33

72 15 2
                                    

Naya sudah berdiri di depan pintu rumah Dimas. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.56 sebentar lagi, Dimas akan bertambah usia.

Beberapa menit yang lalu, Naya sudah mengabari Gilvan yang malam ini sedang menginap di rumah Dimas, bahwa dirinya sudah berada di depan rumah Dimas. Kebetulan, Dimas sudah terlelap lebih dulu sejak jam sembilan malam tadi, jadi Naya dan Gilvan bisa memberikan kejutan pada Dimas.

Gilvan membukakan pintu untuk Naya, lalu Naya segera masuk dan mulai mengeluarkan hadiah yang tadi sore ia beli, dan kue ulang tahun untuk Dimas. Kemudian Naya menyalakan api di lilin lilin kecil diatas kue yang sudah tertata rapih.

"Dimas udah beneran tidur, Van?" tanya Naya memastikan

"Iya, Nay. Abis minum obat langsung tidur dia. Kayaknya, efek minum obat juga, jadi ngantuk dia," jelas Gilvan membuat Naya mengangguk mengerti.

Naya melihat jam di ponselnya, dua menit lagi menuju jam dua belas malam. Naya dan Gilvan mulai menaiki tangga menuju kamar Dimas.

Gilvan membuka pintu kamar Dimas perlahan, Gilvan menyalakan lampu kamar Dimas yang sengaja Dimas matikan ketika tidur dan Naya duduk dipinggiran kasur dengan kue ulang tahun dengan lilin yang menyala.

"Sekarang Nay." Gilvan memberi tahu Naya bahwa sudah saatnya membangunkan Dimas karena sudah tepat pukul duabelas malam.

Gilvan mulai menggoyangkan lengan Dimas, mencoba membangunkan Dimas. Lalu Naya memanggil nama Dimas ikut membangunkan Dimas.

Tidak lama, Dimas bangun dengan tiba-tiba bangkit dari posisi tidurnya. Dimas menatap Naya dengan tatapan bingung dan kaget.

Hening.

Dimas menatap Naya dengan serius sementara Naya dan Gilvan saling menatap bingung.

Gilvan menjetikkan jarinya di hadapan Dimas. "Wei, kenapa lu? Kesurupan apa ngigo sih, lu?

Dimas baru tersadar, lalu mengusap wajahnya. Dimas menatap Naya lagi yang kini masih terdiam dengan kue yang Naya bawa.

"Happy birtday Dimas!" ucap Naya dengan senyumnya.

"Happy birtday Mas!" Ikut Gilvan memberi ucapan

Dimas meniup lilinya

Kemudian Gilvan mengambil kuenya dari tangan Naya "kalian ngobrol aja deh dulu. Naya mau ngasih sesuatu ke elu tuh, Mas. Biar kuenya gua potong dulu sekalian gua bawa piring ya nanti kesini."

Gilvan keluar dari kamar Dimas, Menyisakan Naya dan Dimas.

"Ini Mas, buat lu." Naya menyodorkan sebuah kotak yang sudah dibungkus dengan kertas kado.

Dimas mengambilnya "apa ini? Boleh gua buka?"

Naya mengangguk membuat Dimas segera membuka hadiah dari Naya.

Setelah dibuka, Dimas menatap hadiah dari Naya dengan tatapan senang.

"Kok lu tau gua lagi pengen sepatu yang ini, Nay?" tanya Dimas

"Tau dong!"

"Lu udah mulai perhatiin gua ya sekarang Nay?" ledek Dimas membuat Naya menghela nafasnya

Kembali hening beberapa detik. Sampai akhirnya Naya berkata "sekali lagi, selamat ulang tahun ya Mas. Semoga, segala sesuatu yang belum terwujud segera tercapai."

"Terimakasih ya Nay, udah mau jadi saksi bertambah usianya gua."

"Sehat sehat ya Mas, bahagia selalu."

"Terimakasih juga Nay, sudah menjadi bahagia gua."

Ucapan Dimas kenapa tiba-tiba membuat Naya terenyuh.

Meski terluka, Dimas tidak pernah menganggap Naya adalah luka, tapi selalu menganggap bahagianya.

Meski tidak pernah diberi kepastian, Dimas selalu setia bertahan. Meski memilukan, Dimas tetap bertahan.

Dengan segala perih yang ia punya, dengan kisah hidupnya yang menyedihkan, Dimas mencoba menata hatinya yang telah hancur sedari awal sendirian.

Dimas selalu berusaha menggenggam, Naya yang berusaha melepaskan. Dimas terus melangkah, Naya berusaha menjauh.

Di hari ulang tahun Dimas Naya hanya ingin Dimas tetap sehat. Meski Naya tau, hati Dimas sakit dan tidak pernah baik baik saja. Dimas bertahan dengan hati yang berantakan, sendirian, dan tanpa kepastian.

Nadi - Naya Dimas [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang