Dimas menyisir rapih rambutnya, dengan kemeja putih dan jeans hitamnya, Dimas pagi ini akan mengajak Naya untuk jalan. Kebetulan, di tahun ini ulang tahun Dimas pas dengan tanggal merah. Jadi, Dimas bisa mengajak Naya jalan.Dimas mengambil sebuah kotak dari dalam lemari, itu hadiah untuk Naya. Sebenarnya, Dimas ingin memberikan hadiah untuk Naya ini sejak kemarin-kemarin tapi karena sering lupa, jadi Dimas akan memberikannya hari ini.
Sesaat Dimas ingin beranjak pergi dari kamarnya, ponsel Dimas berbunyi. Dimas mengambilnya dari saku celananya, dilihatlah siapa yang menelponnya.
Panggilan dari Lusi.
Dimas menjawab panggilan tersebut, dan terdengar suara Lusi dari ujung sana.
"Hallo, kak Dimas. Selamat Ulang tahun ya.... wish you all the best ya kak!"
"Terimakasih ya, Lus."
"Sama sama kak. Oiya.... hari ini lu ada acara ga? Gua mau ngajak ketemuan. Bisa?"
Dimas terdiam. Bagaimana cara menolak ajakan Lusi? Hari ini Dimas ingin mengajak jalan Naya.
"Aduh gimana ya Lus, bukannya gua ga mau. Gua ada urusan, Lus"
"Oalah.. Ya udah gapapa. Have a nice day ya, kak."
Dari nada suara Lusi, sepertinya Lusi kecewa. Tapi bagaimana? Dimas sudah punya rencana jalan bersama Naya.
---------
Dimas sudah berada di depan rumah Naya. Dimas tampak sibuk menelpon Naya yang tak kunjung menjawab panggilan dari Dimas.
"Naya...!" Panggil Dimas dengan ponselnya yang masih ditelinganya.
Tidak ada jawaban. Sebenarnya Naya ini kemana sih?
Tidak lama, Tante Arum keluar dengan spatula ditangannya.
"Masuk aja, Mas. Naya masih tidur susah banget dibangunin."
Pantas saja Naya tidak merespon panggilan Dimas. Naya rupanya masih terlelap tidur.
Dimas masuk kedalam rumah Naya, lalu tante Arum mengantar Dimas menuju kamar Naya. Siapa tau, Dimas yang membangunkan Naya, Naya langsung bangun.
"Mas, tolong bangunin Naya, ya. tante lagi masak, takut gosong," ucap tante Arum meninggalkan Dimas di depan Kamar Naya.
Dimas masuk kedalam kamar Naya. Dimas tersenyum melihat Naya yang masih terlelap di kasurnya, dengan rambutnya yang menutupi wajahnya.
Dimas memandang dinding-dinding kamar Naya yang dihiasi foto-foto polaroid yang ditempel dan terlihat aesthetic.
Dimas mengamati foto-foto itu lekat lekat, dari beberapa foto yang ditempel Naya, kenapa foto-foto Naya dengan Bayu begitu banyak ditempel oleh Naya? Bahkan, foto Naya dan Dimas di kamar Naya bisa dihitung dengan jari.
Ah, mungkin karena Naya dan Bayu sudah kenal lama, maka dari itu Dimas berpikir bahwa wajar foto Naya dan Bayu lebih banyak.
Dimas mendekat kearah Naya. Lalu menyingkirkan beberapa rambut yang menutupi wajah Naya dengan tangan Dimas.
"Nay, bangun yuk." Dimas mencoba membangunkan Naya. Bukannya bangun, Naya malah bergumam tidak jelas dan berganti posisi tidurnya. Membuat Dimas menahan tawanya.
Bagaimana bisa Naya terlihat menggemaskan seperti ini?
Dimas ingin membangunkan Naya lagi, sebelum sebuah buku catatan Naya yang terbuka di meja dekat kasur Naya menarik perhatiannya.
Sepertinya semalam Naya habis menulis catatan dan lupa menutup bukunya.
