"Tapi Nay...." Dimas menggantungkan kalimatnya. "Gua boleh pinjam pelukan lu kayak waktu itu? Karna sekarang, hati gua kembali rapuh, Nay."
Dengan senyum, Naya memeluk Dimas. Dimas selalu berkata tidak apa, meyakinkan bahwa dirinya baik baik saja. Tapi, selama ini Dimas tidak pernah baik-baik saja, banyak luka yang Dimas simpan. Dimas yang selalu membuat Naya tertawa, kini terlihat rapuh penuh luka.
Naya memeluk Dimas, membiarkan Dimas meredakan rapuhnya dalam pelukan Naya.
"Makasih ya mas, lu udah mau cerita ke gua, lu udah mau bagi luka lu ke gua," Kata Naya
Setelah beberapa detik kemudian, Dimas melepaskan pelukan Naya.
"Gua udah bagi luka gua ke elu ya? Sini balikin, gua ga mau lu ikut terluka," Kata Dimas setengah bercanda
Dimas tampak menyeka air matanya yang sudah berada di ujung matanya.
"Dulu, pas mamah gua masih ada, kalo gua sedih gua peluk seorang ibu." Dimas memberikan jeda sebentar "tapi hari ini, pas gua lagi sedih, gua peluk seorang yang akan menjadi ibu."
Dimas tersenyum, membuat Naya ikut tersenyum.
"Nanti, kalo gua jadi seorang ayah, gua ga mau kayak papah gua. Gua mau jadi orang yang setia, yang bertahan pada satu wanita, dan menua bersama."
Padahal Dimas sering memberikan kata kata manisnya, tapi entah kenapa kata kata itu mampu membuat Naya terbawa perasaan.
"Entah di masa depan kita jadi pasangan atau tetap menjadi teman, kita harus bahagia ya Nay. Entah kita bahagia bersama, atau berbahagia dengan takdir kita."
Naya menyodorkan jari kelingkingnya "janji ya mas, ada atau engga adanya gua, lu harus tetep bertahan, lu harus hidup dengan baik, lu harus bahagia."
Dimas mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Naya "Lu harus bahagia juga ya Nay. Karna bahagia lu, adalah bahagia gua."
Mereka tersenyum, langit sore menjadi saksi atas janji mereka.
Dimas merentangkan kedua tangannya. "Mau peluk gua lagi?"
Naya tertawa "peluk diri lu sendiri ya Mas. Lu juga harus berterimakasih pada diri lu sendiri, karna sudah kuat dan memilih bertahan."
"Oke. Gua peluk diri gua sendiri." Dimas memeluk tubuhnya sendiri "makasih ya Dimas udah kuat, udah hebat karna udah bertahan sejauh ini." Dimas berbicara pada dirinya sendiri membuat Naya tersenyum karna tingkah Dimas.
Buru-buru Dimas mengambil ponsel dari saku celananya dan memotret Naya yang sedang tertawa.
"Lu foto gua?" tanya Naya ketika Dimas memasukan kembali ponselnya kedalam saku celananya.
"Iya. Kenapa?"
"Kenapa suka banget foto gua tiba-tiba?"
"Daripada gua pergi dari lu tiba-tiba, kan?"
Naya menggeleng-gelengkan kepalanya tidak mengerti. Padahal baru saja, Dimas terlihat terluka, sekarang ia seolah lupa dengan lukanya.
Naya tau, Dimas tidak pernah lupa dengan semua lukanya, Dimas hanya berpura pura melupakan lukanya. Dimas hanya terbiasa menyembuhkan lukanya yang ia punya sendiri. Ketika lukanya terbuka, buru-buru ia menutup lukanya, entah dengan tawanya, atau tingkahnya.
Dimas hanya sosok yang rapuh, yang tertutup dengan segala tingkah konyolnya.
"Eh iya Nay..." Dimas memberikan jeda "kira kira, di masa depan nanti, lu akan melahirkan anak yang bernama semesta biru ngga ya?"
"Eh?"
---------
Dimas mengantar Naya sampai di depan rumahnya.
"Oiya, mulai besok, gua ga bisa nganter lu pulang Nay. Gua mau fokus latihan sama anak anak futsal buat tournament," kata Dimas setelah Naya sudah turun dari motor Dimas.
"Jadi, kalo lu mau pulang bareng Bayu, ya gapapa," tambah Dimas
Naya mengangguk mengerti "yaudah, gih pulang, biar lu cepet cepet Istirahat."
"Yaudah, gua nunggu sampe lu masuk ke dalem rumah dulu, baru gua pulang."
"Ck. Iya-iya terserah lu." Naya berbalik meninggalkan Dimas di luar pagar, baru Naya masuk kedalam rumahnya, ponsel Naya berdering membuat Naya mengambil ponselnya dari dalam tasnya. Naya melihat notifikasi pesan dari Dimas, lalu Naya membuka pesan itu.
Dimas
//pict //
Terimakasih Nay, karna pernah menjadi alasan untuk gua tetap hidup.
Dan Selamat malam♡
19.38
Naya tersenyum melihat foto dirinya yang sedang tertawa.
Naya terdiam. Setelah ini apa yang harus Naya lakukan? Apa Naya harus mulai belajar untuk mencintai Dimas?
-----
Terimakasih, untuk kalian yang masih setia membaca Nadi. Alhamdulillah Nadi tembus di 1,5k. 🙏❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]
Teen Fiction"Kalo Nadi gua putus, gua mati Nay. Kalo kita putus, hati gua juga mati." "Emang kita pernah jadian?" "Oiya. Gua lupa." "Tapi kalo gua ga bisa buat lu luluh, Hati gua udah terlanjur lumpuh. Ga bisa bergerak, buat nyari tempat pulang. Bagi gua, lu ru...