Pertandingan baru saja selesai. Tournament kali ini dimenangkan oleh tim futsal Angkasa, membuat sorak ramai terdengar. Meski di awal awal pertandingan, Dimas sempat tidak fokus, dan beberapa kali mendapat teguran dari pelatih dan Arya, Dimas mampu mengimbangi pertandingannya lagi hingga selesai.
Dimas mendekat kearah Naya yang sedang tersenyum.
"Congrats ya Mas!" Naya memberikan selamat, setelah Dimas sudah berada di hadapannya.
Dimas mengusap puncak kepala Naya, lalu tersenyum. "Makasih ya Nay."
Setelah itu mereka tiba tiba terdiam, mendadak canggung. Dimas dan Naya tidak pernah merasakan suasana seperti ini sebelumnya. Mungkin karna kejadian tadi membuat mereka sama sama memiliki rasa canggung.
Dimas dan Naya hanya terdiam beberapa detik, sebelum akhirnya Gilvan datang dan merangkul Dimas.
"Ga nyangka gua, kirain gua bakat lu cuma bucinin Naya doang, ternyata lu berhasil menangin tournament ini." Gilvan melepas rangkulannya.
"Iya dong! Berkat kerja keras, dan kerjasama tim Angkasa. Kita jadi berhasil menangin tournament ini!" Kata Dimas merasa bangga.
"Selamat ya kak Dimas!" Kata Lusi memberi selamat, yang baru saja datang entah darimana.
"Makasih ya Lus," Dimas berterimakasih membuat Lusi tersenyum.
Lusi berusaha bersikap baik-baik saja setelah kejadian tadi. Setelah Lusi melihat Dimas yang begitu tulus pada Naya, setelah Lusi melihat bagaimana Dimas seperti tidak akan pergi dari Naya.
"Oh iya, gua mau balikin jaket lu nih, kak Gilvan," Kata Lusi menyodorkan paper bag yang berisi jaket Gilvan.
Naya dan Dimas saling menatap bingung. Ada apa dengan jaket?
"Jaket?" tanya Naya penuh curiga
Naya menatap Gilvan dengan tatapan meledek
"Kemaren kemaren gua sama Lusi ga sengaja ketemu pas lagi ujan. Terus gua pinjemin jaket ke Lusi," Jelas Gilvan membuat Naya dan Dimas mengangguk mengerti.
"Gua kok mencium aroma aroma pdkt ya? hmmmm" ledek Dimas membuat Gilvan salah tingkah.
"Ck. Apaan sih, udah ah gua mau ke kantin." Gilvan mengambil paper bag yang dipegang Lusi "Makasih ya Lus. Gua ke kantin dulu."
Gilvan meninggalkan Naya dan Dimas yang tertawa melihat tingkah Gilvan yang salah tingkah. Sementara Lusi hanya tersenyum menatap punggung Gilvan yang kini kian menjauh.
Setelah itu, Lusi pamit berlalu pergi. Menyisakan Naya dan Dimas dengan sisa tawa mereka.
"Oh iya Nay, gua ga bisa nganter lu pulang. Karna tadi Arya ngajak gua sama tim Angkasa buat makan diluar buat ngerayain kemenangan tim Angkasa." Kata Dimas
"Iya Mas, Gapapa. Gua bisa pulang bareng Bayu," Kata Naya membuat Dimas mengiyakan.
--------------
Naya dan Bayu sudah berada di parkiran. Naya sedang tertawa mendengar cerita lucu dari Bayu.
Naya mulai naik ke motor Bayu, dan Bayu mulai melajukan motornya.
Dimas berada di sana. Di ujung parkiran menatap Naya yang tampak bahagia bersama Bayu. Dimas hanya sedang memastikan bahwa Naya aman bersama Bayu.
Ponsel Dimas berdenting tanda pesan masuk. Dimas mengambil ponselnya lalu membaca pesan yang masuk.
Dimas menghela nafasnya. Ternyata acara makan diluar bersama tim Angkasa batal karna banyak tim Angkasa yang tidak bisa ikut untuk makan bersama hari ini.