Dimas tidak ingin tau isinya, tapi foto yang Naya tempel di buku catatan itu menarik perhatian Dimas.
Dimas tersenyum. Itu fotonya dengan Naya. Itu foto Naya dan Dimas saat ulang tahun Dimas tahun lalu.
Dibawah foto itu, ada tulisan dan Dimas mulai membacanya.
Selamat ulang tahun Dimas. Dari gua Nayanika:).
Semoga, di bertambah usia, selalu ada hal hal yang membuat lu bahagia.
Dimas, Terimakasih karena masih bertahan dengan segala masalah yang lu hadapin. Terimakasih karena tidak memilih menyerah, meski sering kehilangan arah. Terimakasih karena selalu menjadi pria baik yang masih bertahan dengan hati lu yang berantakan.
Ada hal hal yang mau gua jelasin ke lu Mas tapi belum bisa gua utarain.
Soal rasa gua ke bayu yang ga pernah lu tau. Gua mau jujur ke elu soal ini, tapi ngeliat lu selalu nahan gua saat gua mau pergi, gua malah luluh:)
egois ga sih mas? Gua sayang sama bayu tapi ga mau lu pergi.
Tapi, entah kapan, gua akan cerita soal rasa gua ke Bayu sama lu Mas. Gua ga mau lu nunggu kepastian dari gua, sementara gua punya rasa sama Bayu.:)
lu pria yang baik, harus dapet yang terbaik.
Dimas terdiam setelah membaca buku catatan Naya. Hatinya mendadak sakit. Diawal kalimat, kata kata Naya begitu tulus dan Manis tapi diakhir akhir kalimat, hati Dimas mendadak diiris.
Dimas menatap Naya yang masih tertidur. Jadi, itu alasannya kenapa Naya tidak pernah menjawab cinta Dimas. Itu alasannya yang membuat Dimas menunggu Naya hampir tiga tahun.
Mengapa begitu sesak? Mengapa seolah Dimas belum siap meninggalkan Naya yang padahal jelas, Naya sudah menghancurkannya.
Dimas menarik nafasnya lalu membuang nafasnya, membuang sesak yang menyerang. Tanpa kejelasan, Dimas sudah mengetahuinya sekarang lewat tulisan.
Dimas tersenyum miris. Dimas tau diri, saatnya untuk berhenti.
Tiba-tiba tante Arum masuk ke kamar Naya.
"Mas, Naya belum bangun juga?" Pertanyaan tante Arum membuat Dimas menggelengkan kepalanya.
"Yaampun nih anak bener bener ya." Tante Arum ingin membangunkan Naya, tapi Dimas tahan.
"Biarin tante, mungkin Naya masih ngantuk."
"Aku titip ini aja ya tante buat Naya. Aku pamit pulang, aku baru inget aku ternyata ada urusan." Dimas menyodorkan sebuah kotak yang daritadi Dimas bawa lalu berlalu pergi meninggalkan tante Arum yang mematung karna bingung dengan kepergian Dimas yang tiba-tiba.
"Nay.... bangun!!" Tante Arum terus mencoba membangunkan Naya.
Dengan malas, Naya bangkit dari tidurnya dengan mata yang masih terpejam.
"Dimas baru aja pulang. Tadi Dimas udah coba bangunin kamu, tapi kamu ga bangun-bangun."
"Hah?"
Perkataan tante Arum sukses membuat Naya membuka matanya
-------
Happy reading!:) selamat menjalankan ibadah puasa ya....🤗💕
Akhirnya, Dimas mengetahui alasan Naya tidak pernah menjawab iya atas cintanya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]
Teen Fiction"Kalo Nadi gua putus, gua mati Nay. Kalo kita putus, hati gua juga mati." "Emang kita pernah jadian?" "Oiya. Gua lupa." "Tapi kalo gua ga bisa buat lu luluh, Hati gua udah terlanjur lumpuh. Ga bisa bergerak, buat nyari tempat pulang. Bagi gua, lu ru...