya ke tempat kuliner atau sekedar duduk di cafe sambil meminum kopi. Tapi kali ini? Bermain layangan? Dimas benar benar semakin absurd.
"Nay tolong ambilin gunting di tas gua yang bagian depan"
Gunting? Dimas membawa gunting? Untuk apa?
Naya hanya menuruti perintah Dimas mengambil gunting di dalam tas bagian depan yang diletakkan di rumput bersama tas Naya. Penasaran apa yang akan dilakukan Dimas dengan gunting.
"Nih," Naya menyodorkan gunting yang Dimas pinta
Naya mengernyitkan dahinya ketika Dimas mulai menggunting benang layangannya saat layangannya sudah diatas.
"Putus layangannya Nay!!! Ayo kejarr!!!"
Naya membulatkan matanya terkejut. tidak habis pikir dengan kelakuan Dimas. Bukankah tadi Dimas yang menggunting layangannya sendiri? Sekarang Naya malah diajak untuk mengejarnya?
Belum sempat Naya menjawab, tangan Naya ditarik oleh Dimas untuk mengikutinya mengejar layangan.
"Ga waras lu ya mas? Tadi lu yang gunting sekarang lu yang ngejar. Gua ga ngerti maksud lu," protes Naya sambil berlari mengejar layangan yang sudah terbang mulai jauh.
Dimas tidak menjawab hanya tersenyum, sibuk mengejar layangannya.
Langkah Naya dan Dimas terhenti saat melihat layangan Dimas, sudah berada di genggaman orang lain.
Dengan nafas tersenggal Dimas merangkul Naya dan mengajak Naya kembali ke tempat Naya dan Dimas menaruh tasnya
"Yuk balikk ketempat tadi."Buru buru Naya melepas rangkulan Dimas dan berkata "lah itu lu gaminta layangan ke orang itu? Itu kan punya lu mas?!" Naya menunjukkan tangannya ke arah orang yang mengambil layangan Dimas.
Dimas menggeleng lalu tersenyum dan berbalik arah menuju tempat tadi meninggalkan Naya yang mematung dengan kebingungan.
"Dimas maksud lu apaan sih?? Main layangan terus diputusin abis itu lu nyuruh gua ikut ngejar terus setelah diambil sama orang lain lu ga mau minta." Protes Naya sambil berlari mengejar Dimas yang sudah duluan meninggalkan Naya
Dimas tidak menjawab. Membuat Naya benar benar kebingungan. Maksud Dimas itu apa sih?
Dimas menyodorkan botol minuman ke Naya yang terlihat kelelahan. Tanpa pikir lagi Naya segera mengambilnya dan meminumnya.
"Capek Nay ngejar ngejar layangan?" tanya dimas ikut duduk disamping Naya di rumput.
"Capeklah mas. Bayangin aja dari tadi kita main kejar kejaran. Dari ngejar lu, ngumpet karna kejaran lu, dan sekarang ditambah kejar layangan lu." Naya menjelaskan lalu menenggak habis minumannya.
"Sengaja sih gua bikin lu kejar kejaran. Supaya lu tau, rasanya mengejar itu capek."
Naya terdiam. Memberikan jeda diantara mereka
"Nay, layangan tadi adalah gambaran. Gua takut, saat gua udah dengan susah payah ngejar lu, lu ternyata bener bener udah ga bisa digapai, lu akhirnya jadi milik orang lain." Dimas menatap dalam mata Naya.
"Sama halnya dengan layangan. Kalo suatu saat akhirnya lu udah jadi milik orang lain gua akan.." Dimas menghela nafasnya. Membuang sesak yang tiba tiba datang.
"Gua akan pergi Nay. Dan berhenti buat ngejar lu." lanjut Dimas sambil menatap awan dilangit.
Hari ini Dimas benar benar suka membolak balikkan perasaanya sendiri dan Naya. menambah luka di hatinya yang bahkan belum kering.
Naya terdiam cukup lama, mencoba merangkai kata kata yang tepat di kepalanya. Namun saat ingin diutarakan, lidah Naya mendadak kelu.
"Ada dua alasan yang membuat seseorang susah untuk jatuh cinta. Pertama, karna trauma yang dimiliki, atau sudah ada seseorang yang dicintai." ucapan Dimas membuat Naya menegakkan tubuhnya. Tiba tiba Naya menjadi salah tingkah. Rasanya, ia ingin segera mengakhiri percakapan ini.
"Kalo lu ga punya trauma dimasa lalu untuk mencintai. Berarti lu sedang mencintai orang lain Nay." ucapan Dimas membuat Naya tertembak tepat di hatinya. Lalu Naya harus bagaimana? Naya harus menjelaskan apa?
"Siapa orang itu? Siapa orang yang lu cintai Nay?" tanya Dimas yang membuat Naya menatap Dimas
----------
Maafkan typo yang bertebaran 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]
Teen Fiction"Kalo Nadi gua putus, gua mati Nay. Kalo kita putus, hati gua juga mati." "Emang kita pernah jadian?" "Oiya. Gua lupa." "Tapi kalo gua ga bisa buat lu luluh, Hati gua udah terlanjur lumpuh. Ga bisa bergerak, buat nyari tempat pulang. Bagi gua, lu ru...