17

85 15 4
                                    

Bagi Naya hari minggu adalah hari khusus untuk tidur. Tapi kali ini, hari tidur nya terganggu karna Dimas yang sudah datang pagi pagi memanggil Naya untuk mengajaknya jalan pagi.

"Lu kepagian tau ga." Ucap Naya melirik jam tangannya yang masih menunjukkan pukul 05.45 lalu Naya kembali melanjutkan memakai sepatunya.

"Ya mumpung udaranya seger Nay." Kata Dimas memberi alasan

"Tapi gua masih ngantuk Mas."
Naya sudah selesai memakai sepatu, lalu kepalanya menyembul di pintu dari luar "mahhh aku sama Dimas jalan pagi dulu yaaa"

Tidak lama tante Arum-- mamah Naya keluar dari dalam "iya.. hati hati ya dijalan."

"Siapp tante." Ucap Dimas mencium punggung tangan tante Arum diikuti Naya.

"Oh ya Mas, nanti malam kamu ada acara ga?" Tanya tante Arum

"Engga ada tante. Emangnya kenapa?" Dimas kembali bertanya

"Kemarin kemarin Naya cerita, kamu sewa prasmanan cuma buat ulang tahunnya Naya ya?"

"Iya tante, hehe" Dimas menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Tante mau ngajak kamu makan malem disini nanti malem. Bisa?" Tawar Tante Arum

"Bisa tante, Bisa." Ucap Dimas antusias

"Yaudah mah aku sama Dimas jalan dulu ya." Pamit Naya lalu berjalan keluar gerbang, diikuti Dimas.

Baru beberapa langkah dari gerbang Dimas berkata "kira kira... gua pake baju apa ya ke rumah lu nanti malem? Pake jas atau pake baju batik?"

"Ngapain pake jas segala sama batik?" Tanya Naya bingung

"Ya siapa tau, bokap lu mau minta gua cepet cepet ngelamar lu, atau jangan jangan nanti malem bokap lu mau ngomongin soal kita Nay." Dimas mulai menghayal.

"Ngaco lu Mas." Naya berlari pelan meninggalkan Dimas yang menghayal

"Naya tunggu!!!" Kata Dimas mulai berlari mengejar Naya

Sebuah ide terlintas di pikiran Dimas. Dimas menarik ikat rambut Naya membuat rambut Naya terurai berantakan. Dimas berlari kencang meninggalkan Naya yang reflek memegang rambutnya.

"DIMAS BALIKIN IKET RAMBUT GUAA!!!"

"Kejar gua dulu." Dimas menjulurkan lidahnya meledek Naya membuat Naya mengejar Dimas

Setelah mulai lelah Dimas berhenti membuat Naya ikut berhenti.

"Mana.. iket rambut gua?" Tanya Naya dengan nafas tersenggal

Dimas memberikan isyarat dengan tangannya agar Naya mendekat membuat Naya mendekat.

"Balik badan, gua yang iket rambut lu sini." Kata Dimas

"Gausah. Mana bisa lu iket rambut gua. Sini cepet mana iket rambut gua?" Pinta Naya

Bukannya menjawab Dimas malah memutar tubuh Naya membuat tubuh Naya kehilangan kesimbangan jika tangan Dimas tidak memegang kedua bahu Naya. lalu Dimas mulai menyisir rambut Naya dengan jari tangannya

"Cuma ngiket rambut mah gua bisa Nay." Dimas mulai mengumpulkan rambut Naya kebelakang menjadi satu bagian lalu mulai mengikat rambut Naya.

"Gua mau deh Nay, ngiket rambut perempuan cantik satu lagi." Ucap Dimas lagi setelah selesai mengikat rambut Naya.

Naya membalikkan tubuhnya menatap Dimas. "Siapa?" Tanya Naya

"Anak perempuan kita Nanti." Jawab Dimas tersenyum lalu merangkul Naya membuat Naya cepat cepat melepas rangkulan Dimas lalu berjalan cepat meninggalkan Dimas yang tertawa melihat ekspresi Naya.