Dimas kembali memasukan kembali ponselnya kedalam saku celana. Dimas sedikit terkejut ketika tiba tiba ada yang menepuk bahunya dari belakang.
"Kak Dimas, ga pulang bareng kak Naya ya? Makan eskrim yuk?!" Ajak Lusi
------------
Dimas dan Lusi sudah berada di rooftop gedung tua yang sudah tidak terpakai lagi. Dimas dan Lusi duduk di pinggiran rooftop dengan kaki yang menggantung membiarkan kaki mereka menapak di udara.
Awalnya Dimas ingin menolak ajakan Lusi. Tapi tidak apalah untuk menerima ajakan Lusi sesekali. Toh untuk meredakan segala kekacauan untuk hari ini yang Dimas punya.
"Nih eskrimnya." Dimas menyodorkan eskrim yang baru mereka beli tak jauh dari gedung ini.
Lusi mengambil eskrim itu dan mulai memakannya.
"Kenapa lu ngajak gua kesini?" tanya Dimas ikut memakan eskrim.
"Sebentar lagi matahari terbenam. Dari sini, pemandangan sunsetnya ga kalah indah sama sunset di taman sakura," Kata Lusi menjelaskan.
"Oh iya? Kalo beneran indah, kapan kapan gua main kesini deh," Kata Dimas melanjutkan memakan eskrimnya.
"Ga sekalian main ke hati gua kak Dimas? Siapa tau nyaman terus ga mau pulang."
Dimas hanya merespon perkataan Lusi dengan tawanya.
"Oh iya, gua lupa. Rumah lu kan Naya. Tempat ternyaman lu untuk pulang," kata Lusi sadar diri.
"Lu ga takut kalo ngeliat sunsetnya sendiri?" tanya Dimas mencari obrolan lain
"Kadang takut. Makanya gua ngajak lu kesini." Lusi menatap Dimas lalu tersenyum
Dimas tertawa sebentar "jadi lu ngajak gua kesini, karna lu takut kesini sendiri?"
"Ya engga juga."
"Terus?"
"Karna sunset ternyata lebih indah dilihat, kalo ditambah ada lu disini."
Dimas tertawa " aduh nyerah deh gua digombalin lu."
Lusi ikut tertawa lalu kembali memakan eskrimnya.
Setelah itu, matahari mulai terbenam, sementara langit menampakan warna jingga di langit.
Benar kata Lusi. Disini, sunset terlihat lebih indah.
Disini. Mereka menyaksikan matahari yang mulai tenggelam dengan pikiran mereka masing masing.
"Kak, coba deh tangan lu yang kanan ikutin gaya tangan gua." Kata Lusi mengangkat tangannya lalu menjulurkannya ke atas sedikit memperlihatkan punggung tangannya.
Dimas mengikuti perintah Lusi sementara tangan kiri Lusi mengambil ponsel dari saku celananya.
Lusi mengarahkan ponselnya kearah tangan Lusi dan Dimas. Lalu Lusi memotretnya. Menghasilkan siluet dua punggung tangan dengan background matahari terbenam.
Lusi tersenyum melihat hasil fotonya. Lusi tidak pernah foto dengan Dimas berdua. Dan satu satunya foto yang Lusi punya hanya foto tangan Lusi dan Dimas.
"Kak Dimas, Makasih ya. Meski gua tau hati lu ga disini, tapi gua bakal inget, ada kenangan lu, dan gua disini." Lusi tersenyum membuat Dimas ikut tersenyum
Dan Dimas, meninggalkan satu kenangan lagi; senyuman manisnya disini, di hati Lusi.
-------
Maaf yaa baru update 😫
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]
Fiksi Remaja"Kalo Nadi gua putus, gua mati Nay. Kalo kita putus, hati gua juga mati." "Emang kita pernah jadian?" "Oiya. Gua lupa." "Tapi kalo gua ga bisa buat lu luluh, Hati gua udah terlanjur lumpuh. Ga bisa bergerak, buat nyari tempat pulang. Bagi gua, lu ru...