"Lu Baper ya Nay?" Ucap Dimas mensejajarkan langkahnya dengan langkah Naya.

"Gak. Gua laper."

"Ah payah, baru jalan beberapa meter udah laper."

"Makan bubur yuk Mas!" Ajak Naya setelah melihat gerobak bubur di depan sana

"Yaudah yuk."

Naya dan Dimas berjalan ke arah gerobak bubur tersebut. Lalu Naya duduk di karpet yang sudah digelar untuk duduk. Sementara Dimas memesan bubur untuk dirinya dan Naya.

"Udah gua pesen Nay," Kata Dimas setelah memesankan bubur, dan duduk bersandar di bawah pohon.

Naya mengangguk. Lalu melihat keadaan sekitar; lalu lalang orang orang yang berjalan pagi, atau motor dan mobil yang berlalu lalang pergi.

Naya menengok disebelah kanan. Dimana beberapa karpet lainnya telah digelar untuk orang orang menyantap buburnya, ada juga meja dan kursi yang sudah disediakan. Orang orang yang datang tinggal memilih, makan bubur duduk diatas kursi, atau makan bubur sambil menselonjorkan kaki.

"Mas, udaranya sejuk banget ya. Gua ja--" ucapan Naya terhenti melihat Dimas yang tertidur bersandar pada sebuah pohon.

Apa Dimas kelelahan setelah acara tournament kemarin?

Naya melambaikan tangannya kehadapan wajah Dimas, lalu Naya menjetikkan jarinya beberapa kali memastikan apakah Dimas benar benar tertidur.

Setelah beberapa detik tidak ada respon, diam diam Naya tersenyum. Melihat Dimas yang sempat sempatnya tertidur disini.

Tangan Naya terangkat ketika melihat beberapa helai rambut Dimas menutupi matanya lalu Naya menyingkirkan rambut Dimas yang menutupi mata Dimas

Selama ini, Naya juga berusaha untuk mencoba mencintai Dimas, tapi entah kenapa, Bayu masih segala-galanya di hati Naya.

Apalagi sekarang hubungan Naya dan Bayu semakin dekat, membuat perasaan untuk Bayu semakin tumbuh yang dulu sedikit layu. Sementara perasaan untuk Dimas? Entahlah. Naya sendiri belum bisa memastikan.

Kepala Dimas perlahan mulai bergeser ke kanan membuat Naya cepat cepat bergeser ke samping Dimas membiarkan kepala Dimas jatuh ke bahu Naya.

Bagaimanapun, Naya tidak bisa membiarkan Dimas terluka. Meskipun Naya seringkali membuat perasaan Dimas terkuka.

Naya Paham betul bagaimana rasanya menunggu. Dimas telah memilih untuk menunggunya, begitu juga Naya yang masih memilih untuk menunggu Bayu, yang entah sampai kapan.

Mungkin Naya bisa saja memilih untuk menerima Dimas tanpa cinta, tapi Naya tidak sejahat itu. Naya tidak mau Dimas semakin terluka setelah menunggu lama, lalu diterima tanpa cinta.

"Ini mas, mba, buburnya." Ucap akang tukang bubur sambil menaruh dua mangkuk yang berisi bubur di hadapan Naya dan Dimas.

Ucapan tukang bubur itu membuat Dimas terbangun. Dimas membetulkan posisi duduknya.

Sepertinya Dimas tidak sadar telah bersandar pada bahu Naya.

"Gimana tidurnya, nyenyak?" Ledek Naya

"Gua ngantuk Nay tiba tiba."

"Tadi aja, manggilin gua kayak mau ngajak tempur. Ehh akhirnya lu malah sempet sempetnya tidur." Kata Naya

Dimas hanya menyengir, lalu mulai memakan buburnya

"Eh Nay, tadi pas gua tidur. Gua masih keliatan ganteng kan?"

--------

Ditunggu nextnya:)

Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang